Selasa, 31 Januari 2012

Rebutan Cinta! Heh, WHAT ??!!!

Siang tadi Adik kos saya, sebut saja I dilabrak oleh sahabatnya, sebut saja S, karena disinyalir bahwa Adik kos saya memiliki affair dengan pacar S, sebut saja A. Padahal selama ini, yang saya ketahui, kalau A sudah putus dengan S. Itu berdasarkan pengakuan A kepada Adik kos saya.

Beberapa waktu kemudian, Adik kos saya banyak menghabiskan waktu dengan A. Karena A getol sekali pedekate, nembak Adik kos saya dan selalu bilang kalau sudah nyaman dengan Adik kos saya serta tidak cinta lagi pada S. Adik kos saya awalnya tidak mau, karena tidak mau menyakiti perasaan S, takut dikira teman makan teman atau menusuk dari belakang atau musuh dalam selimut. Tapi nyatanya, A malah beralih pedekate ke orangtua Adik kos saya juga. Nekat kan? Akhirnya, dengan begitu banyaknya perhatian yang dicurahkan A, luluh juga hati Adik kos saya. Mereka akhirnya jalan!

Beberapa waktu kemudian, setelah Adik kos saya terkenyong-kenyong dan merasa sudah ketergantungan dengan A, si A malah tidak pernah nongol lagi sampai pada akhirnya si A mengajak Adik kos saya untuk berteman saja! Hancurlah perasaan Adik kos saya. Lama untuk bisa jatuh cinta dan sayang ke si A, setelah luluh,,eh,,malah ditinggal begitu saja! Butuh waktu satu minggu untuk membebaskan dia menangis di kamarnya. Saya bisa memahami, walau saya jengkel juga melihat matanya mbendol.

Tetapi ada suatu keajaiban! Dia mulai bisa tersenyum, tertawa, dan guyon dengan anak kos lainnya!
Tetapi tahukah Temans, ternyata perjalanan asmaranya tidak semudah itu dilewati. Tiba- tiba muncullah seorang cowok, sebut saja E, yang mengaku mantannya si S dan merasa jadi korban dari hubungan S dan A. Endingnya, si E malah nyuruh Adik kos saya untuk mengakui segala perbuatannya (menjalin affair dengan si A di belakang S). Karena si E juga merasa telah dipermainkan si S (E dan S pernah jadian, tapi akhirnya S balikan dengan A). Saking begitu polosnya, Adik kos saya mengaku ke S, kalau dia pernah jadian ma si A. You know what guys? Si S marah besar! Mencak-mencak, koar-koar, dan heboh! Si S bilang ke semua anak se-kelasnya kalau Adik kos saya tidak punya hati karena telah menusuk dia dan tidak pernah jujur.  Si A marah besar juga kepada Adik kos saya, karena dianggap memperkeruh suasana. Si E juga tidak kalah acting! Si E malah menyuruh Adik kos saya untuk minta maaf pada si S! Padahal sudah jelas-jelas dia yang menyuruh Adik kos saya untuk jujur pada si S. Adik kos saya benar-benar diuji oleh artis kacangan semacam si S, si A, dan si E itu.

Sekarang, peperangan tengah terjadi! Adik kos saya dan si S terlibat pertengkaran- yang nyatanya kedua cowok brengsek, si A dan si E, tidak nongol di konferensi yang diselengarakan Adik kos saya dan si S-.

Sebelum berangkat berperang melawan si S, saya menyarankan beberapa hal terhadap Adik kos saya -lebih tepatnya memberi wejangan dan jimat-, yaitu:

1. Mengaku salah saja-lah! Walaupun yang salah juga si A, karena getol ngerayu dan nembak kamu, dan si E yang sudah memprovokatori kamu untuk ngomong semua ke si S. Tapi ya sudah lah, kedua cowok itu terbukti tidak memiliki tanggung jawab!

2. Setelah kamu dicaci-maki dan disalahkan, bilang terimakasih dan tidak usah lagi terlibat dalam hubungan mereka lagi, beserta koloni-koloninya. Selain tidak ada manfaatnya, mereka juga tidak memberikan kontribusi besar terhadap kehidupan kamu!

3. Setelah semua clear, jadilah selebritis kampus! Dandan yang cantik dan menarik. Tunjukkan kalau kamu tetap menjadi STAR dan tidak akan layu hanya karena masalah sepele. Dongakkan kepala, berjalan pede, berteman dengan orang yang tulus serta tetap berprestasi di kampus.

Seperti pepatah, si S, si A, atau si E menggonggong, kamu tetap berkibar!


 

Senin, 30 Januari 2012

Ternyata Tuhan (BENAR-BENAR) Tidak Tidur!

Saya begitu terharu sekali pada saat menerima sms dari salah seorang teman saya yang terpaksa membuat saya sedikit mbrebes mili. Iya, dia begitu sungkan karena kemarin belum bisa membantu saya (sebenarnya dia bisa, tetapi kita tidak sempat ketemu). Dia begitu memaksa untuk tetap membantu saya dan merasa tidak enak hati kalau ternyata saya sudah mendapatkan bantuan dari orang lain.

Bukannya saya menolak bantuan dari teman saya itu. Selain faktor waktu yang ternyata kita masih tidak sempat bertemu, saya juga takut merepotkan dia (mengingat dia masih selalu ribet dengan masalahnya sendiri). Saya tidak mau dicap sebagai teman yang tidak bisa membaca situasi (waktu butuh saja, ingat teman!) dan saya malah benar-benar takut merepotkan. Lagipula saya juga sudah bisa mengatasi masalah saya sendiri dengan meminta bantuan orang lain.

Pada akhirnya saya berpikir, "Mengapa dia begitu merasa sungkan karena tidak bisa membantu saya?".  Sungguh, saya merasa sangat terharu dengan ketulusannya bersedia membantu saya. Saya malah sungkan karena selama ini saya jarang bisa juga membantu dia. Saya merasa menjadi teman yang biasa-biasa saja, tidak terlalu berlebihan.

Seraya menulis ini, tidak hentinya saya mbrebes mili dan mengucap syukur. Pada saat saya ada masalah, masih banyak teman-teman saya yang bersedia membantu, karena memang Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu membukakan jalan kepada umatnya agar bisa berpikir dan bisa menyelesaikan masalahnya. Tuhan selalu mengirim keajaiban yang bisa meloloskan kita dari masalah melalui orang-orang di sekitar kita. 

Terimakasih kepada semua teman-teman saya! Lup u....


Sabtu, 28 Januari 2012

Karena Cinta Gak Ada di Piring!

"Umur berapa Mbak?", "Kapan nyusul nih?", "Calonnya orang mana?", "Target umur berapa nikahnya?", "Pacaran udah lama, gak takut karatan nih?", "2012, keburu kiamat lho!", dan masih banyak lagi pertanyaan dan pernyataan lain tentang MENIKAH!

Ya, saya sudah 25 tahun, nyusul nanti kalau sudah waktunya, calon saya sementara orang Lumajang, target umur 25 ini, gak kok -kami selalu merefresh hubungan kami-, 2012 belum tentu kiamat! Itu jawaban saya yang disertai nada jengkel, wajah merengut tapi diakali dengan nada guyon.
Saya juga ingin menikah!!! Menikah kan memang sunnah (bisa wajib juga!), karena saya juga ingin melihat bagaimana bentuk rupa dan wajah cucu dari orang tua saya dan (calon) mertua saya. Tetapi saya tidak serta - merta memutuskan menikah dengan hanya mengedipkan mata dan langsung cling saya menikah! Banyak yang harus saya siapkan, pikirkan, dan hadapi.

Persiapan mental dan ekonomi menjadi alasan pertama yang harus membuat saya menunda (belum terpikirkan) untuk menikah. Saya (dan pacar saya) harus punya persiapan finansial agar sebelum, menikah, dan setelahnya, kami tidak merepotkan orang tua. Mental juga perlu sekali disiapkan agar pada saat sebelum, menikah dan setelahnya kita bisa menjadi lebih bijak dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan relationship.

Saya ambil contoh kecil, tetangga saya menikah sekitar umur 16 tahun. Waktu pacaran mereka nampak bahagia. Si cewek selalu dibelikan baju, traktir makan, dan kebutuhan lain terpenuhi. Sampai akhirnya pasangan ini memutuskan menikah muda. Selang beberapa waktu kemudian, si cowok berhenti dari pekerjaannya dan sekarang hanya nongkrong bareng teman-teman seusianya. Padahal pasangan muda ini sudah punya anak yang harus diperhatikan! Bisa jadi karena kurang puas menikmati masa muda. Endingnya, si cewek malah curhat ke saya kalau menikah dan punya anak itu ruwet!

Saya bisa menangkap apa maksud dari pernyataannya itu. Dia bukan menyesali keadaannya yang sudah menikah dan mempunyai anak yang lucu, tetapi dia menyesali keputusannya menikah pada saat ia dan (calon) suaminya dulu belum memiliki pondasi yang kuat untuk membangun sebuah keluarga. Salah satu masalahnya sudah barang tentu berkaitan dengan keadaan ekonomi (masalah uang).

