Rabu, 19 September 2012

Setelah,Setelah,dan Setelah!

Ini adalah cerita tentang seorang teman :
Aku gak iso lak putus karo dhek’e. Aku wes janji bakal setia, padahal wong tuwoku yo ra setuju. Aku asline ora oleh restu lho!”
Ini pertemuan saya dengan teman lama. Saya dengan cermat mendengarkan ceritanya dengan heran. Mengapa saya heran? Karena mereka pacaran sudah cukup lama dan saya tahu sekali perbedaan mereka. Tetapi kenapa baru sekarang sadar? Itu saja yang membuat saya mengerutkan kening.
Trus, kamu bakal lanjut?” tanya saya kala itu.
*
“Aku wes putus. Doakan aku, semoga dapat yg lebih baik!Tengs, Fuk…!”
Bunyi sms yang saya terima dari teman saya. Lega! Itu yang saya rasakan. Karena saya tahu, begitu tersiksanya teman saya itu saat terjadi konflik bathin dan harus bersikap wajar di depan khalayak.
*
Opo sek ono arek sing gelem karo aku yo?” tanyanya pas kita ketemu lagi.
Yo ono lah!” Saya dengan cueknya menjawab.
Tapi koen ngerti kan Fuk, aku iki koyok piye?”
“Ngerti."
Aku gak yakin iso bahagia koyok liyane!”
“Berdoa ae, pasti oleh kok!Tuhan selalu memberikan yang terbaik, Santai ae fuk!”  Saya mengakhiri pembicaraan edisi curhat kita kala itu.
*
Curhat galau masih terus berlangsung pada saat dia dekat (lagi) dengan beberapa orang, yang nyatanya berujung pada keadaan yang bikin nyesek buat dia. Saya ikut prihatin tapi terus mencoba membuat dia keep fight. Artinya, saya tidak mau membuat teman saya itu merasa menjadi orang yang paling sial di dunia. Walau saya tidak bisa memberikan solusi, minimal saya ada untuk mendengarkan dia.
Setelah lama tidak bertemu, saya dapat kabar kalau dia sudah menemukan tambatan hati yang cocok dan pas buat dia. Alhamdulillah! Lega lagi rasanya! Saya ikut merasakan bagaimana teman saya itu sedang masa terkenyong-kenyong dengan keadaanya saat ini! Proud of you darl…!
**

Memang benar, apa yang akan terjadi besok, nanti, satu jam lagi, satu menit kemudian, dan satu detik setelah ini, tidak akan ada yang tahu. Masa lalu adalah sejarah, dan lagi-lagi itu benar. Kata banyak orang (dan ini termasuk wejangan yang kita terima dalam kepercayaan dan keyakinan apa pun), bahwa hidup, rezeki, jodoh, dan mati itu adalah urusan Tuhan dan kita tidak pernah tahu.
Seperti yang dirasakan teman saya itu (dan mungkin sebagian besar orang). Saat bicara tentang hidup, dia sudah melalui proses sedemikian rupa. Melalui proses wajar, normal, dan apa adanya sama seperti lainnya. Pada saat berbicara tentang rezeki, dia (dan kita semua) patut bersyukur kepada Tuhan karena memang dia sudah melalui tahap yang cukup dan harus disyukuri. Bicara tentang jodoh dan mati, dia (dan kita) memang harus memasrahkan diri dengan segala kerendahan hati kepadaNya.

Temans, teman saya ini adalah seseorang yang hebat dan luar biasa dalam menyikapi hidup. Pernah terjatuh, terguling, merangkak, bangkit, terbentur, putus asa, ingin mati, mati, dan mati saja. Tapi dia luar biasa temans!
Setelah ditempa dengan segala permasalahan pelik, ditipu oleh segala bentuk pria, menjajaki beberapa karakter lelaki, berjibaku dengan segala konflik dan sempat tidak percaya dengan kaum adam, akhirnya sekarang dia bangkit!

Perjalanan panjang yang dia lalui dan cukup menyita banyak waktu dengan percuma, menaruh kepercayaan pada sebuah hubungan yang tidak jelas alur dan endingnya, mencoba bertahan dengan keadaan yang membohongi diri sendiri, dan berusaha menampakkan keadaan sewajar mungkin, ternyata tidak berlangsung lama dan mengharuskan dia untuk kembali ke bumi, menginjak tanah. Dia bisa buktikan itu!
Setelah, setelah, dan setelah melalui berbagai tahap, proses, dan alur yang luar biasa, sekarang dia sudah menemukan sosok yang bisa membawa dia tetap berada di bumi. Tidak lagi mengawang, melayang, atau terbang. Semua wajar!
Teman yang istimewa, semoga ini pilihan terakhir dan kamu akan bisa memulai, melalui, dan mengakhiri (?) segala proses ini dengan sewajar-wajarnya!


Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman (teman-teman) yang sudah menemukan Mr. Right-nya!:)

Rabu, 08 Agustus 2012

Kang Mas Tuxedo Bertopeng featuring Sailor Mercury KW Abal-abal


Kang Mas Tuxedo Bertopeng featuring Sailor Mercury KW Abal-abal

Apa jadinya kalau kita terpesona pada orang yang tidak pernah kita tahu bentuk wajahnya? Tapi dia udah buat kita jadi susah tidur, gregetan pengen cepet malem dan pengen denger suaranya lagi, salting sendiri pas hape bergetar dan berharap dia yang telepon atau sms, semua lagu seolah mewakili perasaan dan penyanyinya seakan memang sengaja menyanyikan  lagu cinta khusus untuk kita, dan beberapa bentuk ketidakberesan tingkah laku orang pada saat jatuh cinta –no, just terpesona!- lainnya.

Kalau kamu belum pernah merasakan hal itu, mari aku bagikan rasa membuncah kasmaran terpesona terkenyong-kenyong itu pada kalian. Karena aku sudah -sedang- merasakannya!

Berawal dari situs jejaring sosial, facebook, kita ketemu karena ternyata dia adalah saudara dari teman kantorku. Padahal, dia juga dulunya kuliah di tempat yang sama tapi beda jurusan dengan aku. Wisuda juga pada periode yang sama. Tapi anehnya, selama dia menghabiskan waktu kurang lebih lima tahun kuliah, kita tidak pernah sekalipun bertemu.

Bahkan parahnya, dia juga sering main ke kantor sekedar jemput atau nganter temenku ngantor! Aneh bukan? Memang aneh, seaneh perasaanku sekarang. Jatuh cinta (yeeahh! Simpati deh rasanya ciinn!) untuk kesekian kali, salahkah? Kata temanku, sah saja asal dengan orang yang sama. Tapi apa jadinya kalau jatuh cinta pada new comer? Nah, ini juga yang membuat dilema karena memang semuanya datang disaat yang tidak tepat. Terlalu terlambat memang! Karena hati kita sudah dikavling orang lain.

Tapi kadang ragu juga, apakah ini murni jatuh cinta (terpesona beibeh!) atau sekedar kagum -karena kita berdua sering dilanda penyakit galau-. :)
Terlalu cepat untuk men-judge kalau ini cinta atau sebuah rasa simpati saja? Berarti pertanyaan dan pernyataan diawal tadi perlu diralat dan diklarifikasi kebenarannya! :D

Menghabiskan tengah malam dengan candaan khas remaja -padahal umur kita sudah diambang batas menuju hari tua dan segera meninggalkan masa remaja-. Ngobrol kesana-kemari tentang banyak hal. Mulai diskusi serius tentang novel, guyon yang gak jelas ujungnya, curhat masa lampau, sampai cerita tentang masa kejayaan saat kuliah dan periode keemasan pada saat kita -ternyata- merupakan penggemar serial kartun Sailormoon.


Dia yang mengidolakan Tuxedo Bertopeng a.k.a Mamoru dan aku dengan bangganya lebih memilih menjadi Sailor Mercury a.k.a Ami Mitshuno. Pasti kalian heran, mengerutkan kening, alis, hidung, bulu mata, dsb... dan berakhir dengan pertanyaan, "kok gak milih jadi Sailormoon-nya? Kan pasangan Mamoru itu Usagi Tsukino?".

Aku kurang begitu suka dengan Usagi yang cengeng dan hanya bisa kedip-kedipin mata aja tiap ada Mamoru dan berubah menjadi tolol super duper pada saat diajak ngobrol Mamoru. Aku tidak ingin seperti itu. Aku ingin menjadi sosok dewasa yang tenang dan menghanyutkan pada saat marah seperti air -kekuatan dari sailor Mercury-.

Endingnya, aku malah suka menyebutnya sebagai Tuxedo bertopeng. Walau sebenarnya aku juga tidak pernah tahu apakah dia kerap mengenakan jubah hitam dan memakai topeng pas di kantor.

Jika dilakukan tes tingkat ke-akurat-an model perhitungan statistik macam apa pun dan bila dihitung menggunakan sempoa atau kalkulator tercanggih, hasilnya akan NOL BESAR kalau ia akan memakai jubah kebesaran Mamoru! Ho diterima Ha ditolak! Ketidakmungkinan diterima, pemakaian jubah ditolak!

Back to Tuxedo Bertopeng ala pribumi! Aku merasa nyaman ngorol apa pun dengan dia, tanpa harus menjadi orang lain yang sok jaim dan mencoba mengatur tenggorokan sedemikain rupa demi menghasilkan nada suara yang merdu! Tidak beibeh! Bukan aku banget! Begitu membahagiakan bukan kalau kita bisa menjadi our self dan bertemu dengan orang yang nyambung dengan topik yang akan kita bahas?

Aku bebas mengeluarkan suara cempreng pas teriak dan suara kodok pas serius. Sampai kadang suara menjadi bernada tidak jelas akibat timbul tenggelam, karena memang kita ngobrolnya cuma lewat telepon dan kita mau tidak mau harus tunduk pada kekuatan sinyal dan harus sesering mungkin mengubah posisi kita pas teleponan.

