Minggu, 19 Februari 2012

Cowok matre? Ke laut aje!

Di mana malu mu
Setiap kali
Ku ajak berkencan aku yang bayar
Di mana malu mu
Tak sesuai
Dengan wajah itu tak ada uang
Kalau begini terus
Ku takkan tahan
Bisa-bisa kau kuras aku
Percuma
Punya kekasih kamu

Temans, masih ingatkah salah satu lagu dari Teh Melly yang jadi Original Soundtrack film AADC? yang melegenda itu? Untuk penggemar berat film itu seperti saya, apalagi yang memiliki kasetnya, pasti tahu! Lirik tersebut menceritakan kalau si cewek sudah jengah dan merasa si cowok tidak tahu diri karena suka morotin si cewek (padahal di film itu, tidak ada adegan kalau Nicholas Saputra tidak tahu diri. Terbukti, kacang rebus saja masih tetap jadi kewajibannya kok, walau harganya tidak seberapa).

Nah, bagaimana kalau itu terjadi di kehidupan kita? Artinya kita punya cowok yang tidak tahu diri. Apa yang harus kita lakukan sebagai kaum perempuan yang notabene bernaluri matre?

Tulisan saya kali ini merupakan pembalasan dari tulisan saya sebelumnya (lihat judul: Cewek Matre? Iya dong!). Kalau sebelumnya kita (baca: perempuan) jadi tersangka karena berjiwa matre dan suka morotin cowok, sekarang kita yang jadi korban. Mempunyai cowok yang tiap kencan selalu kita yang bayar, beliin bajunya, makannya, pulsanya, parfumnya, dan segala sesuatu yang bisa menunjang aktivitasnya biar kelihatan oke! Kalau sekali waktu atau event tertentu, mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kalau kerjaan cowok kita cuma nongkrong, ng-game, online, tidur, dan kegiatan gak penting lainnya, bisa gondok juga lama-lama ngeliatnya.

Kita juga harus jujur pada diri sendiri, pada saat cowok kita bilang cinta, sayang, gak akan ninggal, bakal setia, dan segala jurus rayuan menebar mautnya keluar, kita pasti lupa kalau kita diporotin dan akan tetap merasa bahwa dia memang terbaik buat kita. Nah, lo! Kita masih melek atau enggak seh? Bingung kan?

Oke, sekarang kita harus buka mata-buka telinga, untuk tahu beberapa ciri-ciri cowok matre (apakah cowok kita ber-ciri seperti itu juga?), check this out:
1. Awalnya tidak pelit
Tipe pria matre ini awalnya memang tergolong royal. Pada awalnya dia menghujani Anda kiriman bunga, cokelat, dan benda-benda unik. Tentunya, Anda bisa luluh pada godaan pria romantis itu.


Pria jenis ini pintar melakukan berbagai cara untuk menaklukkan wanita. Sifat matre-nya baru akan kelihatan kalau wanita yang diincar sudah berhasil didapat.

2. Penampilan gaya
Sebagai wanita, sebaiknya mengenal baik pria seperti apa yang sedang mendekati Anda. Jangan mudah tertarik pada penampilan saja, sebab biasanya pria matre itu penampilannya bergaya. Untuk mengenalinya juga bisa dilihat dari cara dia memilih teman dan pasangan. Coba perhatikan, siapa-siapa saja temannya atau mantan-mantannya. Apakah selama ini ia hanya bergaul dengan kalangan jetset saja atau tidak.


3. Banyak alasan pada saat mau membayar sesuatu
Pria matre biasanya enggan mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk keperluan pasangannya. Dan, kondisi semacam ini berlangsung terus-menerus. Ciri lainnya, mereka terlalu berhitung alias pelit, tapi bisa royal untuk kesenangannya sendiri. Mereka juga tidak punya rasa sungkan untuk meminta sesuatu dari sang kekasih.
(http://terselubung.blogspot.com/2011/02/ciri-ciri-cowok-matre.html)