Sudah banyak contoh yang ada di depan mata saya, bahwa untuk memutuskan hal yang bersifat ekstrim (menikah) dalam hidup haruslah dengan pemikiran yang sangat, sangat, dan sangat matang! Bukannya saya tipe perempuan yang pilih-pilih, bukan! Tapi banyak kasus menunjukkan kalau kita sudah menikah, kadar cinta hanya tinggal beberapa persen saja. Prosentase terbesar dalam rumah tangga adalah memikirkan kebutuhan dan mencapai kesejahteraan. Secara kasarnya, setelah menikah kita tidak akan bicara tentang cinta. Tidak akan kenyang makan cinta, KARENA CINTA GAK ADA DI PIRING!

Rabu, 25 Januari 2012

VIKAmorphosis

Dari seorang laki-laki dewasa bernama Sahudy Sulisko dan perempuan elok ayu bernama Hadiyatin, lahirlah bayi yang bisa dikatakan biasa-biasa saja. Tetapi menurut pasangan muda ini, saya (bayi yang lahir di dapur atas bantuan dukun bayi bernama Mbah Menah) adalah little angel mereka. Iya saya, Vika Varia Mato Vana, lahir senin sore sekitar jam 17.00 (pada saat ada pertandingan bola di lapangan belakang rumah) tanggal 8 Juni 1987.


Rumah yang masih dengan lampu redup (PLN baru masuk dan masih pakai beberapa lampu tempel, terutama di rumah kakek saya), setrika berat dengan bantuan arang, tiap pagi denger lagu dari band manca (Scorpions, favorit kedua orang tua saya) dan suara yang ngerock dari Teh Nicky Astria, bermain lempung (tanah liat) dengan teman kecil bernama Slamet Tarmidi dan Sarawi, tiap malam tidurnya masih bareng Ibuk (karena Bapak jarang pulang, kerja koperasi di Banyuwangi), serta berbagai macam kegiatan di tahun 80an akhir ke tahun 90an awal, termasuk saya yang harus dibiasakan suka membaca dan tidak boleh hujan-hujanan, main di sawah, di sungai dan permainan alam lain (saya mudah alergi dan sakit yang berakibat saya merasa tolol dalam menghapalkan nama sayur serta buah yang langka, ex:juwet, ciplukan, gambas, anggur gunung, sentul, wesah, dan lainnya, serta saya yang ingin sekali merasakan kecek -hujan-hujanan).

Tahun 1992 saya mulai masuk TK Khodijah 72. Seragam model minidress putih hijau, pramuka, dan olahraga (yang berwarna putih-hijau juga), kaos kaki renda, tas boneka, bawa kasang (botol air), berangkat sekolah diantar Bapak bareng tetangga saya bernama Lia (pulangnya rame-rame dengan teman lain) dan diajar oleh Bu Guru yang suuuaabbbaaarr poolll (ada Bu Mimin, Bu Nanik, dan Bu Rofikoh). Beberapa teman TK yang masih saya ingat, ada Fahru, Eros, Anis, Fauzi, Nizar, Hadi, Rena, Fatma, Linda, Hurin, Andini, Indah, Yuni, Didin, Bambang, dan masih sebagiannya agak lupa. Dimana dari sebagian besar teman saya ini, mereka sudah menikah semua!

Beranjak di tahun 1993 saya sudah mulai SD di SD Kemiri IV (sekarang jadi SD Kemiri II). Berasa memiliki tanggung jawab besar nih! Karena sekolah yang pasti lama (6 tahun) dan harus berprestasi lah! Kelas 1 (satu) diajar oleh Bu Tri Andayani. Nih Ibu Guru yang pinter banget (ngajar kelas saya pas kelas 6 juga). Materi waktu itu tentang air, udara, makhluk hidup, pelajaran membaca ( Ini Budi, Kakak Budi bernama Wati, Iwan adik Budi), pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), dan PSPB ( Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Guru-guru yang lain juga oke-oke, ada Bu Winarti, Pak Sunhaji, Pak Ramli, Bu Khotimah, dan Kepala Sekolah yang sering gonta-ganti. Masa-masa saya juga sering melakukan konser majemuk bersama teman-teman saya (Erni, Suwarso, Rika, Hariyani, dan lainnya) pas kelas 3 (tiga) dengan lagu dangdut andalan (pada saat itu yang lain in adalah Mirasantika dari Bang Haji Rhoma Irama dan beberapa lagu dari Manis Manja Group). Kelas 6 (enam) udah mulai merasa sok gaul. Mengenal band manca (waktu itu saya ngefans sekali dengan The Moffats dan saya suka pinjam paksa majalah Aneka Yess! kepunyaan Oom saya).

Tahun 1999 saya masuk SMP 1 Genteng. Sekolah yang terletak di sub-urban, membuat saya merasa harus menjadi siswa yang tangguh. Iya dong! Jarak sekolah yang lumayan jauh dari rumah  membuat saya harus kuat naik kol (angkutan umum) dari mulai surup pagi-pagi (untuk les) dan pulang sore (setelah les). Mulai kenal internet (jaman itu lagi booming-nya MIRC), kenal nge-band (kelas 2 SMP sering latihan di Maestro), mulai nge-geng (bareng Vivi, Vici, dan Fitria), mulai pacaran (sembunyi-sembunyi, karena belom boleh), lebih suka lagu pop, radioholic, suka ngumpulin poster band-band dan penyanyi yang jadi idola di masa itu (BackstreetBoys, the Moffatts, Hanson, 911, Five, Spice Girls, The Corrs, Westlife, Atomic Kiiten, B*Witched, AB Three, Britney Spears) dan memajangnya di tembok kamar -sampai tidak ada tembok yang tersisa-.


Di SMA (SMA 1 Genteng) saya malah terkenal jadi siswi yang hore! Dalam artian, saya merasa lebih brutal (hehehe, banyak teman cowok!), lebih cuek, dan berasa preman (walau hati saya sebenarnya putih bersih, wkwkkw!). Mulai malas mengoleksi poster dan merasa lebih oke kalau sukses bolos pelajaran (saya beberapa kali bolos sekolah, tapi tetep stay dirumah, bukan keliaran di pasar atau terminal), mulai gonta-ganti pacar (dari yang pendiem, anak ustad, alumni, sampai mahasiswa), nge-geng lagi (Vivi, Citra, Shanti, dan Yossy), dan saya cenderung lebih suka berteman dengan banyak orang waktu itu (mulai supir angkutan umum beserta kernetnya, pemuda di desa saya -berasa kembang desa-, beberapa orang tua yang enak diajak ngobrol, dan banyak lagi).


Mulai remajalah saya di tahun 2005. Jadi mahasiswa rek! Kuliah Di Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Ekonomi. Saya yang premanisme begini harus mulai menata diri (walau susah untuk menjaga sikap agar lebih kelihatan dewasa, karena saya tipikal manusia mercon -meledak dimana-mana-) dan harus hidup mandiri di perantauan. Banyak yang saya lakoni dan saya temui selama kuliah ini. Mulai dari bersitegang dengan teman lama (sampai sekarang hubungan kami tidak oke), punya teman yang luar biasa (wong pitu, ada Ninda, Faiz, Yuni, Ita, Sulung, dan Yayang Pras, hehe), serta beberapa teman saya yang lain di kelas, di kosan, atau kenalan saya yang lain.


Dan sekarang, saya yang sudah bekerja di Soka Radio (sejak April 2009) harus mulai bisa bersikap. Artinya, saya harus berpikir ke arah yang lebih serius (menikah itu tujuan yang pasti, hehehe!) dan sekarang saya sedang suka menulis. Menulis apa pun!
Iya, saya yang dulu dan saya yang sekarang tidak bisa saya gambarkan dengan penuh dan gamblang. Karena yang mengerti saya berubah atau tidak, adalah orang-orang yang ada di sekitar saya dan bersinggungan (baik langsung atau tidak langsung )dengan saya dari waktu ke waktu. Saya sendiri pasti merasa berubah! Tapi temans yang bisa menilai saya!


:)

Senin, 23 Januari 2012

Bermain Warna

"Kamu suka warna ijo ya?", kata teman saya semalam. Saya mengangguk dan langsung berfikir, "dari mana dia tahu?". Nah, ternyata teman saya, Wawan, bilang kalau kita tidak suka sayur dan buah, bisa dipastikan kalau kita penggemar warna hijau. Agak ragu juga karena itu bukan penelitian ilmiah dan menurut Wawan, kesimpulan ini berdasarkan fakta beberapa temannya (yang hanya 4 orang), yang tidak suka sayur dan buah ternyata greenholic. Apa hubungannya antara tidak suka sayur dan buah dengan suka warna hijua? Itu yang masih belum saya temukan jawabannya. 
Namun tanpa saya sadari, beberapa barang yang saya miliki notabene berwarna hijau. Mulai dari seprai kasur yang saya pasang sekarang, rak buku ( 2 buah ), sepatu, dan beberapa buah baju. Sampai-sampai Kabag siar saya juga pernah menghadiahi saya minidrees dan dompet warna hijau. :)
"Kamu orang yang prinsipil dan tidak mau menerima saran orang lain!", lanjut Wawan. Betul sekali teman!  Tapi baik, saya akan membeberkan karakter orang pecinta warna hijau (walau pun saya bukan green lovers akut  ), berdasarkan temuan saya di artikel pagi ini.

Warna Hijau
Warna kesukaan kamu hijau, maka kamu adalah tipe yang sangat romantik, menyukai keindahan, menyenangi alam dengan udara yang sejuk. Kamu adalah seseorang yang selalu memegang prinsip. Dalam hal bercinta kamu mengidam-idamkan calon teman hidup yang penuh toleransi dan dapat dipercaya.