Capek dengan posisi telentang, aku merubahnya menjadi posisi miring. Capek miring, sekarang beralih ke duduk tegak. Bosan tegak, bantal lapis tiga dibuat sandaran. Bantal melorot, punggung kembali mengambil alih peran posisi yang lainnya -telentang lagi, miring lagi, duduk lagi, tegak lagi, dan capek –tapi asyik!-.:D Hal ini dilakukan karena hanya ingin mencapai PW -posisi wuuenak- tingkat ubun-ubun.

Back to perasaan yang aneh ini! Apakah ini selingkuh? Menurut sebuah situs yang di dalamnya juga membahas tentang 'perasaan', dikatakan bahwa -aku menangkapnya kurang lebih seperti ini- "selingkuh, tidak harus melakukan hubungan fisik. Membagi cerita yang membuat kita jadi berbunga-bunga juga merupakan tindakan perselingkuhan. Hal ini dikarenakan ada sebuah bentuk penghianatan terhadap pasangan". Hubungan fisik? Penghianatan? Wow, terdengar begitu menyeramkan pemirsa! Padahal, membagi cerita dengan orang lain dengan perasaan berbunga-bunga sebenarnya --lagi-lagi menurutku-- hal yang wajar saja. Bisa jadi pacar kita tidak terlalu ‘ngeh atau kurang paham tentang Sailormoon dsb, dll, dst kan? Jadi apa salah kalau kita membahas topik tertentu dengan orang tertentu juga? Toh, selama kita ngobro juga tidak ada kata 'cinta','sayang','beibeh',’honey’,’sweety’ atau nickname of love lainnya. Apalagi bicara tentang masa depan, next or future? Tidak sampai sejauh itu kawan!

Kita biasa saja, bahkan saling menghormati satu sama lain. Aku merasa kalau mungkin aku lebih cocok dijadikan teman dibanding pacar, apalagi dia sempat bilang, "kamu itu rame, lucu juga!". Ya memang, karena setiap kali ngobrol, aku yang mendominasi! :D Dia hanya urun atau numpang 'Ehm, owh, iya, he-eh, hehehe', atau kadang dia menyelipkan 'Huuatssiii' -tanda bersin, atau 'uhuuk grreeekk' -tanda batuk yang agak menyiksa tenggorokan, atau kadang juga ada suara 'hhhuft' -mungkin ini mendesah ya?-.

Nah, sekarang aku mau melanjutkan membayangkan wajah pacarku yang melekat di hati dan kemudian dikomparasikan dengan wajahnya yang nempel di pikiran . Bebas kan? Karena mimpi, melamun, dan membayangkan sesuatu adalah hak asasi kita, selama tidak menganggu kepentingan orang lain. Menurut kalian?

:)

Apatis

Setiap mendengar kata ‘cinta’ atau melihat ‘orang pacaran’ atau datang ke acara ‘nikahan’, secara tiba-tiba -dan lebih terkesan otomatis-, kuping terasa panas, kepala mendidih, hati terbakar, dan berakhir menjadi hangus. Gosong di sekujur tubuh kemudian menjadi kerak hitam yang membandel. Kalau kalian melihat kerak di bawah wajan atau panci, apa yang akan kalian lakukan? Pasti ingin menggosok dengan abu, sabun colek atau apa pun kan? Jika masih membandel saja, kalian pasti geregetan ingin mencongkel memakai pisau, obeng, bahkan kalau bisa pakai linggis sekalian. Aku juga sudah pernah melakukan seperti itu temans! Pernah mencoba membersihkan dengan cara yang halus, persuasif, preventif, dan segala tindakan berkonotasi positif lainnya. Selanjutnya aku juga pernah berusaha mencongkel kerak yang melekat di tubuhku sendiri menggunakan alat yang ekstrim (yang bisa memasukkanku dengan mudahnya ke penjara).

Baik, mungkin kalian akan pusing dengan keluhan-keluhan ini. Tapi ada baiknya kalau kalian dengarkan penjelasanku terlebih dahulu! Tapi aku ingin teriak dulu ya! Boleh kan? Kalian harus jawab BOLEH. Baik, satu…dua…tiga…AAARRKKKKGGGGGGHHHHH!!!! Huft, oke aku mula cerita!

Kalau kalian bicara tentang cinta, pacaran, atau pernikahan, baik…aku akan tutup kuping dengan segera! Kalian tahu, tingkat kepercayaanku terhadap tiga kata itu sudah berada pada titik terendah, nol derajat celcius –atau bahkan sudah melewati, minus!-. Kalian pasti bertanya, sebegitu bencikah aku terhadap ketiganya? Aku jawab, -untuk saat ini- IYA.
Sebelumnya, aku akan bertanya terlebih dulu pada kalian. Bagaimana perasaan kalian, jika pacarmu, kekasihmu, tunanganmu, atau calon istrimu yang berada di luar kota, ternyata membagi hati dengan orang lain? Berarti aku 50, lelaki itu juga dapat 50 kan? Impas! Tapi kalau dibagi untuk tiga orang? Masing-masing mendapatkan 1/3 bagian. Jatah tiap orang semakin sedikit. Berarti porsiku juga menipis. Betul kan? Kemudian aku tanya lagi, apa yang akan kalian lakukan untuk mengatasinya? Menghabisi lelaki itu, menampar pacarmu, atau tinggalkan saja semua? &^%$@#$()*/

Baik, mungkin kesalahan bukan murni dari pacarku, kekasihku, tunanganku, atau calon istriku –sehingga dia memutuskan untuk membagi hati-. Aku juga turut andil terhadap ‘ulah’ pacarku, kekasihku, tunanganku, atau calon istriku itu. Aku akui kalau kami memang jarang berbagi karena terpisah jarak. Selain itu, aku juga bukan tipe pria romantis (aku tidak bisa menulis puisi seperti Khalil Gibran, tidak pernah berlutut memberi bunga, mengatakan ‘I love u’ setiap saat, atau merayu ala Shah Rukh Khan dalam film Indianya!). Aku adalah jenis pria yang termasuk dalam komunitas pria cuek.
Tapi tolonglah pacarku, kekasihku, tunanganku, atau calon istriku, aku sebenarnya bisa menunjukkan dan membuktikan kalau hubungan kita baik-baik saja, tetapi dengan cara yang berbeda. Caranya adalah, aku tidak membagi hati ini dengan wanita lain. Tapi pacarku, kekasihku, tunanganku, atau calon istriku, ternyata kamu memiliki prinsip yang berbeda. Menurutku, kamu berprinsip “Kalau kamu cuek, jangan salahkan aku kalau aku lebih suka mencari perhatian orang lain”.


Tapi itu semua tidak perlu dibahas lagi pacarku, kekasihku, tunanganku, atau calon istriku. Sekarang kita sudah berpisah. Kamu tahu, apa yang aku lakukan setelahnya? Merokok berpak-pak, ternyata belum bisa mengurangi stress ini. Aku coba yang sedikit lebih berat. Aku habiskan berbotol-botol minuman keras, dari mulai harga yang sedikit mahal, standar, sampai oplosan (yang ternyata rasanya seperti rendaman bangkai, cuuih!). Cara ini ternyata belum sepenuhnya ampuh. Selanjutnya aku memilih untuk menghabiskan waktuku  berteman dengan beberapa pil, obat, serbuk, dan jarum suntik. Aku juga kerap menyimpan beberapa helai daun di dompet. Takut sewaktu-waktu kalau lagi butuh!

Coba kalian beri solusi, pantaskah kalau mengalihkan rasa stress dengan hal seperti itu? Pasti kalian akan serempak menjawab TIDAK. Iya kan? Menurut kalian aku harus lari kemana? Pasti kalian juga serempak –lagi- akan menjawab TUHAN. Iya kan?

Wah,,,jangan bicara tentang Tuhan! Aku takut –eh, lebih tepatnya malu-. Aku belum pernah mencoba dekat dengan-Nya. Coba kalian pikir, bagaimana mungkin kalau aku mendekati Dia, pada saat aku lagi stress? Doa apa yang harus aku rapalkan? Menjalankan lima waktu saja nol. Seminggu sekali beribadah, kalau ingat dan sempat. Setahun sekali pun, kebetulan menghormati lingkungan sekitar pas lebaran. Nah, betapa menjijikkannya aku, kalau aku dengan PD-nya menghadap Dia saat keadaan kacau begini. Aku malu!

Sampai suatu saat aku mencoba bangkit. Kata anak gaul zaman sekarang move on –eh, bener kan tulisannya?-. Tapi aku pakai Bahasa Indonesia saja, pakai bahasa asing malah berantakan jadinya, hehe. Baik, aku lanjutkan! Aku mencoba berpacaran lagi, setelah terpuruk. Nah, tahukan kalian, pacarku yang sekarang BERJILBAB! Bayangain men, preman dapat muslimah! Namanya juga rezeki, iya kan? Setelah berjalan beberapa waktu, endingnya putus lagi! Orang tuanya kagak setuju men! Ya jelaslah, anaknya beriman, malah dapat cowok bedigasan!

Karena banyak teman yang kasihan melihat aku yang semakin amburadul, mereka berlomba-lomba mencarikan tambatan hati yang baru buat aku. Mulai mempromosikan adiknya, saudaranya, sepupunya, adik tingkatnya, tetangganya, teman sekolahnya, teman kantornya sampai ada yang nawarin mantan pacarnya! Busyet! Mereka melakukan ini semua, pastinya telah memastikan bahwa keadaanku sudah pulih dan steril dari minuman keras, obat-obatan, serta barang haram lainnya. Alhamdulillah, aku sudah mulai ingat Tuhan dan dengan rasa malu yang mendaging menyumsum pada saat menghadapNya!