Berarti, kita juga harus berusaha meresapi lagu dari Gita Gutawa yang kurang lebih seperti ini liriknya:
petir membangunkanku
dari mimpi burukku
selama ini ku hanya terperangkap
dalam medan magnetmu
baru kusadari
kau seperti parasit
minta ini itu
kau minta padaku dengan semaumu
cukup sudah ku kini mulai gerah
ku perlu oksigen
untuk aku bernafas
tanpamu
reff:
pergi kau ke ujung dunia
dehidrasi di gurun sahara
hilang di segitiga bermuda
pergi kau ke luar angkasa
hipotermia di kutub utara
hilang di samudra antartika
dan jangan kembali
parasit parasit parasit (parasit)
kau memang parasit
parasit parasit parasit parasit
mulanya malu-malu
lalu jadi benalu
minta ini itu
kau minta padaku dengan semaumu
cukup sudah
ku mulai naik darah
ku seperti bom atom
yang siap meledak karenamu
repeat reff
parasit parasit parasit
kau memang parasit
minta dibayarin
minta ditraktirin
minta dianggarin
minta dijemputin
minta ditelponin
minta di sms-in
minta dibeliin
dasar kau parasit ah…

Intinya, cowok matre? Ke laut aje!

Rabu, 08 Februari 2012

Cewek Matre? Iya Dong!

Banyak yang tidak suka dengan cewek centil, ganjen, kepedean, norak, dan manja. Mungkin kriteria yang bikin eneg para laki-laki itu masih bisa ditolerir, mengingat ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa cewek dengan kriteria seperti itu masih laku juga di pasaran. Walaupun kita tidak tahu apa tujuan dari para lelaki memacarai mereka yang berkriteria seperti itu. Entah untuk diperbaiki attitudenya, hanya sekedar bercinta saja, atau bahkan cuma dimanfaatkan. Tapi biarlah! 

Disini saya akan membahas tentang cewek matre! Iya, matre! Dimana matre selalu diidentikkan dengan cewek yang selalu menguras seluruh harta kekayaan si cowok, setelah semua uang habis, kebanyakan cowok ditinggal begitu saja. Kalau uang masih banyak bisa jadi akan berakhir pada sebuah pernikahan yang akan memunculkan wacana baru yaitu, "Mau menikah karena si cowok kaya!". Saya setuju dengan pernyataan itu, tetapi saya juga punya argumen lain tentang cewek matre.

Menurut saya, semua cewek matre! Hanya saja KADARnya berbeda. Ada yang secara terang-terangan minta ini itu ke si cowok, ada yang samar-samar dengan memancing cowok -biasanya (contohnya) dengan dialog begini, "Yank, rambutku berantakan ya sekarang?/Iya sayank!/Hu-um, lama gak nyalon,jadi kelihatan jelek ya?/Ya udah, besok nyalon!"-, dan ada juga yang malu-malu. Sebagian besar cewek tidak ada  yang mau harus bayarin cowoknya makan tiap hari. Kalau hanya sesekali, pas si cowok bener-bener kere atau moment tertentu, okelah! Beliin kado cowok pas moment tertentu, bisa dimaklumilah. Tetapi kalau intensitas kebutuhannya sudah sama dengan jatah makan dan kebutuhan kita lainnya , lama-lama bikin gondok juga.

Bagaimana saya bisa berpendapat kalau semua cewek matre -dengan kadar yang berbeda tentunya-? Contoh kecil saja, pada saat ada cowok pedekate, tentunya sebagai cewek gak mau dong bayarin  makan, nonton, jalan-jalan, terus biaya first date lainnya. Walaupun pada agenda kencan pertama, yang lumrah memang cowok harus siap dana untuk modal utamanya. Tetapi ada juga cowok yang gak punya malu, pada saat kencan pertama, malah si cewek yang harus bayarin! Well girls, kalau kamu menemukan cowok yang seperti ini, langsung hapus namanya dari phonebook kamu! Gak usah kenal deh! Berani pedekate, malah gak modal.