Oke-oke Wan! Tapi saya juga suka warna Ungu. " Kamu bisa dikatakan  manusia yang perhatian.Tapi kamu juga tipe orang yang "jleb moment". Artinya, kamu bisa keliatan bego' waktu ada kejadian atau lagu khusus yang kamu banget. Kamu juga sulit melupakan masa lalu!", Wawan kasih penjelasan lagi. Hey boy, cukup! Ini nih karakter penyuka warna Ungu (semoga ramalanmu ada yang meleset teman, hehehe!), berdasarkan artikel yang aku temukan pagi ini juga.

Warna Ungu
Kalo warna Ungu (Violet) menjadi warna favorit kamu maka kamu adalah tipe yang benar-benar luar biasa. Dalam menghadapi masa depan kamu tidak pernah ragu-ragu, apa yang dikerjakan kamu adalah yang terbaik. Kamu pandai benar dalam mengikuti perkembangan jaman. Dalam bercinta, hanya merekalah yang kuat mental yang bisa mendekati dan menjadi kekasih kamu.

Lama- lama saya jadi  tambah takut kalau teman saya itu alih profesi menjadi paranormal. Tapi baik disadari atau tidak, warna hijau dan ungu memang warna yang cukup oke buat saya. Pada saat saya menulis note ini, saya sedang mengenakan baju berwarna ungu! :)
Bagaimana dengan temans??? Apa warna yang menjadi "kamu" banget? Silakan pahami karakter teman dengan bermain warna!

Kau yang Mulai, Kau yang Mengakhiri. TERLALU!

Mami, Mama, Tante, My God! Kenapa dia ninggalin aku??? Padahal dia yang dulu nguber-nguber, sms duluan, bilang sayang, perhatian, dan berbagai aktivitas lain yang buat aku terkenyong-kenyong! Tapi sekarang?! Hey boy, kemana kamu? Ada cewek lain-kah, aku tidak penting-kah, atau jangan-jangan malah selama ini kamu gak suka ke aku??!!!
Baik, apa boleh aku ambil kesimpulan berkaitan dengan hubungan kita boy?
Oke, sekarang ini semua berarti:
1. Kamu sudah mengambil sikap yang ternyata menyakiti perasaanku. Oke boy, kamu sudah mulai belajar menjadi pria dewasa dan berusaha mengambil keputusan. Tapi tunggu dulu, kalau pun akhirnya akan seperti ini, apa kamu tidak pernah berfikir kalau aku sudah mulai ketergantungan ma kamu? Sms kamu yang mesra, telepon kamu yang romantis, perhatian kamu yang overload setiap harinya, dan semua yang kamu berikan selama ini ternyata harus berakhir tragis. Baik, baik, dan baik! Aku berusaha baik-baik saja walau itu sakit.
2. Ternyata aku tidak penting kan buat kamu? Oke, oke, oke! Kamu ternyata juga tidak penting buat aku! Mau bukti? Aku masih bisa berdiri dan makan (lumayan) enak, walau sedikit mbrebes mili.
3. Keadaan yang tidak memungkinkan kita bersama, karena Tuhan sudah tahu kalau kamu ternyata tidak baik buat aku. Mencari jalan pisah itu memang susah, tapi mau cari jalan senang memang terlalu mudah! Tetapi lebih baik pisah sekarang kan boy? Daripada nanti malah bukan air mata saja yang akan aku keluarkan kalau kita pisah. Aku malah takutnya harus bunuh diri -wah?!- , menjadi linglung -busyet!-, dan bahkan malah membuat aku menjadi manusia paling tidak oke di dunia! Tuhan ternyata sayang sekali padaku boy! Menunjukkan kalau kamu ternyata bukan pria baik-baik!


Nah, temans! Apa yang saya simpulkan ini mungkin bisa membuat seseorang yang patah hati -sebisa mungkin- tidak terlalu patah. Saya jadi ingat salah satu posting teman saya -Bety- di fesbuknya yang kurang lebih isinya seperti ini: "Kita berpisah bukan karena sudah tidak cinta atau sayang lagi. Tetapi kita tidak ingin lagi menyakiti satu sama lain".
Perasaan dicampakkan, tidak dihiraukan dan ditinggalkan adalah sesuatu yang membuat kita menjadi manusia tidak penting di muka bumi ini. Tetapi tahukan temans, mungkin juga kita pernah menjadi manusia paling jahat di dunia ini -hanya kita sendiri yang tahu-. Instropeksi, koreksi, dan tahu diri adalah hal yang harus kita lakukan. Kalau pun kita sekarang sedang jatuh, siapa tahu besok atau lusa kita sudah bisa berjalan dan berlari -mungkin saja!-.
:)

Kamis, 19 Januari 2012

Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Hanya karena masalah sepele, jadi berantakan. Cuma karena itu, malah gak baik lagi. Just kidding say! Eh, malah bubar jalan. Pernahkah temans merasa seperti itu? Apa yang kita pikir cuma bercanda ternyata malah jadi boomerang. Padahal kadang kala kesalahan bukan hanya terletak pada kita -dia juga turut andil dalam melakukan kesalahan-. Tapi cuma kita yang harus jadi korban, harus mengaku salah, harus mengalah, dan harus memulai dulu -agar semuanya kembali normal kayak dulu-.
Terlalu mengalah malah berakibat pada adegan tidak dihiraukan dan hanya dianggap angin lalu. Kalau boleh memilih, kan lebih baik tidak kenal saja daripada tidak digape. Iya kan? Dan kalau saja boleh memilih sekali lagi dan lagi, lebih baik tidak memulai cerita saja dengan dia. Lebih baik lagi, lagi, dan lagi, kalau kita tetap biasa saja kayak dulu, tidak usah melibatkan perasaan, dalam bentuk apa pun.
Nah temans, yang kita alami -penolakan dan ditinggalkan-, memang suatu keadaan yang kadang membuat kita menjadi manusia paling buruk di dunia. Hanya karena kesalahan beberapa saja, amburadul-lah segala urusan.
So, berhati-hatilah bersikap dan memperlakukan orang -yang notabene memiliki karakteristik yang berbeda dengan kita-!
:)

Rabu, 18 Januari 2012

Bisakah Membedakan?

Mengingat perjalanan asmara salah satu teman saya ternyata bisa juga jadi inspirasi. Teman saya yang satu ini bisa dikatakan manusia yang memiliki dan menahan cinta terlama yang pernah saya tahu. Mengapa? Karena lebih dari satu dekade mempertahankan cinta pada satu orang saja -dengan hubungan yang tidak bisa dideskripsikan-. Mereka saling melengkapi, sering jalan bareng, dan berbagai kegiatan lain layaknya orang pacaran. Tetapi sebenarnya mereka tidak berada dalam satu ikatan. Terbukti, kadang salah satu diantara mereka dengan bebasnya kencan dengan orang lain.

Sekarang teman saya itu sudah memiliki pacar resmi yang sudah mau berkomitmen, tidak abu-abu lagi seperti yang dulu. Ada satu hal yang terus saya tanyakan kepada teman saya itu, apakah dia merasa nyaman dengan pacarnya yang sekarang? Saya khawatir kalau ternyata pacarnya ini hanya dijadikan pelarian karena kasus percintaannya dimasa lalu. Jawaban pasti belum ada, karena kadang teman saya juga masih merasa kangen dengan obsesi satu dekade-nya itu.

Nah, berarti secara cepat saya tarik kesimpulan bahwa pacar pertama belum tentu cinta pertama. Begitu juga sebaliknya. Saya coba jelaskan singkat saja. Pacar pertama adalah orang yang pertama kali berkomitmen dengan kita dalam ikatan pacaran (proses suka, PDKT, nembak, jadian, dan putus-pada akhirnya). Pacar pertama biasanya terjadi pada saat kita masih SD, SMP atau SMA, dan biasa disebut cinta monyet. Karena pada dasarnya rasa suka timbul karena sering digojloki teman sekelas. Kita tetap merasa deg deg ser, tetapi kalau pada akhirnya putus, ya kita bisa biasa saja menanggapinya (berlaku untuk beberapa orang saja). Walau terkadang kita tidak terlalu suka dengan pacar monyet kita itu, bisa jadi dia adalah orang pertama yang memberi kita surat cinta, bunga, kado, dan melakukan kegiatan "pertama" lainnya.

Tetapi mari kita tengok pada cinta pertama. Nah, ini bisa diartikan bahwa kita tidak selalu bisa berkomitmen dengan cinta pertama kita. Bisa jadi karena cinta kita tidak terbalas (dia tidak suka ke kita, terpisah oleh jarak, usia, de el el) dan kita hanya bisa memendam rasa itu sampai saat ini -seperti kasus teman saya itu-. Cinta pertama itu banyak yang bilang kalau gak bisa ilang dan nempel terus di hati. Selalu terbawa ke pikiran dan pasti selalu mewakili suasana dimana kita berada sekarang. Begitu ajaib-kah cinta pertama itu?