Sekarang temans, aku hanya minta doa dari kalian. Biarkan aku memilih untuk sendiri dulu. Karena menurutku, untuk saat ini, hal itu merupakan pilihan yang terbaik. Sebelum aku berkarat kemudian membusuk, biarkan aku menikmati masa jombloku! Terimakasih temans, kalian sudah meluangkan waktu mendengar curhatanku! Memang terkesan alay bin lebay, tapi preman juga manusia kan? :)

*Tulisan ini saya dedikasikan kepada teman saya yang Apatis
Phy

Kamis, 21 Juni 2012

Mengenal "dia" dari hati

Saya menulis ini, beberapa saat setelah saya menerima kabar/sms dari teman lama. Orang yang kadang tidak pernah terpikir sebelumnya akan datang kembali, sekarang muncul lagi. Ternyata, orang yang pernah menjadi teman atau yang mewarnai hidup kita, tidak akan lepas atau hilang begitu saja ya? Saya baru sadar setelah beberapa kali sharing dengan teman kantor saya, Umy Masita. Dia juga kadang-kadang bercerita tentang teman masa lalunya yang sekarang muncul lagi, bukan membawa kenangan, justru yang ada malah membawa masalah baru.

Ada yang minta dibantuin CLBK dengan teman SMAnya dulu lah, ada yang ternyata mantan teman kantornya ternyata berselingkuh dengan suami teman SMAnya lah, ada yang menjadikan warungnya sebagai tempat kencan teman lama lah, bahkan dia sering sekali disamperin oleh manusia pengganggu masa lalunya. Tapi, saya menanggapi dan menyarankan bahwa apa pun yang "mereka" lakukan, kita harus biasa saja. Dalam artian, mereka datang dengan berbagai masalah dan kita tidak layak untuk turut andil masuk dalam masalah itu. Namun dilema juga, dibantu malah dosa, gak dibantu ya ada embel-embel "temen". Susah kan?

Orang lama yang datang kembali ke kita, menurut saya ada 2 hal yang mempengaruhi. Pertama, dalam keadaan suka/bahagia mereka tanya kabar ke kita karena kangen ke kita. Hal ini wajar, apalagi sudah lama tidak bertemu atau bisa kita beri gelar TLBK (Teman Lama Bersemi Kembali). Kedua, dalam keadaan ruwet/kacau/balau/duka/nelangsa mereka datang karena merasa ada perlu (Awalnya basa-basi, endingya malah ada butuhnya), dan hanya kita yang bisa membantu atau bisa diberi gelar WSIK (Waktu Susah Ingat Kita).  Boleh bangga dong kalau kita dianggap sebagai manusia berpredikat problem solving, tetapi kalau buntutnya malah bikin repot, rasa bangga itu akan menguap.



Nah, ternyata kita harus mengenal seseorang itu dengan hati kita dan kita juga sebisa mungkin melihat hati mereka. Kita bisa melihat mereka dari gelagat, body-language, gesture, dan bahasa lisan atau tulisan lain yang mereka sampaikan. Berteman tulus atau tidak dengan kita, karena ternyata, orang lama yang hadir kembali itu, tidak selalu membawa efek positif, tapi (menurut saya) justru bisa jadi membawa dampak yang membuat kita dilema.

Kamis, 31 Mei 2012

Tunggu saja!

Katanya, kalau kedutan di mata sebelah kanan, tandanya kamu akan bahagia. Sebaliknya, kalau sebelah kiri, konon katanya akan terjadi sesuatu yang menyedihkan. Ada juga yang bilang -atau bahkan ditulis dalam beberapa buku (kitab) ramal-meramal- bahwa, kalau telapak tangan kanan terasa gatal tanpa sebab, kamu akan mendapat rezeki. Sebaliknya lagi, kalau telapak tangan kiri terasa gatal -juga tanpa sebab-, kamu akan kehilangan atau mengeluarkan sejumlah uang.

Itu semua, kalau boleh aku sebut -dan memang ini sebutannya- adalah MITOS. Benar atau tidaknya, ada yang bilang kalau itu semua tergantung kita. Kalau kita percaya, ya bakal terjadi. Kalau cuek, ya kita gak bakal kerasa juga.


Mitos, artinya -berdasarkan yang saya temukan di salah satu web- adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tsb mengandung arti mendalam yg diungkapkan dng cara gaib. Nah, kalau dicermati, lebih menjurus pada kegiatan yang bersifat mistis kan??? :)

Tapi, obrolan -lebih tepatnya mencari pendapat- saya dengan salah satu teman menemukan bahwa mitos bisa terjadi -atau lebih tepatnya dipercaya- karena ada pembuktian sesuatu dari nenek moyang yang berkaitan dengan beberapa hal terhadap efek yang ditimbulkan. Maksudnya, para leluhur sudah mengamati, merasakan, dan menyimpulkan selama berpuluh-puluh tahun yang pada akhirnya bisa diceritakan, dijadikan petuah, dan sebagai nasihat kepada generasi berikutnya.

Nah, apakah temans juga pernah mengalami kejadian aneh yang dikaitkan dengan mitos? Jangan yang terlalu ekstrim, sekedar kedutan atau telapak tangan gatal saja, sedikit banyak temans juga pernah berfikir untuk mencari tahu arti dari "gejala" itu kan?

Tetapi pada intinya, boleh percaya atau gak tentang mitos, semua tergantung dari individu. Kan kita gak mungkin kalau nungguin jodoh atau mau ujian skripsi atau mau interview kerja harus nunggu kedutan atau telapak gatal dulu? Kalau sampai beberapa hari tidak kedutan atau tidak gatal, apakah kita akan menaruh per -pegas- dan kita gatalkan sendiri???

Semua sudah diatur oleh Sang Sutradara, Penguasa alam raya, Tuhan Yang Maha Esa. Jadi sabar, TUNGGU SAJA! Rezeki dan jodoh akan datang untuk kita -dengan syarat, harus berusaha, berdoa, dan bersyukur-.
:)

Selasa, 03 April 2012

PRAS YANG INI, BEDA!

Temans, mungkin kalian pernah punya teman, saudara, kerabat, tetangga atau bahkan pacar bernama Pras. Saya juga punya! Tapi Pras yang saya miliki ini sudah barang tentu berbeda dengan milik kalian. Sama manusianya, tapi beda rasanya. Tidak terkecuali untuk orang tua atau saudara dari Pras saya ini. Rasa yang saya miliki lain dari lainnya.
Saya biasa memanggilnya “Yank, Yah, Pi, atau Beb”. Iya, semua sebutan sayang, karena dia pacar saya yang sudah hampir 6 (enam) tahun menemani saya. Pras saya ini adalah teman kuliah, teman berbagi, teman berantem, teman ngobrol, teman makan, teman kencan –sudah pasti-, teman jalan-jalan, dan Pras saya ini melengkapi kriteria teman yang saya inginkan, kecuali untuk teman selingkuh, karena dia merupakan manusia yang paling benci dengan selingkuh –apa pun itu bentuknya!-.


Berikut akan saya jelaskan tentang apa dan bagaimana bentuk Pras saya itu:
  1. Membenci selingkuh! Anda hanya diberi satu kesempatan saja untuk memperbaiki kesalahan jika Anda terbukti pernah menghianatinya. Tidak ada kesempatan kedua, ketiga, atau ke- ke- selanjutnya. Pada akhirnya ini kesempatan terakhir saya. Baiklah yank,,,,!!!!
  2. Pras saya ini wangi, dan saya sangat suka dengan cowok wangi-kriteria pertama saya dalam menentukan cowok oke atau tidak-. Pras saya ini sampai mengkonsumsi 3 parfum dalam setiap episode hidupnya. Embrance -produk dari Oriflame-, Bask atau Gatsby, dan parfum bibitan. Sudah barang tentu itu dipakai secara bergantian melihat sikon atau acara tertentu.
  3. Santai dan menurut saya malah terkesan “lemot”, sehingga kami sering bertengkar gara-gara hal ini. Tetapi Pras saya selalu beralasan, “gak usah grusah-grusuh Yank, ntar malah kejedhok. Santai aja, dipikir mateng-mateng segala dampak dan resikonya. Ntar kalo ada apa-apa dengan Mama –oh ya, nama panggilan saya Mama-, Ayah sing disalahno!”. Kalau sudah begini, saya hanya merengut! Tapi baiklah, saya yang meledak-ledak, Pras saya yang let it flow & softly. Kami saling melengkapi bukan?
  4. Cuek! Bahkan sangking cueknya, Pras saya tidak terlalu peka kalau saya ingin dimanja atau ingin dirayu. Saya harus berusaha sekuat tenaga menarik perhatiannya. Tapi hal ini berlaku sesekali saja dalam kehidupan kami, yang pada akhirnya saya harus pasrah saja memiliki pacar yang tidak bisa merayu. Cuek yang dimiliki Pras saya adalah dia tidak terlalu ambil pusing dengan masalah orang dan lingkungan sekitar, selama   tidak bersinggungan langsung dengan dia. “Males Ma ngurusi orang lain!”, itu katanya kalau saya geregetan dengan sikapnya yang dingin.
5. Romantis. Terlihat kontradiksi dengan pasal 4. Tetapi jangan salah tafsir dulu! Pras saya selalu berusaha untuk membahagiakan saya. Setiap tanggal 7, kita selalu memperingati hari jadian. Saling mengingatkan atau bahkan saling bertukar kado. Bukan barang mahal yang kita tukar. Semua barang bermanfaat. Entah itu kaos kaki, kosmetik, rokok, atau apa pun. Pernah saya dikado kaktus dengan 7 cabang daunnya pada saat kita 7 bulan jadian dan pernah juga dikado sebatang coklat yang isinya 11 ruas, menandakan 11 bulan hubungan kami. Romantis bukan? Karena kita menilai romantis tidak harus membacakan puisi, menggombal –karena Pras saya tidak bisa menggombal-, atau hal lain yang bersifat alay bin lebay. Romantis versi kami adalah saling mengingatkan dan menghargai.

6. Sebenarnya banyak hal lain yang dimiliki Pras saya. Tidak semua bisa secara gamblang diceritakan. Hal-hal sepele yang istimewa dan menjengkelkan dari hubungan kami juga ada. Tetapi semuanya bersifat rahasia ya! Cukup saya dan Pras saya yang tahu.

