Rabu, 19 September 2012

Setelah,Setelah,dan Setelah!

Ini adalah cerita tentang seorang teman :
Aku gak iso lak putus karo dhek’e. Aku wes janji bakal setia, padahal wong tuwoku yo ra setuju. Aku asline ora oleh restu lho!”
Ini pertemuan saya dengan teman lama. Saya dengan cermat mendengarkan ceritanya dengan heran. Mengapa saya heran? Karena mereka pacaran sudah cukup lama dan saya tahu sekali perbedaan mereka. Tetapi kenapa baru sekarang sadar? Itu saja yang membuat saya mengerutkan kening.
Trus, kamu bakal lanjut?” tanya saya kala itu.
*
“Aku wes putus. Doakan aku, semoga dapat yg lebih baik!Tengs, Fuk…!”
Bunyi sms yang saya terima dari teman saya. Lega! Itu yang saya rasakan. Karena saya tahu, begitu tersiksanya teman saya itu saat terjadi konflik bathin dan harus bersikap wajar di depan khalayak.
*
Opo sek ono arek sing gelem karo aku yo?” tanyanya pas kita ketemu lagi.
Yo ono lah!” Saya dengan cueknya menjawab.
Tapi koen ngerti kan Fuk, aku iki koyok piye?”
“Ngerti."
Aku gak yakin iso bahagia koyok liyane!”
“Berdoa ae, pasti oleh kok!Tuhan selalu memberikan yang terbaik, Santai ae fuk!”  Saya mengakhiri pembicaraan edisi curhat kita kala itu.
*
Curhat galau masih terus berlangsung pada saat dia dekat (lagi) dengan beberapa orang, yang nyatanya berujung pada keadaan yang bikin nyesek buat dia. Saya ikut prihatin tapi terus mencoba membuat dia keep fight. Artinya, saya tidak mau membuat teman saya itu merasa menjadi orang yang paling sial di dunia. Walau saya tidak bisa memberikan solusi, minimal saya ada untuk mendengarkan dia.
Setelah lama tidak bertemu, saya dapat kabar kalau dia sudah menemukan tambatan hati yang cocok dan pas buat dia. Alhamdulillah! Lega lagi rasanya! Saya ikut merasakan bagaimana teman saya itu sedang masa terkenyong-kenyong dengan keadaanya saat ini! Proud of you darl…!
**

Memang benar, apa yang akan terjadi besok, nanti, satu jam lagi, satu menit kemudian, dan satu detik setelah ini, tidak akan ada yang tahu. Masa lalu adalah sejarah, dan lagi-lagi itu benar. Kata banyak orang (dan ini termasuk wejangan yang kita terima dalam kepercayaan dan keyakinan apa pun), bahwa hidup, rezeki, jodoh, dan mati itu adalah urusan Tuhan dan kita tidak pernah tahu.
Seperti yang dirasakan teman saya itu (dan mungkin sebagian besar orang). Saat bicara tentang hidup, dia sudah melalui proses sedemikian rupa. Melalui proses wajar, normal, dan apa adanya sama seperti lainnya. Pada saat berbicara tentang rezeki, dia (dan kita semua) patut bersyukur kepada Tuhan karena memang dia sudah melalui tahap yang cukup dan harus disyukuri. Bicara tentang jodoh dan mati, dia (dan kita) memang harus memasrahkan diri dengan segala kerendahan hati kepadaNya.

Temans, teman saya ini adalah seseorang yang hebat dan luar biasa dalam menyikapi hidup. Pernah terjatuh, terguling, merangkak, bangkit, terbentur, putus asa, ingin mati, mati, dan mati saja. Tapi dia luar biasa temans!
Setelah ditempa dengan segala permasalahan pelik, ditipu oleh segala bentuk pria, menjajaki beberapa karakter lelaki, berjibaku dengan segala konflik dan sempat tidak percaya dengan kaum adam, akhirnya sekarang dia bangkit!

Perjalanan panjang yang dia lalui dan cukup menyita banyak waktu dengan percuma, menaruh kepercayaan pada sebuah hubungan yang tidak jelas alur dan endingnya, mencoba bertahan dengan keadaan yang membohongi diri sendiri, dan berusaha menampakkan keadaan sewajar mungkin, ternyata tidak berlangsung lama dan mengharuskan dia untuk kembali ke bumi, menginjak tanah. Dia bisa buktikan itu!
Setelah, setelah, dan setelah melalui berbagai tahap, proses, dan alur yang luar biasa, sekarang dia sudah menemukan sosok yang bisa membawa dia tetap berada di bumi. Tidak lagi mengawang, melayang, atau terbang. Semua wajar!
Teman yang istimewa, semoga ini pilihan terakhir dan kamu akan bisa memulai, melalui, dan mengakhiri (?) segala proses ini dengan sewajar-wajarnya!


Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman (teman-teman) yang sudah menemukan Mr. Right-nya!:)