Cerita lain juga muncul, dimana saya punya teman yang bisa menjaga kadar percintaan mereka dari SMP sampai menikah dan akhirnya mempunyai 3 orang anak yang lucu-lucu sekarang. Walaupun saya juga belum tahu apakah mereka sama-sama merupakan cinta pertama. Namun yang jelas, mereka bisa awet.
Temans, coba diingat dan ditengok lagi, yang saat ini bersama dengan temans itu adalah pacar pertama atau cinta pertama?
:p

Ini Semua Manusiawi_Fiksi_

Pasti ada jalan keluar dari semua ini. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua pasti akan baik-baik saja. Berulang kali Rasya harus meyakinkan dirinya bahwa semua masalah ini akan segera berakhir dan hanya akan meninggalkan bekas saja. Sudah berusaha keras juga, tetapi masih saja tidak hilang begitu saja. Ini pasti semua gara-gara Tino, pikir Rasya. Si Tino cowok brengsek yang sudah menghancurkan hubungannya dengan Fadli, pacar Rasya. Tino selalu membuat Rasya ketergantungan untuk bisa memiliki hubungan yang tidak jelas. Tino yang selalu memberikan ilmu bagaimana cara berselingkuh dengan baik dan benar, tentunya juga biar tidak ketahuan. Tino pula yang memberi ide tempat aman untuk melakukan perselingkuhan. “Di dalam kamar dan lampu harus dimatikan!”, katanya waktu itu.
Setelah merasa ilmu yang dipelajari sudah cukup, Tino melepas Rasya untuk bisa berkembang melanjutkan perselingkuhan dengan pria lain, walaupun Rasya harus menggadaikan hubungannya dengan Fadli. Rasya sudah merasa tidak mampu lagi untuk hidup dengan satu pria. Rasya butuh dua atau tiga, kalaupun empat berarti ilmu yang diajarkan Tino sudah benar-benar merasuk.
Saat ini, ternyata ilmu yang diwariskan Tino sudah tidak mujarab lagi. Terbukti Rangga yang baru berkencan dua hari dengan Rasya, sekarang sudah melarikan diri dan tidak mau meneruskan hubungan “professional” ini. Rasya kelimpungan! Tidak mungkin untuk meminta resep lagi pada Tino. Dia sudah fokus ke perempuan-perempuannya, dan Rasya hanya salah satu dari kelinci percobaanya. Gengsi kalau masih harus bertanya pada Tino! Pikir Rasya.
Rangga benar-benar pria yang mampu mematahkan jampi-jampi perselingkuhan Rasya. Apa mungkin pada saat kencan, Rangga tidak mematikan lampu kamarnya dan itu menjadi salah satu sebab kenapa hubungan “professional” ini berakhir? Padahal Rama dan Wisnu tidak harus mematikan lampu kamarnya berhasil dicampakkan Rasya begitu saja. Tetapi ini berbeda dengan Rangga??? Rasya benar-benar jatuh bangun memikirkan cara bagaimana agar Rangga harus bisa dicampakkan, bukan Rasya yang harus dibuang. Rasya ingin mati saja pada saat Rangga bilang “aku tidak mau masuk di kehidupanmu!”. Jadi, ilmu dari Tino sudah memang benar-benar tidak manjur lagi dan Rasya harus kembali ke Tino untuk memperbaharui ilmu lagi. Hey Tino, dimana kamu???

* Oke temans, adakah diantara teman bertanya mengapa saya terus menerus menulis tentang perselingkuhan? Mungkin ada yang menebak kalau itu pengalaman pribadi atau saya adalah seorang pendengar yang baik? Tidak, saya bukanlah pendengar yang baik. Daya tangkap telinga saya sangat jauh di bawah kelelawar yang memiliki kekuatan dengar 3.000 Hz – 120.000 Hz. Apa pun tanggapan temans tentang tulisan saya yang berkaitan dengan mendua, yang jelas saya begitu menghayati, dan saya merasa baik-baik saja. J
Nyatanya, secara kebetulan, saya tadi malah menemukan artikel yang berkaitan dengan perselingkuhan. Dimana intinya bahwa tidak hanya pria saja yang berhak mendapat cap playboy. Perempuan juga mempunyai kans lebih besar untuk berselingkuh dan mampu menyembunyikan perselingkuhannya dengan rapi, baik dan benar. Hal ini dikarenakan perempuan punya naluri untuk tidak mau menyakiti perasaan orang lain dan berusaha untuk setenang mungkin mengendalikan keadaan se-normal-normal-nya.
Nah, ternyata kegiatan mendua tidak hanya terjadi pada hubungan yang bermasalah lho! Terbukti Rasya yang memiliki hubungan oke dengan Fadli, malah kelimpungan untuk mencari lelaki lain. Apa sebabnya? Kalau pria melakukan adegan perselingkuhan karena memang naluri untuk “melampiaskan” nafsu –lebih mudah tergoda melihat perempuan lain yang cantik-, perempuan ternyata lebih mengedepankan “perasaan nyaman” yang berakibat pada “selalu jatuh cinta lagi” pada selingkuhannya, walaupun sudah memiliki hubungan yang sehat dengan pacarnya. Ini dikarenakan perempuan cenderung lebih suka diperhatikan, dimanja, disanjung, dan dianggap penting oleh teman pria –baca:selingkuhan-, karena yang “mampu” melakukan itu semua ya itu tadi, selingkuhan. Dengan cacatan, berani selingkuh, berani membuang waktu untuk memikirkan gombalan. Hehe…
Sekarang, berhati-hatilah dengan hubungan temans yang sehat-sehat saja. Bukannya mendoakan, tetapi bahaya laten itu memang ada! So, waspadalah, waspadalah! –Nada Bang Napi-.
Semangat temans!!!

Senin, 16 Januari 2012

OBSESI_Fiksi

Kalau saja bisa diumpamakan, kamu seperti jailangkung. Datang secara tiba – tiba dan kaburnya pun tanpa permisi. Jika boleh diibaratkan, kamu seperti ibu – ibu hamil muda yang lagi ngidam. Minta ketemu hari ini, aku harus segera datang dan kamu akan cuek saja kalau giliran aku yang ingin melepas rindu. Sepertinya kamu juga cocok jika disamakan dengan siklus datang bulan. Telat sehari, bikin khawatir. Tapi sekali datang bikin nyeri, bahkan bikin nyesek dan ingin melempar kamu jauh – jauh di seberang laut, mengubur kamu dalam – dalam ke tanah kapur, menendang sampai ke dasar jurang, membius kamu dengan suntikan yang biasa dipakai dokter untuk membius pasiennya, atau bahkan ingin melenyapkan kamu dengan obat anti serangga yang biasa aku beli di mini market.
Kamu membuat segala bentuk konsentrasiku berantakan. Aku bingung harus berbuat apa pada saat namamu tiba – tiba muncul di layar handphoneku, yang artinya kamu lagi kangen atau butuh aku. Tidak ada kuasa untuk menolak atau mengabaikan panggilanmu. Mencoba cuek, percuma. Mencoba tidak mendengar, tidak mungkin sekali. Mencoba mematikan handphone, jelas suatu hal yang sangat mustahil. Alhasil aku harus kembali mendengar suaramu yang serak dan ngangeni itu. Obrolan bergulir, menyenangkan dan pasti membuat aku deg – degan. Namun endingnya, kamu selalu membuatku jengkel pada saat kamu cerita tentang perempuan lain yang biasa kamu sebut pacar, istri, belahan jiwa, pasangan hidupmu, atau apalah sebutannya. Sudah pasti aku tidak peduli dengan perempuan – perempuan itu.
Aku cuma ingin ada kamu dan aku di setiap obrolan kita. Tidak ada orang lain, tidak ada perempuan atau laki – laki lain pada saat kita menghabiskan dua jam kita di sambungan telepon. Aku sangat tidak peduli dengan kisah cintamu dengan wanita lain selain aku! Sungguh – sungguh dan sangat – sangat tidak peduli sama sekali. Apa kamu tidak sadar, pada saat kita ngobrol, perutku selalu melilit, keringat sebesar biji jagung keluar dari seluruh pori – poriku, dan aku harus berusaha bersahabat dengan minyak kayu putih? Karena setiap kata, ucapan dan gelak tawamu sangat pas kena hatiku. Benar – benar tersiksa jika aku harus terus- terusan berhadapan denganmu yang datang secara menyakitkan dan pergi meninggalkan goresan.
Jika boleh berkata jujur, aku sangat butuh kamu sebagai pelampiasan raga yang kosong tanpa sandaran. Jiwaku sebenarnya tidak butuh kehadiranmu karena kamu tetap terletak di sudut itu. Tidak akan ada yang merubah posisimu, akan tetap di pojok. Kadang – kadang saja aku toleh, tapi sebagian besar akan kubiarkan saja. Walaupun kamu berada di pojok, sebenarnya aku sudah merasa berhenti di kamu dan segala cerita yang pernah ada tak akan tergantikan dengan apa pun.
Setelah apa yang aku rasakan dan tersiksanya aku atas sikapmu, aku pikir tidak ada obat yang mujarab untuk memoles luka itu dan yang pasti aku akan berusaha tak mau  ingat semua itu. Sudah barang tentu akan akan menghindari lubang yang sama untuk kedua kalinya. Karena jika aku menghabiskan sisa hidupku yang memikirkan pojokan hati, aku akan sakit dan kamu akan terus menerus membicarakan perempuan – perempuan itu. Sudah cukup disini dan aku memang harus pergi setelah kita sedikit bermain – main denga hati kita masing – masing.
Tetapi rasanya sekarang sudah saatnya aku ingin mengajak kamu untuk bermain – main. Pola permainan yang sengaja aku ciptakan khusus untuk kamu.  Akan kujadikan kamu korban dalam permainanku kali ini. Aku ingin kamu merasakan betapa tersiksanya perasaan yang setiap malam memikirkan seseorang yang tidak kunjung mengerti perasaanmu. Aku ingin kamu berpikir dengan keras sampai mengerutkan kening dalam – dalam dan merasakan betapa butuhnya kamu padaku. Aku juga ingin kamu harus melewatkan malam – malammu berlalu begitu saja hanya karena memikirkan aku. Sudah pasti aku juga  ingin ada aku yang menghantui mimpi – mipimu setiap malam.
Jika semua sudah berhasil, akau akan membiarkan kamu melakukan apa pun. Sebebasmu! Aku sudah pasti tidak akan menggagumu, sedikit pun. Aku akan pergi jauh dan tidak akan menoleh lagi.