Contoh lain, pada saat bertengkar, tentunya -biasanya- cowok akan berusaha menarik perhatian si cewek dengan memberikan beberapa kado atau minimal ngajak  makan -dengan alasan menyelesaikan masalah-. Saya pernah protes pada Adik Kos saya, waktu dia mau diajak balikan cowoknya hanya ditraktrir jagung bakar satu biji! Bukan harga jagung bakar yang membuat saya meradang! Tetapi usaha si cowok enggak banget! Hello,,,iya kalau bawa jagung bakar 10 biji, sebagai usaha untuk mendapatkan hati Adik Kos saya lagi! Masih banyak contoh lain dari kematrean cewek yang saya akui, itu memang ada, termasuk berlaku untuk diri saya sendiri. Sebagai perempuan, kita harusnya tidak mengeluarkan biaya -yang besar- untuk mendapatkan cinta! Kodratnya kita pasif -bukan mau dipasifkan tentunya-.

Saya bukan mengajari atau mendoktrin semua cewek yang baca tulisan saya ini untuk matre! Tapi pada dasarnya-menurut saya-, dari lubuk hati yang paling dalam dari setiap cewek memang memiliki naluri untuk matre- Ingat, dengan kadar yang berbeda!-. Jadi wahai kaum Adam, berani mendekati perempuan, jangan cuma modal tampang doang! Karena nanti endingnya, memang kewajiban para lelaki untuk menafkahi istrinya! Belajarlah mulai sekarang!
:)










Senin, 06 Februari 2012

Jangan Tatap Matanya! Karena Cinta Itu MELEK.

Tolong perhatikan ini! Sebisa mungkin dipahami, dicermati, dipikirkan secara mendalam, dianalisis, baru kemudian bisa diambil keputusan -keputusan bersifat subyektif, sesuai dengan yang Temans pikirkan-.

TERNYATA CINTA ITU MELEK. Kalimat itu saya peroleh dari pendengar saya tadi pagi pada saat saya siaran. Iya memang! Cinta itu benar-benar melek, melek sekali. Saking meleknya, cinta gak pandang bulu! Mencintai pacarnya temen, temennya pacar, sahabat kecil, orang yang baru bertemu -love at first sight-, jatuh pada pelukan mantan lagi, dan banyak kasus kemelekan cinta lainnya.

Meleknya ini berawal dari dengan beraninya kita melihat bahkan memandang matanya! Ajaib memang indera penglihat yang satu ini. Tidak bisa berbohong, tidak pernah munafik, sulit berkelit, dan pada akhirnya susah untuk keluar. Saya juga beberapa kali terjebat oleh MATA. Sejenak -bahkan beberapa waktu- membuat saya lupa, ketagihan, dan lama-lama bosan dengan sendirinya.


Kalau temans ingin merasakan sensasinya, jangan segan-segan untuk melirik, melihat, dan memandang matanya! Nanti akan terlihat dengan sendirinya -bahkan tanpa disadari-, gerak-gerik kita, perilaku dan cara bicara kita berubah menjadi canggung dan berasa linglung. Hukum ini juga berlaku pada saat dia memandang mata kita dengan seksama. Tanpa bisa beralasan lagi, pasti kita akan merasa merah di pipi, panas di punggung, dag dig dug di hati, dan pasti telinga menjadi sedikit lebih mekar.

Memang, dengan cara menatap mata pasangan -bagi yang sudah punya-, hal itu bisa mempererat hubungan karena kejujuran yang diwakili oleh mata. Tetapi kalau Temans tidak ingin terlibat terlalu jauh lagi, ada baiknya pada saat berbincang tidak -selalu- fokus pada matanya. Masih ada bagian lain di wajah yang bisa dilihat. Agar tidak terlihat kalau kita grogi, lihat saja hidung, jidat, alis, atau pipinya.

Meleknya cinta juga mengajarkan dan mempertontonkan adegan yang secara langsung -bahkan ada yang tidak langsung juga- berkaitan dengan kehidupan kita. Menunjukkan ada orang yang betapa tulusnya memperhatikan kita tanpa pamrih, memperlihatkan manusia yang ternyata hanya memanfaatkan keberadaan kita untuk tujuannya sendiri, mengajarkan kita menilai sosok yang hanya ingin bermain-main dengan kita dalam waktu yang singkat saja, atau mengobrak-abrik pertahanan hati kita untuk wujud yang ternyata tidak penting bagi kita. Semua memang proses, tapi tidak bisa dipungkiri, kalaupun benar, semua berawal dari MATA.