Namun tahukan Anda temans, kami punya perjanjian atau bisa disebut kesepakatan, yaitu:
1. Tidak boleh bertengkar di hadapan orang lain, apa pun bentuknya. Kami harus bersikap biasa saja di depan khalayak, walaupun pada saat kami berdua saja akan terjadi perang paregreg.
*sukses kami lakukan
2. Tidak boleh saling misuhi bin mengumpati pasangan. Jadi selama hampir 6 tahun bersama, kami selalu berusaha menahan ucapan kotor terhadap pasangan.
*sukses kami lakukan
3. Kami akan kabur a.k.a kawin lari kalau kami tidak direstui!!! Anarkis dan dramatis.
*Alhamdulilah semua setuju, semoga kita lanjut nikah. Amin.
Demikian yang dapat saya ungkapkan tentang Pras saya, yang sampai saat ini dan semoga seterusnya masih menjadi milik saya. Amin.
Terlepas dari itu semua, saya sayang dan butuh kepada Pras saya karena kita sudah memiliki “kesepakatan” untuk terus bersama. InsyaAllah.
Begitu bangganya saya terhadap Pras saya karena mau berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan Bapak, Ibuk, keluarga besar, dan saya tentunya.
Semoga Pras saya selalu diberi kekuatan dan kesehatan untuk dapat terus berjuang mempertahankan hidup. Ingat Yank, hukum rimba dan seleksi alam masih terus berlangsung

Sebenarnya Apa Yang Dicari?

Setelah sekian lama saya tidak menulis -karena tidak ada ide-, sekarang sudah saatnya saya menulis lagi -karena ada ide-! :)
Tadi malam saya menghabiskan sekian menit waktu saya untuk ngobrol dengan mantan Adik Kos dan beberapa anak kos lainnya. Kami bercerita banyak hal, tetapi yang paling banyak kami obrolkan adalah seputar pernikahan -hal yang menarik, tetapi begitu sensitif untuk dibicarakan-.
Setelah bercerita kesana kemari, inti dari obrolan kami adalah bahwa saya dan Adik Kos saya sedang merencanakan menuju jenjang yang "sensitif" itu. Banyak kesamaan kami, diantaranya prosesi yang harus dilewati, cerita yang akan kami lakoni dikemudian hari, dan kesadaran kami bahwasanya kami adalah perempuan yang "biasa" saja.
Iya, perempuan "biasa" ini menjadi topik yang menggelitik. Kami adalah perempuan yang pada dasarnya tidak TERLALU memiliki kelebihan. Kami adalah perempuan yang tidak tinggi langsing, tidak putih, tidak bahenol, tidak berambut panjang -rebonding-, tidak dan tidak lainnya. Ibarat kami sedang jalan dikeramaian pun, kami bukanlah tipikal perempuan yang akan jadi pusat perhatian.
Tapi dibalik itu semua, kami juga bersyukur karena ternyata ada orang yang masih bisa menerima kami apa adanya. Iya, "calon" kami ternyata adalah manusia yang tidak melihat kami dari sisi kebahenolan saja. Tetapi menurut mereka, kami adalah tipe perempuan yang bisa "ada" untuk mereka.
Mereka juga sebenarnya sama dengan kami. Mereka adalah sosok pria yang BIASA saja. Bukan tipikal pria tinggi-kekar, bukan pria berbaju parlente, bukan anak band yang biasanya digandrungi gadis-gadis, bukan pria bermobil, bukan dan bukan lainnya Tetapi mereka istimewa karena menerima kami apa adanya dan kami juga istimewa karena menerima mereka apa adanya -dengan kesederhanaan dan bentuk tanggung jawab mereka-.

Iya, sebenarnya apa sih yang dicari dalam sebuah hubungan? Fisik dan materi? Popularitas dan prestise? Atau mungkin ada unsur keterpaksaan?
Setelah kami berdiskusi, bercerita, dan guyon, akhirnya kami memutuskan untuk menetapkan hati bahwa apa yang kami cari bukanlah sesuatu yang neko-neko. Kami hanya mencari keSEJAHTERAan diri! Sejahtera menurut definisi kami adalah keseimbangan dari dua sisi. Seimbang antara kami dan mereka secara fisik, secara naluri, jasmani dan rohani, jiwa dan raga, dan semoga seimbang dari sisi duniawi sampai nanti di akhirat.
Kami dan mereka memang biasa saja, berarti kami dan mereka harus tahu diri, sadar diri, dan yang pasti harus pandai mengoreksi diri. Tidak perlu begitu banyak pengakuan dan -mungkin- terlalu eksis, karena memang kami biasa saja. Biar saja apa kata orang, yang jelas menurut kami, bahagia -hanya satu sisi saja- tidak bisa disebut sejahtera! Orang lain mau berkata apa, tidak jadi masalah, dan kami tidak terlalu mau ambil pusing, karena kami yang tahu dan kami yang menjalani!

Minggu, 19 Februari 2012

Cowok matre? Ke laut aje!

Di mana malu mu
Setiap kali
Ku ajak berkencan aku yang bayar
Di mana malu mu
Tak sesuai
Dengan wajah itu tak ada uang
Kalau begini terus
Ku takkan tahan
Bisa-bisa kau kuras aku
Percuma
Punya kekasih kamu

Temans, masih ingatkah salah satu lagu dari Teh Melly yang jadi Original Soundtrack film AADC? yang melegenda itu? Untuk penggemar berat film itu seperti saya, apalagi yang memiliki kasetnya, pasti tahu! Lirik tersebut menceritakan kalau si cewek sudah jengah dan merasa si cowok tidak tahu diri karena suka morotin si cewek (padahal di film itu, tidak ada adegan kalau Nicholas Saputra tidak tahu diri. Terbukti, kacang rebus saja masih tetap jadi kewajibannya kok, walau harganya tidak seberapa).

Nah, bagaimana kalau itu terjadi di kehidupan kita? Artinya kita punya cowok yang tidak tahu diri. Apa yang harus kita lakukan sebagai kaum perempuan yang notabene bernaluri matre?

Tulisan saya kali ini merupakan pembalasan dari tulisan saya sebelumnya (lihat judul: Cewek Matre? Iya dong!). Kalau sebelumnya kita (baca: perempuan) jadi tersangka karena berjiwa matre dan suka morotin cowok, sekarang kita yang jadi korban. Mempunyai cowok yang tiap kencan selalu kita yang bayar, beliin bajunya, makannya, pulsanya, parfumnya, dan segala sesuatu yang bisa menunjang aktivitasnya biar kelihatan oke! Kalau sekali waktu atau event tertentu, mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kalau kerjaan cowok kita cuma nongkrong, ng-game, online, tidur, dan kegiatan gak penting lainnya, bisa gondok juga lama-lama ngeliatnya.

Kita juga harus jujur pada diri sendiri, pada saat cowok kita bilang cinta, sayang, gak akan ninggal, bakal setia, dan segala jurus rayuan menebar mautnya keluar, kita pasti lupa kalau kita diporotin dan akan tetap merasa bahwa dia memang terbaik buat kita. Nah, lo! Kita masih melek atau enggak seh? Bingung kan?

Oke, sekarang kita harus buka mata-buka telinga, untuk tahu beberapa ciri-ciri cowok matre (apakah cowok kita ber-ciri seperti itu juga?), check this out:
1. Awalnya tidak pelit
Tipe pria matre ini awalnya memang tergolong royal. Pada awalnya dia menghujani Anda kiriman bunga, cokelat, dan benda-benda unik. Tentunya, Anda bisa luluh pada godaan pria romantis itu.


Pria jenis ini pintar melakukan berbagai cara untuk menaklukkan wanita. Sifat matre-nya baru akan kelihatan kalau wanita yang diincar sudah berhasil didapat.

2. Penampilan gaya
Sebagai wanita, sebaiknya mengenal baik pria seperti apa yang sedang mendekati Anda. Jangan mudah tertarik pada penampilan saja, sebab biasanya pria matre itu penampilannya bergaya. Untuk mengenalinya juga bisa dilihat dari cara dia memilih teman dan pasangan. Coba perhatikan, siapa-siapa saja temannya atau mantan-mantannya. Apakah selama ini ia hanya bergaul dengan kalangan jetset saja atau tidak.


3. Banyak alasan pada saat mau membayar sesuatu
Pria matre biasanya enggan mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk keperluan pasangannya. Dan, kondisi semacam ini berlangsung terus-menerus. Ciri lainnya, mereka terlalu berhitung alias pelit, tapi bisa royal untuk kesenangannya sendiri. Mereka juga tidak punya rasa sungkan untuk meminta sesuatu dari sang kekasih.
(http://terselubung.blogspot.com/2011/02/ciri-ciri-cowok-matre.html)


Berarti, kita juga harus berusaha meresapi lagu dari Gita Gutawa yang kurang lebih seperti ini liriknya:
petir membangunkanku
dari mimpi burukku
selama ini ku hanya terperangkap
dalam medan magnetmu
baru kusadari
kau seperti parasit
minta ini itu
kau minta padaku dengan semaumu
cukup sudah ku kini mulai gerah
ku perlu oksigen
untuk aku bernafas
tanpamu
reff:
pergi kau ke ujung dunia
dehidrasi di gurun sahara
hilang di segitiga bermuda
pergi kau ke luar angkasa
hipotermia di kutub utara
hilang di samudra antartika
dan jangan kembali
parasit parasit parasit (parasit)
kau memang parasit
parasit parasit parasit parasit
mulanya malu-malu
lalu jadi benalu
minta ini itu
kau minta padaku dengan semaumu
cukup sudah
ku mulai naik darah
ku seperti bom atom
yang siap meledak karenamu
repeat reff
parasit parasit parasit
kau memang parasit
minta dibayarin
minta ditraktirin
minta dianggarin
minta dijemputin
minta ditelponin
minta di sms-in
minta dibeliin
dasar kau parasit ah…

Intinya, cowok matre? Ke laut aje!

Rabu, 08 Februari 2012

Cewek Matre? Iya Dong!

Banyak yang tidak suka dengan cewek centil, ganjen, kepedean, norak, dan manja. Mungkin kriteria yang bikin eneg para laki-laki itu masih bisa ditolerir, mengingat ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa cewek dengan kriteria seperti itu masih laku juga di pasaran. Walaupun kita tidak tahu apa tujuan dari para lelaki memacarai mereka yang berkriteria seperti itu. Entah untuk diperbaiki attitudenya, hanya sekedar bercinta saja, atau bahkan cuma dimanfaatkan. Tapi biarlah! 