          Phy

MANTAN ITU ADA, NYATA!


Siang tadi tiba-tiba teman saya, sebut saja Bunga –bukan nama sebenarnya- mengirimkan sms yang membuat saya tersenyum. Isinya sungguh memaksa saya untuk membuka leptop. Apa alasanya? Dia ingin saya menulis tentang mantan! Padahal bahasan ini sudah pernah saya tulis sebelumnya dengan judul “Mencintai Sejarah Diri Sendiri”. Tetapi mungkin tulisan saya terdahulu terkesan tersirat dan teman saya ingin yang lebih gamblang. Baiklah, ada beberapa hal yang akan saya coba jabarkan terkait dengan keadaan kita yang notabene sekarang sudah enjoy dengan pacar atau pasangan, tiba-tiba saja terusik dengan kehadiran mantan.
Mantan! Iya, dia adalah orang yang pernah ada dan “ada” untuk kita. Ada –denotatif- berarti dia pernah menjadi bagian terpenting dan kita merasa aneh ketika harus berpisah dengannya. Ada bagian yang hilang dan kita “harus” menjadi orang paling terpuruk di dunia ketika sudah putus dengannya. Tapi itu dulu, karena dia mantan dan rasa kehilangan itu akan hilang dengan sendirinya, karena kita sudah dengan yang baru. “Ada” –konotatif- bisa diartikan sebagai dia adalah orang yang terpaksa kita terima kehadirannya karena beberapa hal. Tetapi temans, baik itu ada atau “ada”, mantan adalah orang yang pernah berKOMITMEN dengan kita, apa pun bentuknya.

Kita pernah mendapat sms dan telepon mesra dari dia, dulu, sampai kita tersenyum dan tertawa sendiri saat handphone kita berbunyi –selalu terkesan ceria-. Kita pernah menyempatkan makan atau jalan bareng dengan dia, dulu. Hati kita deg-deg ser pada saat tangan kita dipegang dan kita merasa jadi makhluk paling oke di dunia saat dia menunjukkan perhatiannya di depan khalayak. Bahkan mungkin dia adalah orang “pertama” yang melakukan beberapa hal baru dengan kita. Tetapi itu semua DULU dan SEKARANG tidak lagi.
Kenapa dia sekarang kita sebut mantan? Iya, karena dia sekarang sudah tidak dengan kita lagi. Kita dengan pasangan saat ini dan dia dengan orang lain. Nah, yang jadi permasalahan di sini adalah, kenapa dia SEKARANG datang lagi? Tiba-tiba namanya muncul di layar ponsel, add di fesbuk dan mulai mengirim tulisan di wall kita, bahkan dengan beraninya masuk ke mimpi kita –pada saat bangun, kita sudah linglung karenanya-. Ada juga mantan yang kepedean, nyamperin kita ke lingkungan yang baru! Tapi semua itu tidak bisa dengan serta merta kita artikan secara  negatif. Bisa jadi dia ingin melupakan masa lalu dan ingin berteman baik lagi dengan kita atau yang lebih gawat lagi dia ingin balikan lagi dengan kita. Positif semua bukan? Selama tidak ada yang merasa dirugikan dan merasa nyaman, why not?
Kita perlu koreksi diri lagi, mengapa dia muncul? Bisa jadi alasan putus, dulu, adalah hal sepele yang sekarang sudah tidak penting lagi. Atau masalah ekstrim yang dulu menjadi alasan putus, bisa diselesaikan sekarang –mantan menganggap ini adalah saat yang tepat untuk menyelesaikan masalah, karena pikiran dan keadaan sudah adem, serta sekarang bisa daiajak berpikir lebih dewasa- dan dia mau minta maaf karena kesalahan yang dulu. Atau bisa jadi justru kita yang melakukan kesalahan dan berakibat pada putusnya hubungan –dan kita malu untuk mengakuinya- dan sekarang mantan berusaha melupakan dan ingin semuanya baik-baik saja.
Nah, ternyata sekarang kita sendiri yang dibuat kelimpungan dengan kehadirannya. Kita perlu ingat lagunya Numata yang baru “Jangan Bilang I Love You”, dimana liriknya menyiratkan kalau kita sudah tidak perlu mengharapkan dia lagi, karena dulu waktu masih berhubungan, justru kita yang tidak tahu diri dan kurang bersyukur dengan menyia-menyiakannya.
Saya punya novel karangan Diyan Yuliasri judulnya “Andini, cinta yang menyala”. Ceritanya sama persis dengan isi tulisan saya ini, dimana seorang Andini yang sudah berkeluarga tiba-tiba ketenangan rumah tangganya terusik oleh kehadiran Ari –pacar SMAnya-. Andini berusaha untuk mencari tahu keadaan Ari sekarang dan pada akhirnya juga mengusik rumah tangga Ari dan istrinya. Pada kenyataannya, inti dari cerita di novel dan tulisan saya adalah kita hanya terOBSESI dengan mantan. Mengapa? Karena dia datang pada saat kita SEKARANG tidak bisa memiliki dia lagi. Padahal kita merasa jadi orang penting dan orang yang datang lebih awal daripada pacar atau pasangannya sekarang. Kita merasa masih punya hak untuk bisa bersama dengan dia –lagi- tanpa harus memperhatikan perasaan pasangan kita atau pasangannya saat ini.
Menurut saya, ada baiknya jangan pernah menyimpan nomor handphone mantan, baik itu dengan nama asli atau alias, karena mau gak mau pada saat kita buka phonebook dan muncul namanya, kita akan “terpaksa” mengingatnya. Kita juga lebih baik tidak berteman dengan mantan di situs jejaring sosial apa pun. Alasannya juga sama dengan pada saat kita menyimpan nomor handphonenya. Bahkan kalau di jejaring sosial, kita bisa lebih tahu aktivitas dia setiap hari dan kita akan dibuat penasaran dengan siapa sekarang dia berhubungan –yang berakibat pada kita akan usil membuka album photo koleksinya-.
Tetapi ide saya untuk memblokir semua tentang mantan tidaklah mutlak untuk dilakukan. Kalau kita sudah tidak ada rasa dan pasangan kita juga sudah bisa menerima masa lalu kita serta bisa berteman baik juga dengan mantan, saran saya juga bisa dienyahkan, selama hubungan sehat diantara kedua belah pihak tetap terjaga. Semua memang tergantung dari kita dalam menyikapi keadaan.
Nah, setelah membaca tulisan saya, silakan temans memejamkan mata sejenak dan ingat ke mantan –berapa pun jumlahnya-, buka kembali mata temans dan tersenyum!
Ingat, mengingatnya hanya sejenak saja!
:)


Sabtu, 14 Januari 2012

Secuil Dari Saya...

Reda sudah hujan yang sejak beberapa jam lalu membasahi tanah desa saya. Segar! Walau pada kenyataannya saya harus berlindung di balik jaket, celana panjang, dan kaos kaki. Tapi memang segar, karena saya suka hujan! Apalagi hujan yang datang untuk pertama kali setelah musim kemarau panjang. Aroma tanah yang basah membuat saya betah berlama-lama menghirupnya. Akan saya tulis "secuil dari saya" yang terinspirasi dari hujan sore ini!

HUJAN
Entah aneh atau apa, setiap hujan datang saat subuh atau pagi hari, saya suka! Berasa nyaman dan bisa dipastikan saya sedikit bermanja-manja dengan selimut saya. Saya suka kalau pas sekolah (apalagi pas pelajaran), turun hujan. Meskipun resikonya akan dingin dan becek sana-sini. Hujan yang saya suka adalah hujan yang biasa saja, yang masih bisa menunjang aktivitas kita untuk kerja. Bukan hujan badai, angin, petir atau banjir. Karena tipe hujan seperti itu pastinya sangat merepotkan nantinya. Tidak heran kalau saya suka hujan (positif) akan berdampak pada kesukaan saya pada grup band The Rain (walau tidak RainHolic, tapi saya cukup suka saja!) dan lagu dangdut Hujan Di Malam Minggu. :)

KIMIA DAN OLAHRAGA
Benciiiiiii...!!! Ups, saya tulis TIDAK SUKA saja ya! Takut beberapa teman saya akan melempari saya dengan bahan peledak dan bola basket. Hehe. Tapi jujur, saya tidak suka kedua pelajaran itu. Akan saya mulai dari kimia terlebih dahulu, baru lanjut ke olahraga.
Kimia
Saya mendapat pelajaran ini kelas 1 SMA dengan guru yang sangat lucu bernama Pak Djusanto. Sabar, baik, dan konyol. Tapi sayang, kelebihan Pak Djus tidak membuat saya menjadi tertarik dengan mata pelajaran "aneh" ini. Saya dipaksa untuk menghapalkan simbol-simbol dan beberapa singkatan dari macam-macam bahan yang -asli- saya tidak tahu! Na, O2, H2O, Ca, Ka, dan sebagainya. Belum lagi hapalan Metana, Etana, Propana, dan na- na- yang lain. Ulangan Harian (UH) mendapat nilai 27, sungguh luar biasa daripada dapat 0 (nol). Iya kan? Nah, puncaknya pada saat kelas 2 SMA (guru saya Pak Sulkan, lucu juga orangnya) tertampang nilai 5 pada pelajaran Kimia. Baguslah daripada dapat 4. Toh, nilai 5 banyak temannya! Hahaha.
Olahraga
Whats??!! Katakan tidak pada pelajaran ini! Ingat sekali pelajaran olahraga setiap hari Sabtu pada saat saya kelas 3 SMP (Pak Pur nama gurunya, Ayah dari teman saya, Trian 'keyrop' Pradipta), sepulang sekolah saya selalu pijat. Apa pun materi dari pelajaran olahraga mulai dari lempar lembing, tolak peluru, lari, renang, dan lainnya, tidak pernah saya lakukan dengan setulus hati sampai saya kelas 3 SMA. Kecuali pas hujan dan kelas hanya diberi tugas mengerjakan LKS -saya suka itu! Menikmati hujan di dalam kelas dan tidak ada praktek olahraga-.

OPERASI
Tahun 2007 bulan April, ada yang berbeda dari -maaf- payudara saya. Sedikit ada benjolan, tapi bukan keluar seperti benjolan Sinchan, melainkan di dalam. Karena khawatir, saya periksa ke Rumah Sakit Dr. Soebandi Jember -kebetulan dokternya cakep sekali,,hehe- dan dinyatakan ada tumor jinak di payudara saya. Shock?! Iya lah, bukan shock lagi, tapi syyyookkk sekali. Saya nangis, tapi ya tetap pengen biasa saja. Akhirnya saya melakukan operasi -dengan bius lokal saja, kalau bius total saya takut tidak melek lagi, hehehe- di Klinik Bedah di daerah Pandan - Genteng ditemani oleh ayah, pacar (Pras saya), dan sepupu saya, akhirnya operasi berjalan sukses dan lancar. Tahukah Anda, seberapa besar tumor yang bersarang di payudara saya? Temans pernah lihat sebungkul bawang putih? Ya sebesar itu. Bukan se-siung, tapi sebungkul-. Tahun 2011 kemarin tepatnya bulan Mei, justru ibu saya yang melakukan operasi tumor jinak juga di payudaranya, tetapi lebih besar. Belum genap sebulan, ibu saya harus bertarung lagi di meja operasi karena kista. Padahal, dari pola makan, keluarga saya tidak pernah aneh-aneh. Begitu penasarannya tentang tumor dan kista, berikut saya berikan kutipan hasil pencarian saya, "
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal".

Ada baiknya memang kita harus waspada dan peduli pada diri sendiri.

Ini baru secuil dari saya. Masih banyak cuilan - cuilan lain yang belum saya kuliti. Nanti ya! Karena masih banyak sesuatu yang saya suka dan saya benci, ups! Temans juga pastinya ada sesuatu yang disuka dan tidak, bukan?
Semoga temans dalam keadaan sehat dan terus bahagia. Amin
:)

Kamis, 12 Januari 2012

Tidak (Seharusnya) Selalu HARUS Dipaksakan.

Kepulangan saya ke rumah kali ini, ternyata menggugah semangat menulis saya tentang kisah seorang pria remaja yang rumahnya tepat di depan rumah saya. Berperawakan tinggi, ganteng, dan layak untuk jadi idola para kembang desa (seharusnya!). Kenyataannya, postur tubuh yang oke tidak ditunjang dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Saya memanggilnya Mas saja, lagi-lagi saya harus menyembunyikan identitas agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

Seharusnya Mas sekarang sudah kuliah, gaul dengan teman kampus, ngapel ke kos cewek atau nongkrong di warung kopi -khas mahasiswa-. Tetapi itu tidak terjadi!

Mas yang dulu selalu jadi bintang kelas waktu SD, sekarang malah suka main dengan anak TK dan SD yang seumuran dengan Adiknya. Diiringi dengan gelak tawanya yang tanpa dosa dan tiba-tiba saja diam pada saat yang lain tertawa.

Mas yang dulu selalu rajin sholat dan ngaji, sekarang suka keluyuran dengan tampang grimbus dan mamel (Mas mulai tidak pernah mandi sekarang!).
Semua berawal dari kepindahan sekolah Mas. Mas yang awalnya sekolah di daerah Genteng, tiba-tiba saja dipindahkan ke daerah Muncar. "Kalau cowok itu Mbak, harus dapat ilmu agama yang lebih. Di Genteng masih kurang. Biar nantinya bisa jadi pemimpin yang pinter!", itu alasan yang dilontarkan Ibunya Mas setelah keluarga saya dibuat penasaran dengan alasan kepindahan sekolah Mas. Perlu saya jelaskan, Mas juga dipondok-kan di sekolah barunya. Dengan dilontarkan alasan seperti itu, akhirnya semua orang tahu kalau kepindahan sekolah itu bukan keinginan dari Mas sendiri.

Tetapi beberapa waktu kemudian, saya mendapat kabar kalau Mas sudah mulai PP (pulang-pergi) dari Muncar ke rumah. Perlu saya jelaskan lagi, jarak antara Muncar dan rumah saya jauh sekali sekitar 40 Km. Masih harus melewati kecamatan Rogojampi dan Srono. Untung saja, Mas berasal dari keluarga berada. Jadi ada ojek langganan.

Perubahan itu akhirnya terjadi! Setiap pulang sekolah, Mas selalu cekeran (tidak ber-alas kaki). Selalu saja kehilangan salah satu sepatunya dan ujung-ujungnya selalu ada salah satu guru sekolahnya yang mengantar pulang ke rumah.

Ada apa dengan Mas? Mas tidak pernah mau menjawab pertanyaan setiap ditanya. Mas melakukan aksi DIAM. Dan tahukah temans, aksi ini digelar selama kurang lebih 2 (dua) tahun lamanya. Hebat bukan? Mas bisa menahan untuk tidak bicara sama sekali selama itu. Mas hanya menggunakan bahasa isyarat, dengan menunjuk sesuatu yang dia inginkan atau ditulis saja. Saya dan Adik saya, sebagai tetangga terdekat, selalu berusaha mengajak bicara. Tapi hanya dijawab dengan senyuman bahkan kadang-kadang obrolan kami hanya dijawab dengan tawa lepasnya. Lama-lama kami capek, walau kami juga kasihan melihat teman bermain kami semasa kecil bisa berubah seperti itu.

Mas menjadi manusia yang tempramental dan aneh. Sudah 2 (dua) kali melakukan aksi heroik, sehari menjelang hari raya Idul Fitri, Mas tiba-tiba ngamuk! Kaca rumah, meja kaca dan lemari kaca habis dibabatnya. Ibunya kocar-kacir lari ke rumah saya! Itu terjadi sekitar 3 (tiga) dan 4 (empat) tahun yang lalu. Mas aneh! Selalu melakukan hal yang mistis. Membakar lilin di bawah pohon pisang disertai dengan beberapa pecahan genting dan bahan-bahan lainnya. Mas sampai pernah dibawa ke RSJ dan dikonsultasikan ke psikiater. Tapi itu tidak berlangsung lama. Hanya satu minggu dirawat, Mas dijemput lagi dan pulang ke rumah lagi.

Sekarang, Mas sudah mulai mau bicara -walau kadang tidak nyambung- dan sering jadi bahan ejekan para tetangga -bahkan keluarga saya sendiri, maaf Mas!-. Banyak aksi konyol yang dilakukan Mas yang bisa membuat kami, para tetangga, tertawa. Tapi bukan aksi lucu saja yang dia tampilkan. Adegan vulgar juga kerap dia hadirkan. Misalkan saja, tiba-tiba Mas mendatangi rumah salah satu tetangga dan dengan serta-merta menunjukka -maaf- alat vitalnya. Ya Allah Mas, kemana naluri sopan santunmu yang dulu? Hilangkah? Menguap bersama timbunan tekanan yang kau rasakan kah?

Sekarang Mas mulai berontak ke orang tuanya. Mas sudah tidak mau sekolah, tidak mau mandi, tidak bisa diatur dan Mas sudah menjadi diri sendiri. Mas yang dulu luar biasa sekarang berubah nelangsa dengan dunianya sendiri!

Nah, temans! Saya benar-benar prihatin dengan Mas depan rumah saya yang ganteng itu. Seraya menulis ini, saya sempatkan untuk menengok rumah depan beberapa kali. Memastikan apakah Mas mau keluar dan melakukan adegan ekstrim lagi disaat gerimis seperti ini?