Disini saya akan membahas tentang cewek matre! Iya, matre! Dimana matre selalu diidentikkan dengan cewek yang selalu menguras seluruh harta kekayaan si cowok, setelah semua uang habis, kebanyakan cowok ditinggal begitu saja. Kalau uang masih banyak bisa jadi akan berakhir pada sebuah pernikahan yang akan memunculkan wacana baru yaitu, "Mau menikah karena si cowok kaya!". Saya setuju dengan pernyataan itu, tetapi saya juga punya argumen lain tentang cewek matre.

Menurut saya, semua cewek matre! Hanya saja KADARnya berbeda. Ada yang secara terang-terangan minta ini itu ke si cowok, ada yang samar-samar dengan memancing cowok -biasanya (contohnya) dengan dialog begini, "Yank, rambutku berantakan ya sekarang?/Iya sayank!/Hu-um, lama gak nyalon,jadi kelihatan jelek ya?/Ya udah, besok nyalon!"-, dan ada juga yang malu-malu. Sebagian besar cewek tidak ada  yang mau harus bayarin cowoknya makan tiap hari. Kalau hanya sesekali, pas si cowok bener-bener kere atau moment tertentu, okelah! Beliin kado cowok pas moment tertentu, bisa dimaklumilah. Tetapi kalau intensitas kebutuhannya sudah sama dengan jatah makan dan kebutuhan kita lainnya , lama-lama bikin gondok juga.

Bagaimana saya bisa berpendapat kalau semua cewek matre -dengan kadar yang berbeda tentunya-? Contoh kecil saja, pada saat ada cowok pedekate, tentunya sebagai cewek gak mau dong bayarin  makan, nonton, jalan-jalan, terus biaya first date lainnya. Walaupun pada agenda kencan pertama, yang lumrah memang cowok harus siap dana untuk modal utamanya. Tetapi ada juga cowok yang gak punya malu, pada saat kencan pertama, malah si cewek yang harus bayarin! Well girls, kalau kamu menemukan cowok yang seperti ini, langsung hapus namanya dari phonebook kamu! Gak usah kenal deh! Berani pedekate, malah gak modal.

Contoh lain, pada saat bertengkar, tentunya -biasanya- cowok akan berusaha menarik perhatian si cewek dengan memberikan beberapa kado atau minimal ngajak  makan -dengan alasan menyelesaikan masalah-. Saya pernah protes pada Adik Kos saya, waktu dia mau diajak balikan cowoknya hanya ditraktrir jagung bakar satu biji! Bukan harga jagung bakar yang membuat saya meradang! Tetapi usaha si cowok enggak banget! Hello,,,iya kalau bawa jagung bakar 10 biji, sebagai usaha untuk mendapatkan hati Adik Kos saya lagi! Masih banyak contoh lain dari kematrean cewek yang saya akui, itu memang ada, termasuk berlaku untuk diri saya sendiri. Sebagai perempuan, kita harusnya tidak mengeluarkan biaya -yang besar- untuk mendapatkan cinta! Kodratnya kita pasif -bukan mau dipasifkan tentunya-.

Saya bukan mengajari atau mendoktrin semua cewek yang baca tulisan saya ini untuk matre! Tapi pada dasarnya-menurut saya-, dari lubuk hati yang paling dalam dari setiap cewek memang memiliki naluri untuk matre- Ingat, dengan kadar yang berbeda!-. Jadi wahai kaum Adam, berani mendekati perempuan, jangan cuma modal tampang doang! Karena nanti endingnya, memang kewajiban para lelaki untuk menafkahi istrinya! Belajarlah mulai sekarang!
:)










Senin, 06 Februari 2012

Jangan Tatap Matanya! Karena Cinta Itu MELEK.

Tolong perhatikan ini! Sebisa mungkin dipahami, dicermati, dipikirkan secara mendalam, dianalisis, baru kemudian bisa diambil keputusan -keputusan bersifat subyektif, sesuai dengan yang Temans pikirkan-.

TERNYATA CINTA ITU MELEK. Kalimat itu saya peroleh dari pendengar saya tadi pagi pada saat saya siaran. Iya memang! Cinta itu benar-benar melek, melek sekali. Saking meleknya, cinta gak pandang bulu! Mencintai pacarnya temen, temennya pacar, sahabat kecil, orang yang baru bertemu -love at first sight-, jatuh pada pelukan mantan lagi, dan banyak kasus kemelekan cinta lainnya.

Meleknya ini berawal dari dengan beraninya kita melihat bahkan memandang matanya! Ajaib memang indera penglihat yang satu ini. Tidak bisa berbohong, tidak pernah munafik, sulit berkelit, dan pada akhirnya susah untuk keluar. Saya juga beberapa kali terjebat oleh MATA. Sejenak -bahkan beberapa waktu- membuat saya lupa, ketagihan, dan lama-lama bosan dengan sendirinya.


Kalau temans ingin merasakan sensasinya, jangan segan-segan untuk melirik, melihat, dan memandang matanya! Nanti akan terlihat dengan sendirinya -bahkan tanpa disadari-, gerak-gerik kita, perilaku dan cara bicara kita berubah menjadi canggung dan berasa linglung. Hukum ini juga berlaku pada saat dia memandang mata kita dengan seksama. Tanpa bisa beralasan lagi, pasti kita akan merasa merah di pipi, panas di punggung, dag dig dug di hati, dan pasti telinga menjadi sedikit lebih mekar.

Memang, dengan cara menatap mata pasangan -bagi yang sudah punya-, hal itu bisa mempererat hubungan karena kejujuran yang diwakili oleh mata. Tetapi kalau Temans tidak ingin terlibat terlalu jauh lagi, ada baiknya pada saat berbincang tidak -selalu- fokus pada matanya. Masih ada bagian lain di wajah yang bisa dilihat. Agar tidak terlihat kalau kita grogi, lihat saja hidung, jidat, alis, atau pipinya.

Meleknya cinta juga mengajarkan dan mempertontonkan adegan yang secara langsung -bahkan ada yang tidak langsung juga- berkaitan dengan kehidupan kita. Menunjukkan ada orang yang betapa tulusnya memperhatikan kita tanpa pamrih, memperlihatkan manusia yang ternyata hanya memanfaatkan keberadaan kita untuk tujuannya sendiri, mengajarkan kita menilai sosok yang hanya ingin bermain-main dengan kita dalam waktu yang singkat saja, atau mengobrak-abrik pertahanan hati kita untuk wujud yang ternyata tidak penting bagi kita. Semua memang proses, tapi tidak bisa dipungkiri, kalaupun benar, semua berawal dari MATA. 

Selasa, 31 Januari 2012

Rebutan Cinta! Heh, WHAT ??!!!

Siang tadi Adik kos saya, sebut saja I dilabrak oleh sahabatnya, sebut saja S, karena disinyalir bahwa Adik kos saya memiliki affair dengan pacar S, sebut saja A. Padahal selama ini, yang saya ketahui, kalau A sudah putus dengan S. Itu berdasarkan pengakuan A kepada Adik kos saya.

Beberapa waktu kemudian, Adik kos saya banyak menghabiskan waktu dengan A. Karena A getol sekali pedekate, nembak Adik kos saya dan selalu bilang kalau sudah nyaman dengan Adik kos saya serta tidak cinta lagi pada S. Adik kos saya awalnya tidak mau, karena tidak mau menyakiti perasaan S, takut dikira teman makan teman atau menusuk dari belakang atau musuh dalam selimut. Tapi nyatanya, A malah beralih pedekate ke orangtua Adik kos saya juga. Nekat kan? Akhirnya, dengan begitu banyaknya perhatian yang dicurahkan A, luluh juga hati Adik kos saya. Mereka akhirnya jalan!

Beberapa waktu kemudian, setelah Adik kos saya terkenyong-kenyong dan merasa sudah ketergantungan dengan A, si A malah tidak pernah nongol lagi sampai pada akhirnya si A mengajak Adik kos saya untuk berteman saja! Hancurlah perasaan Adik kos saya. Lama untuk bisa jatuh cinta dan sayang ke si A, setelah luluh,,eh,,malah ditinggal begitu saja! Butuh waktu satu minggu untuk membebaskan dia menangis di kamarnya. Saya bisa memahami, walau saya jengkel juga melihat matanya mbendol.

Tetapi ada suatu keajaiban! Dia mulai bisa tersenyum, tertawa, dan guyon dengan anak kos lainnya!
Tetapi tahukah Temans, ternyata perjalanan asmaranya tidak semudah itu dilewati. Tiba- tiba muncullah seorang cowok, sebut saja E, yang mengaku mantannya si S dan merasa jadi korban dari hubungan S dan A. Endingnya, si E malah nyuruh Adik kos saya untuk mengakui segala perbuatannya (menjalin affair dengan si A di belakang S). Karena si E juga merasa telah dipermainkan si S (E dan S pernah jadian, tapi akhirnya S balikan dengan A). Saking begitu polosnya, Adik kos saya mengaku ke S, kalau dia pernah jadian ma si A. You know what guys? Si S marah besar! Mencak-mencak, koar-koar, dan heboh! Si S bilang ke semua anak se-kelasnya kalau Adik kos saya tidak punya hati karena telah menusuk dia dan tidak pernah jujur.  Si A marah besar juga kepada Adik kos saya, karena dianggap memperkeruh suasana. Si E juga tidak kalah acting! Si E malah menyuruh Adik kos saya untuk minta maaf pada si S! Padahal sudah jelas-jelas dia yang menyuruh Adik kos saya untuk jujur pada si S. Adik kos saya benar-benar diuji oleh artis kacangan semacam si S, si A, dan si E itu.

Sekarang, peperangan tengah terjadi! Adik kos saya dan si S terlibat pertengkaran- yang nyatanya kedua cowok brengsek, si A dan si E, tidak nongol di konferensi yang diselengarakan Adik kos saya dan si S-.

Sebelum berangkat berperang melawan si S, saya menyarankan beberapa hal terhadap Adik kos saya -lebih tepatnya memberi wejangan dan jimat-, yaitu:

1. Mengaku salah saja-lah! Walaupun yang salah juga si A, karena getol ngerayu dan nembak kamu, dan si E yang sudah memprovokatori kamu untuk ngomong semua ke si S. Tapi ya sudah lah, kedua cowok itu terbukti tidak memiliki tanggung jawab!

2. Setelah kamu dicaci-maki dan disalahkan, bilang terimakasih dan tidak usah lagi terlibat dalam hubungan mereka lagi, beserta koloni-koloninya. Selain tidak ada manfaatnya, mereka juga tidak memberikan kontribusi besar terhadap kehidupan kamu!

3. Setelah semua clear, jadilah selebritis kampus! Dandan yang cantik dan menarik. Tunjukkan kalau kamu tetap menjadi STAR dan tidak akan layu hanya karena masalah sepele. Dongakkan kepala, berjalan pede, berteman dengan orang yang tulus serta tetap berprestasi di kampus.

Seperti pepatah, si S, si A, atau si E menggonggong, kamu tetap berkibar!


 

Senin, 30 Januari 2012

Ternyata Tuhan (BENAR-BENAR) Tidak Tidur!

Saya begitu terharu sekali pada saat menerima sms dari salah seorang teman saya yang terpaksa membuat saya sedikit mbrebes mili. Iya, dia begitu sungkan karena kemarin belum bisa membantu saya (sebenarnya dia bisa, tetapi kita tidak sempat ketemu). Dia begitu memaksa untuk tetap membantu saya dan merasa tidak enak hati kalau ternyata saya sudah mendapatkan bantuan dari orang lain.

Bukannya saya menolak bantuan dari teman saya itu. Selain faktor waktu yang ternyata kita masih tidak sempat bertemu, saya juga takut merepotkan dia (mengingat dia masih selalu ribet dengan masalahnya sendiri). Saya tidak mau dicap sebagai teman yang tidak bisa membaca situasi (waktu butuh saja, ingat teman!) dan saya malah benar-benar takut merepotkan. Lagipula saya juga sudah bisa mengatasi masalah saya sendiri dengan meminta bantuan orang lain.

Pada akhirnya saya berpikir, "Mengapa dia begitu merasa sungkan karena tidak bisa membantu saya?".  Sungguh, saya merasa sangat terharu dengan ketulusannya bersedia membantu saya. Saya malah sungkan karena selama ini saya jarang bisa juga membantu dia. Saya merasa menjadi teman yang biasa-biasa saja, tidak terlalu berlebihan.

Seraya menulis ini, tidak hentinya saya mbrebes mili dan mengucap syukur. Pada saat saya ada masalah, masih banyak teman-teman saya yang bersedia membantu, karena memang Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu membukakan jalan kepada umatnya agar bisa berpikir dan bisa menyelesaikan masalahnya. Tuhan selalu mengirim keajaiban yang bisa meloloskan kita dari masalah melalui orang-orang di sekitar kita. 

Terimakasih kepada semua teman-teman saya! Lup u....


Sabtu, 28 Januari 2012

Karena Cinta Gak Ada di Piring!

"Umur berapa Mbak?", "Kapan nyusul nih?", "Calonnya orang mana?", "Target umur berapa nikahnya?", "Pacaran udah lama, gak takut karatan nih?", "2012, keburu kiamat lho!", dan masih banyak lagi pertanyaan dan pernyataan lain tentang MENIKAH!

Ya, saya sudah 25 tahun, nyusul nanti kalau sudah waktunya, calon saya sementara orang Lumajang, target umur 25 ini, gak kok -kami selalu merefresh hubungan kami-, 2012 belum tentu kiamat! Itu jawaban saya yang disertai nada jengkel, wajah merengut tapi diakali dengan nada guyon.
Saya juga ingin menikah!!! Menikah kan memang sunnah (bisa wajib juga!), karena saya juga ingin melihat bagaimana bentuk rupa dan wajah cucu dari orang tua saya dan (calon) mertua saya. Tetapi saya tidak serta - merta memutuskan menikah dengan hanya mengedipkan mata dan langsung cling saya menikah! Banyak yang harus saya siapkan, pikirkan, dan hadapi.

Persiapan mental dan ekonomi menjadi alasan pertama yang harus membuat saya menunda (belum terpikirkan) untuk menikah. Saya (dan pacar saya) harus punya persiapan finansial agar sebelum, menikah, dan setelahnya, kami tidak merepotkan orang tua. Mental juga perlu sekali disiapkan agar pada saat sebelum, menikah dan setelahnya kita bisa menjadi lebih bijak dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan relationship.

Saya ambil contoh kecil, tetangga saya menikah sekitar umur 16 tahun. Waktu pacaran mereka nampak bahagia. Si cewek selalu dibelikan baju, traktir makan, dan kebutuhan lain terpenuhi. Sampai akhirnya pasangan ini memutuskan menikah muda. Selang beberapa waktu kemudian, si cowok berhenti dari pekerjaannya dan sekarang hanya nongkrong bareng teman-teman seusianya. Padahal pasangan muda ini sudah punya anak yang harus diperhatikan! Bisa jadi karena kurang puas menikmati masa muda. Endingnya, si cewek malah curhat ke saya kalau menikah dan punya anak itu ruwet!

Saya bisa menangkap apa maksud dari pernyataannya itu. Dia bukan menyesali keadaannya yang sudah menikah dan mempunyai anak yang lucu, tetapi dia menyesali keputusannya menikah pada saat ia dan (calon) suaminya dulu belum memiliki pondasi yang kuat untuk membangun sebuah keluarga. Salah satu masalahnya sudah barang tentu berkaitan dengan keadaan ekonomi (masalah uang).

Sudah banyak contoh yang ada di depan mata saya, bahwa untuk memutuskan hal yang bersifat ekstrim (menikah) dalam hidup haruslah dengan pemikiran yang sangat, sangat, dan sangat matang! Bukannya saya tipe perempuan yang pilih-pilih, bukan! Tapi banyak kasus menunjukkan kalau kita sudah menikah, kadar cinta hanya tinggal beberapa persen saja. Prosentase terbesar dalam rumah tangga adalah memikirkan kebutuhan dan mencapai kesejahteraan. Secara kasarnya, setelah menikah kita tidak akan bicara tentang cinta. Tidak akan kenyang makan cinta, KARENA CINTA GAK ADA DI PIRING!

Rabu, 25 Januari 2012

VIKAmorphosis

Dari seorang laki-laki dewasa bernama Sahudy Sulisko dan perempuan elok ayu bernama Hadiyatin, lahirlah bayi yang bisa dikatakan biasa-biasa saja. Tetapi menurut pasangan muda ini, saya (bayi yang lahir di dapur atas bantuan dukun bayi bernama Mbah Menah) adalah little angel mereka. Iya saya, Vika Varia Mato Vana, lahir senin sore sekitar jam 17.00 (pada saat ada pertandingan bola di lapangan belakang rumah) tanggal 8 Juni 1987.


Rumah yang masih dengan lampu redup (PLN baru masuk dan masih pakai beberapa lampu tempel, terutama di rumah kakek saya), setrika berat dengan bantuan arang, tiap pagi denger lagu dari band manca (Scorpions, favorit kedua orang tua saya) dan suara yang ngerock dari Teh Nicky Astria, bermain lempung (tanah liat) dengan teman kecil bernama Slamet Tarmidi dan Sarawi, tiap malam tidurnya masih bareng Ibuk (karena Bapak jarang pulang, kerja koperasi di Banyuwangi), serta berbagai macam kegiatan di tahun 80an akhir ke tahun 90an awal, termasuk saya yang harus dibiasakan suka membaca dan tidak boleh hujan-hujanan, main di sawah, di sungai dan permainan alam lain (saya mudah alergi dan sakit yang berakibat saya merasa tolol dalam menghapalkan nama sayur serta buah yang langka, ex:juwet, ciplukan, gambas, anggur gunung, sentul, wesah, dan lainnya, serta saya yang ingin sekali merasakan kecek -hujan-hujanan).

Tahun 1992 saya mulai masuk TK Khodijah 72. Seragam model minidress putih hijau, pramuka, dan olahraga (yang berwarna putih-hijau juga), kaos kaki renda, tas boneka, bawa kasang (botol air), berangkat sekolah diantar Bapak bareng tetangga saya bernama Lia (pulangnya rame-rame dengan teman lain) dan diajar oleh Bu Guru yang suuuaabbbaaarr poolll (ada Bu Mimin, Bu Nanik, dan Bu Rofikoh). Beberapa teman TK yang masih saya ingat, ada Fahru, Eros, Anis, Fauzi, Nizar, Hadi, Rena, Fatma, Linda, Hurin, Andini, Indah, Yuni, Didin, Bambang, dan masih sebagiannya agak lupa. Dimana dari sebagian besar teman saya ini, mereka sudah menikah semua!

Beranjak di tahun 1993 saya sudah mulai SD di SD Kemiri IV (sekarang jadi SD Kemiri II). Berasa memiliki tanggung jawab besar nih! Karena sekolah yang pasti lama (6 tahun) dan harus berprestasi lah! Kelas 1 (satu) diajar oleh Bu Tri Andayani. Nih Ibu Guru yang pinter banget (ngajar kelas saya pas kelas 6 juga). Materi waktu itu tentang air, udara, makhluk hidup, pelajaran membaca ( Ini Budi, Kakak Budi bernama Wati, Iwan adik Budi), pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), dan PSPB ( Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Guru-guru yang lain juga oke-oke, ada Bu Winarti, Pak Sunhaji, Pak Ramli, Bu Khotimah, dan Kepala Sekolah yang sering gonta-ganti. Masa-masa saya juga sering melakukan konser majemuk bersama teman-teman saya (Erni, Suwarso, Rika, Hariyani, dan lainnya) pas kelas 3 (tiga) dengan lagu dangdut andalan (pada saat itu yang lain in adalah Mirasantika dari Bang Haji Rhoma Irama dan beberapa lagu dari Manis Manja Group). Kelas 6 (enam) udah mulai merasa sok gaul. Mengenal band manca (waktu itu saya ngefans sekali dengan The Moffats dan saya suka pinjam paksa majalah Aneka Yess! kepunyaan Oom saya).