Ada beberapa hal yang bisa kita petik dari kisah Mas ganteng depan rumah saya ini. Yaitu, bersyukurlah kita memiliki orang tua yang demokratis, mau menuruti kemauan kita -selama kemauan kita wajar dan bisa dilogika-. Selain itu, berbahagialah kita menjadi orang yang terbuka terhadap orang tua kita dan tidak suka memendam sesuatu.
Besyukur, terbuka dan percaya kepada orang tua merupakan beberapa faktor yang bisa membuat kita menjadi lebih baik ke depannya.
Temans, selamat menceritakan uneg-uneg ke orang tua!
:)

Rabu, 11 Januari 2012

Dari Saya yang Bukan Siapa-siapa.

Saya ingat betul, waktu masih SD saya mencuri-curi fasilitas telepon dirumah saya hanya untuk bisa on-air masuk ke radio sebagai pendengar aktif. Lirikan mata Ibu, saya abaikan demi mencapai obsesi selebritis saya. Kenapa harus saya sebut obsesi selebritis? Karena akan ada kepuasan tersendiri dan berasa menjadi public figure di dunia per-radio-an. Walaupun yang hapal dengan suara saya hanya penyiar dan beberapa pendengar aktif yang lain.
Berlanjut pas saya SMP, dimana perkembangan informasi lebih oke daripada saat saya masih sekolah di desa saya. Radio yang menjadi tujuan saya, ternyata letaknya dekat dengan sekolah saya waktu itu. Hal itu berakibat pada kegemaran saya mendengarkan radio semakin menjadi. Radioholic banget!!! Telepon rumah selalu menjadi sasaran empuk, apalagi setelah saya menunaikan kewajiban saya, yaitu belajar. Tidak ada halangan yang mampu menghadang saya untuk tidak masuk ke radio. Hehehe, sok mendramatisasi keadaan. Kalaupun malam itu tidak bisa masuk onR, besoknya saya akan kirim atensi yang akan saya titipkan ke salah satu temen saya, Noor Arista, dimana rumahnya melewati radio itu.
Oh ya, radio yang saya kagumi waktu itu adalah Tawang Alun FM, terletak di Jl. Jember, Genteng. Sampai sekarang radio ini masih berdiri dan ada beberapa renovasi bangunanya. Tambah bagus! Beberapa penyiar sempat saya kenali, karena saya pernah berkunjung kesana. Sebut saja Mbak Ai', Mbak Okky Lantuna, dan Mbak Linna. Kalau Mbak Linna ini dulunya kos di rumah salah satu kakak kelas saya, Oom Dadang. Banyak kejadian lucu waktu itu. Mulai dari cinlok sesama pendengar, ex: Dyah-Ilham, sampai saya dibuat penasaran dengan beberapa pendengar. Maklum, kita hanya kenal lewat suara di udara. Setiap saya pulang pergi ke Jember, atau ada acara di Genteng yang kebetulan melewati radio itu, saya selalu menyempatkan menengok bangunan yang telah memompa eksistensi saya pada saat saya masih bau kencur. Hehehe.
Sebenarnya ada beberapa radio lagi yang pernah saya dengarkan dan saya aktif juga. Sebut saja Radio Sri Tanjung Rogojampi dan Mandala FM Banyuwangi. Di Mandala FM ini saya menemukan teman yang sampai sekarang masih baik. Namanya Rama. Kami berteman lewat surat, sahabat pena, sejak saya SMP. Tanpa pernah bertemu rupa, sampai saya kuliah semester 5 (kalau tidak salah), kami baru bertemu berkat bantuan teman saya , Pungky, karena ternyata Rama dan Pungky adalah teman baik.
Well, saya sekarang menuliskan kisah saya sendiri dan kecintaan saya pada radio, tepat di kantor saya, disela-sela saya bersiaran. Ya, saya sekarang jadi penyiar radio! Sama seperti Mbak Ai', Mbak Okky Lantuna dan Mbak Linna dulu. Dari saya yang dulunya hanya menjadi pendengar, yang selalu girang dan hebring pada saat nama saya disebut atau lagu saya diputar, sekarang saya yang harus mengendalikan pendengar, memanggil nama pendengar saya, dan memutarkan lagu request-an mereka. Saya bisa memahami dan merasakan bagaimana hebohnya pada saat Sokais-sebutan pendengar di Radio saya- disalami oleh pendengar lain atau bagaimana jengkelnya kalau tidak bisa OnR, karena saya dulu juga bertingkah seperti itu. :)
Benar juga kata Ibu saya, jika saya ingin eksis, mulailah dari radio. Hal itu terbukti sekarang! Saya yang cerewet, suka mendengarkan musik, dan kemampuan berbicara yang berlebihan, ada baiknya kalau itu dijadikan nilai lebih- kalau saya menganggapnya sebagai potensi diri-. 
Sejak saya bergabung dengan Soka Radio di ajang Rookie DJ 2008, rasanya saya seperti menemukan kembali dunia yang sudah beberapa waktu saya tinggalkan. Saat kompetisi RDJ 2008, saya menjadi juara 3 dan tidak mendapat kontrak siar. Sampai pada April 2009 saya diterima bekerja sebagai penyiar di PT. Radio Soka Adiswara-melamar secara regular-, saya begitu terharu, dalam artian saya begitu semangat sampai saya harus rela pontang-panting membagi waktu antara kuliah dan siaran.
Pertama siaran saya mengasuh acara Kembang (dulu singkatan dari Kendang Kempul Banyuwangi- Madura, Asyik!, jam siar dari jam 12.00- 14.oo WIB), di bawah bimbingan Kabag. Siar Fifi Mustika dan pengasuh Kembang yang lama Andini Sukma. Sekarang saya tetap siaran Kembang, dengan format berbeda, menghilangkan Maduranya-saya tidak fasih bahasa Madura- dan nama acara saya berubah menjadi Kembang Soka (siar jam 10.00-12.00 WIB) sejak bulan puasa tahun 2010. Sekarang selain Kembang Soka, saya juga siaran di acara Ngopi (Ngobrol Pagi) dari jam 06.00 - 08.00 pagi bersama Fifi Mustika. Saya masih harus banyak belajar. Baik itu secara teknik atau kemampuan lain di bidang broadcasting. Saya merasa belum bisa apa-apa. Masih banyak yang harus saya contoh dan dijadikan media pembelajaran.
Banyak yang bisa saya temukan di sini dan  saya sekarang bisa eksis, bisa tampil pede, serta bisa berdiri di atas kaki saya sendiri tanpa harus mengabaikan apa pun termasuk kuliah saya yang pada akhirnya rampung juga. 
Disini, di Soka Radio ini, saya bisa menjadi diri saya sendiri. Karena bekerja itu, memang harus dari hati!

Seberapa Penting Mereka (Kita) untuk Kita (Mereka) ?

Salah satu dari Adik kos saya tiba-tiba saja masuk ke chat fesbuk saya. Malu-malu untuk curhat ke saya, katanya sedang dilema karena pacar dari sahabatnya sedang pedekate ke dia. Dilema dong? Iya pasti. Takut dikira temen makan temen atau menusuk dari belakang. Setelah saya dengarkan semua permasalahannya, saya akhirnya memberi saran untuk jangan terlalu cepat masuk ke kehidupan pasangan yang sedang bermasalah tersebut (sahabat dan pacarnya). Adik kos saya akhirnya berusaha menentukan sikap. Tapi yang jelas akhirnya mereka sekarang sedikit demi sedikit mulai jalan bareng (Adik kos saya dan pacar sahabatnya itu). Selama itu membuat nyaman kedua belah pihak, why not? Toh, tidak ada yang dirugikan dalam hal ini, termasuk saya.

Beberapa waktu kemudian, kami (saya dan Adik kos) sempat ngobrol tentang keberlangsungan kehidupan percintaannya. Pada akhirnya saya ikut berpikir untuk bagaimana caranya agar kita (mereka) tahu bahwa seberapa pentingkah keberadaan kita (mereka) untuk kehidupan mereka (kita).
*Mengapa saya gunakan kita (mereka) dan mereka (kita)? Karena bisa jadi kita berada di posisi mereka.
Nah, ada beberapa cara yang saya temukan untuk menilai apakah kita (mereka) penting untuk mereka (kita), yaitu:
1. Peduli
    Seberapa peduli mereka (kita) ke kita (mereka)  melihat hal sepele dalam kehidupan kita (mereka). Contohnya, seberapa peduli mereka (kita) akan potongan rambut kita (mereka), kostum kita (mereka) yang tidak oke atau potongan kuku jari kaki kita (mereka). Bentuk kepedulian ini juga harus kita (mereka) jaga ke-konsistensi-nya sampai kita (mereka) menjalin hubungan yang lama dengan mereka (kita).
2. Nama di Phonebook
    Kalau kita (mereka) adalah orang penting bagi mereka (kita), bisa dipastikan nama kita (mereka) tidak standar dalam contact-nya. Beberapa contoh yang saya temukan, kita (mereka) akan memberi nama mereka (kita) dengan sebutan "My Lovely", "Sayangku", "My Beb", dan sejenisnya. Bahkan ada yang kepedean memberi nama pasangan, walau belum terikat pernikahan, dengan nama "My Husband dan My Wife". Ada juga yang alay memberi nama pacarnya dengan sebutan "My Muachz", "Chuyunk" atau "Cintakkuuhhh". Aneh memang! Tapi tak apa, itu jauh lebih baik daripada kita (mereka) memberi nama pasangan kita (mereka) dengan nama yang standar saja. Contoh, ada teman saya yang ternyata tidak begitu menganggap penting pacarnya, dia hanya memberi nama "Vonny" -nama disamarkan, karena dapat menyinggung beberapa pihak-. Bahkan ada teman saya yang sengaja menyamarkan nama pasangannya dengan nama "Vety" dimana nama asli dari pacarnya adalah "Joko"-nama kembali disamarkan, karena dapat menyinggung beberapa pihak-. Nah, sekarang kita (mereka) bisa cek, siapa nama kita (mereka) di contact mereka (kita)!
3. Komunitas
    Seseorang yang mau menerima kita (mereka) apa adanya adalah mereka (kita) yang mau masuk ke kehidupan dan komunitas kita (mereka) dengan sukarela dan merasakan kenyamanan diantara teman - teman kita (mereka). Memang ada beberapa orang yang hanya awalnya saja mau masuk ke komunitas kita (mereka) hanya karena ingin menghargai kita (mereka) dan berakhir dengan ogah untuk bertemu dengan teman-teman kita (mereka) lagi. Nah, ini juga perlu dipertanyakan.