Tahun 1999 saya masuk SMP 1 Genteng. Sekolah yang terletak di sub-urban, membuat saya merasa harus menjadi siswa yang tangguh. Iya dong! Jarak sekolah yang lumayan jauh dari rumah  membuat saya harus kuat naik kol (angkutan umum) dari mulai surup pagi-pagi (untuk les) dan pulang sore (setelah les). Mulai kenal internet (jaman itu lagi booming-nya MIRC), kenal nge-band (kelas 2 SMP sering latihan di Maestro), mulai nge-geng (bareng Vivi, Vici, dan Fitria), mulai pacaran (sembunyi-sembunyi, karena belom boleh), lebih suka lagu pop, radioholic, suka ngumpulin poster band-band dan penyanyi yang jadi idola di masa itu (BackstreetBoys, the Moffatts, Hanson, 911, Five, Spice Girls, The Corrs, Westlife, Atomic Kiiten, B*Witched, AB Three, Britney Spears) dan memajangnya di tembok kamar -sampai tidak ada tembok yang tersisa-.


Di SMA (SMA 1 Genteng) saya malah terkenal jadi siswi yang hore! Dalam artian, saya merasa lebih brutal (hehehe, banyak teman cowok!), lebih cuek, dan berasa preman (walau hati saya sebenarnya putih bersih, wkwkkw!). Mulai malas mengoleksi poster dan merasa lebih oke kalau sukses bolos pelajaran (saya beberapa kali bolos sekolah, tapi tetep stay dirumah, bukan keliaran di pasar atau terminal), mulai gonta-ganti pacar (dari yang pendiem, anak ustad, alumni, sampai mahasiswa), nge-geng lagi (Vivi, Citra, Shanti, dan Yossy), dan saya cenderung lebih suka berteman dengan banyak orang waktu itu (mulai supir angkutan umum beserta kernetnya, pemuda di desa saya -berasa kembang desa-, beberapa orang tua yang enak diajak ngobrol, dan banyak lagi).


Mulai remajalah saya di tahun 2005. Jadi mahasiswa rek! Kuliah Di Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Ekonomi. Saya yang premanisme begini harus mulai menata diri (walau susah untuk menjaga sikap agar lebih kelihatan dewasa, karena saya tipikal manusia mercon -meledak dimana-mana-) dan harus hidup mandiri di perantauan. Banyak yang saya lakoni dan saya temui selama kuliah ini. Mulai dari bersitegang dengan teman lama (sampai sekarang hubungan kami tidak oke), punya teman yang luar biasa (wong pitu, ada Ninda, Faiz, Yuni, Ita, Sulung, dan Yayang Pras, hehe), serta beberapa teman saya yang lain di kelas, di kosan, atau kenalan saya yang lain.


Dan sekarang, saya yang sudah bekerja di Soka Radio (sejak April 2009) harus mulai bisa bersikap. Artinya, saya harus berpikir ke arah yang lebih serius (menikah itu tujuan yang pasti, hehehe!) dan sekarang saya sedang suka menulis. Menulis apa pun!
Iya, saya yang dulu dan saya yang sekarang tidak bisa saya gambarkan dengan penuh dan gamblang. Karena yang mengerti saya berubah atau tidak, adalah orang-orang yang ada di sekitar saya dan bersinggungan (baik langsung atau tidak langsung )dengan saya dari waktu ke waktu. Saya sendiri pasti merasa berubah! Tapi temans yang bisa menilai saya!


:)

Senin, 23 Januari 2012

Bermain Warna

"Kamu suka warna ijo ya?", kata teman saya semalam. Saya mengangguk dan langsung berfikir, "dari mana dia tahu?". Nah, ternyata teman saya, Wawan, bilang kalau kita tidak suka sayur dan buah, bisa dipastikan kalau kita penggemar warna hijau. Agak ragu juga karena itu bukan penelitian ilmiah dan menurut Wawan, kesimpulan ini berdasarkan fakta beberapa temannya (yang hanya 4 orang), yang tidak suka sayur dan buah ternyata greenholic. Apa hubungannya antara tidak suka sayur dan buah dengan suka warna hijua? Itu yang masih belum saya temukan jawabannya. 
Namun tanpa saya sadari, beberapa barang yang saya miliki notabene berwarna hijau. Mulai dari seprai kasur yang saya pasang sekarang, rak buku ( 2 buah ), sepatu, dan beberapa buah baju. Sampai-sampai Kabag siar saya juga pernah menghadiahi saya minidrees dan dompet warna hijau. :)
"Kamu orang yang prinsipil dan tidak mau menerima saran orang lain!", lanjut Wawan. Betul sekali teman!  Tapi baik, saya akan membeberkan karakter orang pecinta warna hijau (walau pun saya bukan green lovers akut  ), berdasarkan temuan saya di artikel pagi ini.

Warna Hijau
Warna kesukaan kamu hijau, maka kamu adalah tipe yang sangat romantik, menyukai keindahan, menyenangi alam dengan udara yang sejuk. Kamu adalah seseorang yang selalu memegang prinsip. Dalam hal bercinta kamu mengidam-idamkan calon teman hidup yang penuh toleransi dan dapat dipercaya.

Oke-oke Wan! Tapi saya juga suka warna Ungu. " Kamu bisa dikatakan  manusia yang perhatian.Tapi kamu juga tipe orang yang "jleb moment". Artinya, kamu bisa keliatan bego' waktu ada kejadian atau lagu khusus yang kamu banget. Kamu juga sulit melupakan masa lalu!", Wawan kasih penjelasan lagi. Hey boy, cukup! Ini nih karakter penyuka warna Ungu (semoga ramalanmu ada yang meleset teman, hehehe!), berdasarkan artikel yang aku temukan pagi ini juga.

Warna Ungu
Kalo warna Ungu (Violet) menjadi warna favorit kamu maka kamu adalah tipe yang benar-benar luar biasa. Dalam menghadapi masa depan kamu tidak pernah ragu-ragu, apa yang dikerjakan kamu adalah yang terbaik. Kamu pandai benar dalam mengikuti perkembangan jaman. Dalam bercinta, hanya merekalah yang kuat mental yang bisa mendekati dan menjadi kekasih kamu.

Lama- lama saya jadi  tambah takut kalau teman saya itu alih profesi menjadi paranormal. Tapi baik disadari atau tidak, warna hijau dan ungu memang warna yang cukup oke buat saya. Pada saat saya menulis note ini, saya sedang mengenakan baju berwarna ungu! :)
Bagaimana dengan temans??? Apa warna yang menjadi "kamu" banget? Silakan pahami karakter teman dengan bermain warna!

Kau yang Mulai, Kau yang Mengakhiri. TERLALU!

Mami, Mama, Tante, My God! Kenapa dia ninggalin aku??? Padahal dia yang dulu nguber-nguber, sms duluan, bilang sayang, perhatian, dan berbagai aktivitas lain yang buat aku terkenyong-kenyong! Tapi sekarang?! Hey boy, kemana kamu? Ada cewek lain-kah, aku tidak penting-kah, atau jangan-jangan malah selama ini kamu gak suka ke aku??!!!
Baik, apa boleh aku ambil kesimpulan berkaitan dengan hubungan kita boy?
Oke, sekarang ini semua berarti:
1. Kamu sudah mengambil sikap yang ternyata menyakiti perasaanku. Oke boy, kamu sudah mulai belajar menjadi pria dewasa dan berusaha mengambil keputusan. Tapi tunggu dulu, kalau pun akhirnya akan seperti ini, apa kamu tidak pernah berfikir kalau aku sudah mulai ketergantungan ma kamu? Sms kamu yang mesra, telepon kamu yang romantis, perhatian kamu yang overload setiap harinya, dan semua yang kamu berikan selama ini ternyata harus berakhir tragis. Baik, baik, dan baik! Aku berusaha baik-baik saja walau itu sakit.
2. Ternyata aku tidak penting kan buat kamu? Oke, oke, oke! Kamu ternyata juga tidak penting buat aku! Mau bukti? Aku masih bisa berdiri dan makan (lumayan) enak, walau sedikit mbrebes mili.
3. Keadaan yang tidak memungkinkan kita bersama, karena Tuhan sudah tahu kalau kamu ternyata tidak baik buat aku. Mencari jalan pisah itu memang susah, tapi mau cari jalan senang memang terlalu mudah! Tetapi lebih baik pisah sekarang kan boy? Daripada nanti malah bukan air mata saja yang akan aku keluarkan kalau kita pisah. Aku malah takutnya harus bunuh diri -wah?!- , menjadi linglung -busyet!-, dan bahkan malah membuat aku menjadi manusia paling tidak oke di dunia! Tuhan ternyata sayang sekali padaku boy! Menunjukkan kalau kamu ternyata bukan pria baik-baik!