Sementara hanya 3 (tiga) ini yang saya sarankan kepada temans untuk menge-cek seberapa penting keberadaan kita (mereka) untuk mereka (kita).
Selamat melakukan investigasi ke pasangan temans masing-masing!
:)


Tanpa Disadari, Aku Tersindir Oleh Bunga Itu.

Beberapa bulan terakhir, sekitar mulai 6 atau 7 bulan lalu, saya lagi getol berkunjung ke pasar Tanjung. Untuk apa? Belanja kebutuhan rumah tangga? Bukan. Saya tipe perempuan yang tidak begitu bisa menawar dan malas berbelanja kalau tidak ada kebutuhan (tapi sekali belanja-dan saya mudah tergoda barang bagus-, akan membuat pacar saya tepuk jidat! Oh My God, sebegitu parahkah keborosan saya di periode tertentu?! Baiklah sayang, belanjaku memang menguji kesabaranmu. Hehe).

Kembali ke pasar Tanjung. Pasar induk yang berada di Kabupaten Jember ini terletak diantara Jl. Trunojoyo dan Jl. Samanhudi. Aktivitas pasar yang tidak pernah mati oleh waktu dan keadaan. Pelbagai jenis barang yang masih dibutuhkan khalayak, terjual disana. Tapi bukan pasar Tanjung yang akan saya bahas. Melainkan salah satu komoditi yang dijual di sana. Iya, langsung saja saya sebut! Saya lagi menikmati sensasi bunga Sedap Malam yang terjual disana. Temans gampang sekali mencarinya. Masuk diparkiran depan yang ada tulisan "PASAR TANJUNG", sekitar 5 langkah belok kiri menaiki tangga. Nah, di tangga itulah penjual sedap malam membuka lapaknya (dekat penjual "pedalaman").
Dari dulu sebenarnya saya suka bunga ini, tetapi waktu masih dirumah dan masa kuliah, saya tidak sempat membeli dan belum punya waktu untuk merawat.

Nah, sekarang sudah saatnya saya harus memanjakan diri dengan aroma bunga yang sampai saat ini bisa membuat pikiran saya menjadi "lebih hidup". Artinya, setiap menghirup bunga ini, saya merasa lebih tenang (walau sedikit hiperbola!), tapi itu nyata.
Biasanya bunga sedap malam identik dengan suasana pernikahan. Entah itu dijadikan wewangian di kamar pengantin, atau bahkan dijadikan hiasan di koade (istana pengantin). Tapi sekarang, temans bisa menemukan bunga ini di kamar saya setiap hari. Saya taruh di pojok dekat lemari pakaian saya! Tidak hanya melihat, temans juga akan saya bagi harumnya! Hehe. Sekarang saya jadwalkan untuk membeli sedap malam seminggu sekali, mengganti air dan memotong batang bawahnya setiap hari. Trik ini saya dapatkan dari saudara saya yang berprofesi sebagai penjual bunga di Pasar Rogojampi Banyuwangi (matur nuwun Lek Tris! Semoga dagangan bunganya lancar terus, amin).

Setelah saya begitu terhipnosis dengan harum dan bentuk bunganya yang bagus (saya dulu tidak se-peka ini terhadap be-bunga-an), saya mulai mencari apa sebenarnya bunga sedap malam itu. Ini hasil yang saya peroleh dari Google, sebuah artikel tentang sedap malam,"...Bunga yang berasal dari Meksiko ini juga disukai di manca negara. Masyarakat Jepang menggunakan bunga sedap malam sebagai lambang cinta. Di Thailand, bunga yang harum di malam hari ini adalah kesayangan para perangkai bunga karena sifatnya yang harum dan tidak mudah layu. Masyarakat Eropa memakai bunga bernama Latin Polianthes tuberosa Linn ini dalam upacara keagamaan. Tak heran bila bunga yang dikenal di luar negeri dengan nama tuberosa ini dijumpai menghiasi altar di gereja-gereja".

Begitu luar biasa bukan? Bunga lambang cinta, bunga kesayangan para perangkai bunga, sampai bunga yng digunakan dalam upacara keagamaan yang bersifat sakral. Saya teruskan membaca artikel, pada baris berikutnya bahkan membuat saya sedikit mengerutkan alis dan akhirnya tersenyum sendiri. Tahukah temans, apa bunyi lanjutan artikel tersebut? Berikut petikannya," Keharumannya yang tak kalah dengan bunga melati membuat sedap malam dijuluki di luar negeri sebagai dangerous pleasure (kesenangan yang berbahaya). Tidak jelas mengapa disebut demikian. Namun, ada tahayul kuno di Perancis yang melarang anak gadis menghirup wangi bunga ini di kala malam karena akan membawa suasana romantis dalam diri mereka. Larangan yang sama juga berlaku di India dengan alasan yang sama pula, sehingga bunga ini diberi nama rat ki rani (kekasih gelap)".

Oke, saya akui. Di sinilah letak ketersinggungan saya! Hehe. Berarti secara tidak langsung saya juga memiliki sifat yang dangerous pleasure. Artinya, saya suka melakukan hal yang berbahaya tetapi menyenangkan. Saya berpikir sejenak dan ternyata benar! Kesenangan dalam bentuk apa itu? Hanya saya dan beberapa orang saja yang tahu -off the record-. Tidak bisa dijelaskan karena bisa menyinggung perasaan orang lain. Karena pernyataan dari masyarakat India -yang percaya- bunga ini sudah berkonotasi negatif -dari rat ki rani (kekasih gelap) . Saya hanya bisa tersenyum, sekali lagi. Tak apa lah, semua saya maknai sebagai proses hidup saya, tanpa harus menyingkirkan kesenangan saya akan bunga sedap malam ini.

Tetapi ada hal yang mebuat saya bernapas lega dan berusaha terus mempertahankan bunga ini sebagai bunga kebanggaan saya (sempat khawatir kalau misalnya saya jadi tinggal di Pulau Borneo, apakah ada yang jual sedap malam?) setelah saya teruskan membaca artikel tersebut. Apa itu? Ternyata, di India, selain mempercayai "kekasih gelap" sebagai arti dari sedap malam, mereka juga percaya akan khasiat sedap malam untuk pengobatan. Berikut petikan artikelnya, "...pengobatan kuno dari India, Ayurveda, mengakui khasiat bunga yang juga disebut orang Sunda sebagai sundel malam ini bagi kesehatan. Menurut Ayurveda, sedap malam dikenal bisa memperbaiki ketenangan pikiran seseorang. Bunga ini bisa membuka chakra mahkota, sehingga memperbaiki kekuatan fisik seseorang. Sedap malam juga memperkuat inspirasi artistik dalam diri seseorang karena kemampuannya menstimulasi sisi kanan otak yang mengurusi bagian kreativitas. Dari stimulasi di otak kanan itu sedap malam memberi ketenangan di pikiran dan hati".
Temans juga tidak perlu khawatir, sedap malam ternyata juga bisa menyembuhkan dan mencegah beberapa penyakit, diantaranya menurunkan panas, katarak, radang mata, bisul(Furunculus) dan bengkak (Edema), meningkatkan stamina, susah tidur, menenangkan pikiran dan hati, penambah darah, dan pandangan kabur, serta banyak sekali manfaat lainnya. Bisa juga digunakan untuk penambah aroma pada kudapan (makanan tertentu, yang pernah saya lihat di acara masak di tivi)!  
Terlepas dari arti, khasiat dan kepercayaan dari pelbagai orang (bahkan negara tertentu), sedap malam menjadi bunga yang sampai saat ini masih menempati posisi teratas diantara jajaran bunga yang ditawarkan kepada saya. Selain karena saya menyukai baunya yang harum (sampai ada yang menganggap saya seperti dukun dengan nuansa mistis, hehe, tak apa lah!), bisa juga saya gunakan sebagai latihan sejak dini agar tidak kaget pada saat  terpasang bunga ini di kamar pengantin saya nanti (mengharap! :p ).
Saya yakin, temans pasti punya pilihan bunga yang mendeskripsikan karakter dari temans (tanpa disadari, seperti saya!). Karena kadang apa yang kita pilih dan kita sukai tanpa sengaja, merupakan karakter dan cerminan diri yang tidak pernah disadari sebelumnya!
Nah, sekarang saatnya saya hirup lagi bunga yang ada di pojok kamar saya.
Selamat menemukan karakter diri Anda lewat bunga!
:)