Nah, temans! Apa yang saya simpulkan ini mungkin bisa membuat seseorang yang patah hati -sebisa mungkin- tidak terlalu patah. Saya jadi ingat salah satu posting teman saya -Bety- di fesbuknya yang kurang lebih isinya seperti ini: "Kita berpisah bukan karena sudah tidak cinta atau sayang lagi. Tetapi kita tidak ingin lagi menyakiti satu sama lain".
Perasaan dicampakkan, tidak dihiraukan dan ditinggalkan adalah sesuatu yang membuat kita menjadi manusia tidak penting di muka bumi ini. Tetapi tahukan temans, mungkin juga kita pernah menjadi manusia paling jahat di dunia ini -hanya kita sendiri yang tahu-. Instropeksi, koreksi, dan tahu diri adalah hal yang harus kita lakukan. Kalau pun kita sekarang sedang jatuh, siapa tahu besok atau lusa kita sudah bisa berjalan dan berlari -mungkin saja!-.
:)

Kamis, 19 Januari 2012

Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Hanya karena masalah sepele, jadi berantakan. Cuma karena itu, malah gak baik lagi. Just kidding say! Eh, malah bubar jalan. Pernahkah temans merasa seperti itu? Apa yang kita pikir cuma bercanda ternyata malah jadi boomerang. Padahal kadang kala kesalahan bukan hanya terletak pada kita -dia juga turut andil dalam melakukan kesalahan-. Tapi cuma kita yang harus jadi korban, harus mengaku salah, harus mengalah, dan harus memulai dulu -agar semuanya kembali normal kayak dulu-.
Terlalu mengalah malah berakibat pada adegan tidak dihiraukan dan hanya dianggap angin lalu. Kalau boleh memilih, kan lebih baik tidak kenal saja daripada tidak digape. Iya kan? Dan kalau saja boleh memilih sekali lagi dan lagi, lebih baik tidak memulai cerita saja dengan dia. Lebih baik lagi, lagi, dan lagi, kalau kita tetap biasa saja kayak dulu, tidak usah melibatkan perasaan, dalam bentuk apa pun.
Nah temans, yang kita alami -penolakan dan ditinggalkan-, memang suatu keadaan yang kadang membuat kita menjadi manusia paling buruk di dunia. Hanya karena kesalahan beberapa saja, amburadul-lah segala urusan.
So, berhati-hatilah bersikap dan memperlakukan orang -yang notabene memiliki karakteristik yang berbeda dengan kita-!
:)

Rabu, 18 Januari 2012

Bisakah Membedakan?

Mengingat perjalanan asmara salah satu teman saya ternyata bisa juga jadi inspirasi. Teman saya yang satu ini bisa dikatakan manusia yang memiliki dan menahan cinta terlama yang pernah saya tahu. Mengapa? Karena lebih dari satu dekade mempertahankan cinta pada satu orang saja -dengan hubungan yang tidak bisa dideskripsikan-. Mereka saling melengkapi, sering jalan bareng, dan berbagai kegiatan lain layaknya orang pacaran. Tetapi sebenarnya mereka tidak berada dalam satu ikatan. Terbukti, kadang salah satu diantara mereka dengan bebasnya kencan dengan orang lain.

Sekarang teman saya itu sudah memiliki pacar resmi yang sudah mau berkomitmen, tidak abu-abu lagi seperti yang dulu. Ada satu hal yang terus saya tanyakan kepada teman saya itu, apakah dia merasa nyaman dengan pacarnya yang sekarang? Saya khawatir kalau ternyata pacarnya ini hanya dijadikan pelarian karena kasus percintaannya dimasa lalu. Jawaban pasti belum ada, karena kadang teman saya juga masih merasa kangen dengan obsesi satu dekade-nya itu.

Nah, berarti secara cepat saya tarik kesimpulan bahwa pacar pertama belum tentu cinta pertama. Begitu juga sebaliknya. Saya coba jelaskan singkat saja. Pacar pertama adalah orang yang pertama kali berkomitmen dengan kita dalam ikatan pacaran (proses suka, PDKT, nembak, jadian, dan putus-pada akhirnya). Pacar pertama biasanya terjadi pada saat kita masih SD, SMP atau SMA, dan biasa disebut cinta monyet. Karena pada dasarnya rasa suka timbul karena sering digojloki teman sekelas. Kita tetap merasa deg deg ser, tetapi kalau pada akhirnya putus, ya kita bisa biasa saja menanggapinya (berlaku untuk beberapa orang saja). Walau terkadang kita tidak terlalu suka dengan pacar monyet kita itu, bisa jadi dia adalah orang pertama yang memberi kita surat cinta, bunga, kado, dan melakukan kegiatan "pertama" lainnya.

Tetapi mari kita tengok pada cinta pertama. Nah, ini bisa diartikan bahwa kita tidak selalu bisa berkomitmen dengan cinta pertama kita. Bisa jadi karena cinta kita tidak terbalas (dia tidak suka ke kita, terpisah oleh jarak, usia, de el el) dan kita hanya bisa memendam rasa itu sampai saat ini -seperti kasus teman saya itu-. Cinta pertama itu banyak yang bilang kalau gak bisa ilang dan nempel terus di hati. Selalu terbawa ke pikiran dan pasti selalu mewakili suasana dimana kita berada sekarang. Begitu ajaib-kah cinta pertama itu?


Cerita lain juga muncul, dimana saya punya teman yang bisa menjaga kadar percintaan mereka dari SMP sampai menikah dan akhirnya mempunyai 3 orang anak yang lucu-lucu sekarang. Walaupun saya juga belum tahu apakah mereka sama-sama merupakan cinta pertama. Namun yang jelas, mereka bisa awet.
Temans, coba diingat dan ditengok lagi, yang saat ini bersama dengan temans itu adalah pacar pertama atau cinta pertama?
:p

Ini Semua Manusiawi_Fiksi_

Pasti ada jalan keluar dari semua ini. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua pasti akan baik-baik saja. Berulang kali Rasya harus meyakinkan dirinya bahwa semua masalah ini akan segera berakhir dan hanya akan meninggalkan bekas saja. Sudah berusaha keras juga, tetapi masih saja tidak hilang begitu saja. Ini pasti semua gara-gara Tino, pikir Rasya. Si Tino cowok brengsek yang sudah menghancurkan hubungannya dengan Fadli, pacar Rasya. Tino selalu membuat Rasya ketergantungan untuk bisa memiliki hubungan yang tidak jelas. Tino yang selalu memberikan ilmu bagaimana cara berselingkuh dengan baik dan benar, tentunya juga biar tidak ketahuan. Tino pula yang memberi ide tempat aman untuk melakukan perselingkuhan. “Di dalam kamar dan lampu harus dimatikan!”, katanya waktu itu.
Setelah merasa ilmu yang dipelajari sudah cukup, Tino melepas Rasya untuk bisa berkembang melanjutkan perselingkuhan dengan pria lain, walaupun Rasya harus menggadaikan hubungannya dengan Fadli. Rasya sudah merasa tidak mampu lagi untuk hidup dengan satu pria. Rasya butuh dua atau tiga, kalaupun empat berarti ilmu yang diajarkan Tino sudah benar-benar merasuk.
Saat ini, ternyata ilmu yang diwariskan Tino sudah tidak mujarab lagi. Terbukti Rangga yang baru berkencan dua hari dengan Rasya, sekarang sudah melarikan diri dan tidak mau meneruskan hubungan “professional” ini. Rasya kelimpungan! Tidak mungkin untuk meminta resep lagi pada Tino. Dia sudah fokus ke perempuan-perempuannya, dan Rasya hanya salah satu dari kelinci percobaanya. Gengsi kalau masih harus bertanya pada Tino! Pikir Rasya.
Rangga benar-benar pria yang mampu mematahkan jampi-jampi perselingkuhan Rasya. Apa mungkin pada saat kencan, Rangga tidak mematikan lampu kamarnya dan itu menjadi salah satu sebab kenapa hubungan “professional” ini berakhir? Padahal Rama dan Wisnu tidak harus mematikan lampu kamarnya berhasil dicampakkan Rasya begitu saja. Tetapi ini berbeda dengan Rangga??? Rasya benar-benar jatuh bangun memikirkan cara bagaimana agar Rangga harus bisa dicampakkan, bukan Rasya yang harus dibuang. Rasya ingin mati saja pada saat Rangga bilang “aku tidak mau masuk di kehidupanmu!”. Jadi, ilmu dari Tino sudah memang benar-benar tidak manjur lagi dan Rasya harus kembali ke Tino untuk memperbaharui ilmu lagi. Hey Tino, dimana kamu???

* Oke temans, adakah diantara teman bertanya mengapa saya terus menerus menulis tentang perselingkuhan? Mungkin ada yang menebak kalau itu pengalaman pribadi atau saya adalah seorang pendengar yang baik? Tidak, saya bukanlah pendengar yang baik. Daya tangkap telinga saya sangat jauh di bawah kelelawar yang memiliki kekuatan dengar 3.000 Hz – 120.000 Hz. Apa pun tanggapan temans tentang tulisan saya yang berkaitan dengan mendua, yang jelas saya begitu menghayati, dan saya merasa baik-baik saja. J
Nyatanya, secara kebetulan, saya tadi malah menemukan artikel yang berkaitan dengan perselingkuhan. Dimana intinya bahwa tidak hanya pria saja yang berhak mendapat cap playboy. Perempuan juga mempunyai kans lebih besar untuk berselingkuh dan mampu menyembunyikan perselingkuhannya dengan rapi, baik dan benar. Hal ini dikarenakan perempuan punya naluri untuk tidak mau menyakiti perasaan orang lain dan berusaha untuk setenang mungkin mengendalikan keadaan se-normal-normal-nya.
Nah, ternyata kegiatan mendua tidak hanya terjadi pada hubungan yang bermasalah lho! Terbukti Rasya yang memiliki hubungan oke dengan Fadli, malah kelimpungan untuk mencari lelaki lain. Apa sebabnya? Kalau pria melakukan adegan perselingkuhan karena memang naluri untuk “melampiaskan” nafsu –lebih mudah tergoda melihat perempuan lain yang cantik-, perempuan ternyata lebih mengedepankan “perasaan nyaman” yang berakibat pada “selalu jatuh cinta lagi” pada selingkuhannya, walaupun sudah memiliki hubungan yang sehat dengan pacarnya. Ini dikarenakan perempuan cenderung lebih suka diperhatikan, dimanja, disanjung, dan dianggap penting oleh teman pria –baca:selingkuhan-, karena yang “mampu” melakukan itu semua ya itu tadi, selingkuhan. Dengan cacatan, berani selingkuh, berani membuang waktu untuk memikirkan gombalan. Hehe…
Sekarang, berhati-hatilah dengan hubungan temans yang sehat-sehat saja. Bukannya mendoakan, tetapi bahaya laten itu memang ada! So, waspadalah, waspadalah! –Nada Bang Napi-.
Semangat temans!!!