Selasa, 24 Februari 2015

Proud Of Dewi Lestari -dee-

Saya -merasa- termasuk orang yang ketinggalan zaman mengikuti rentetan novel karya Dewi Lestari. Novel pertama yang kira-kira rilis tahun 2001, baru saya baca 9 tahun kemudian. Iya, Supernova :1, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh sebenarnya sudah ingin saya baca sejak tahun 2004. Awalnya saya tanya-tanya ke teman tentang hebohnya novel itu. Namun, tahukah Anda apa jawaban teman saya itu? 
"Udah deh Vik, nggak usah baca. Ceritanya ruwet. Kamu mah nggak bakal nyanthol. Itu karya sastra tingkat tinggi. Otak macam kita nggak nyampe!". Lemahlah keinginan saya. Semakin lama, novel itu tidak masuk list novel yang saya beli setiap bulan. Setiap masuk toko buku, novel itu tetap dicetak ulang dan ada di rak toko, tapi juga selalu saya lewati.
Akhirnya, kejadian saat saya benar-benar tidak punya uang buat beli buku baru. Salah satu jalan untuk bisa baca buku/novel ya nyewa. Saya memutuskan menyewa novel di dekat kos saya. Sebelumnya saya menyewa novel yang lain. Entah kenapa waktu itu, tangan saya berhenti di novel yang berjudul PETIR. Saya lihat penulisnya, aha Dee. Sempet mengkeret kalau ingat ocehan teman saya di tahun 2004 itu. Tapi, saya maksa juga buat nyewa. Saya buka, baca, dan akhirnya jatuh cinta.
Kejadian kedua, saya memutuskan untuk menyewa AKAR. saya makin jatuh cinta. Tapi sayangnya di tempat saya menyewa, nggak ada logi-logi dari Supernova. Waktu itu mereka menyewakan PERAHU KERTAS. Tanpa pikir panjang, saya sabet aja.
Rezeki dan jodoh saya memang harus ketemu karya Dee. Adik kos saya malah dapat pinjeman FILOSOFI KOPI.
Memang rezeki dan jodoh saya lagi dengan karya Dee. Sewaktu saya menikah, teman saya ada yang ngado KSATRIA, PUTRI & BINTANG JATUH, PARTIKEL, dan MADRE. Gimana nggak seneng banget coba?
Selanjutnya, saya beli RECTOVERSO (walau novel ini juga pernah saya baca sebelumnya). Beberapa waktu kemudian (sekitar 1 tahun), saya membeli GELOMBANG.



Nah, inilah akhirnya rentetan bacaan saya yang tidak sesuai alur. Hehe...
1. Saya baca PETIR, seharusnya ini dibaca ketiga
2. Saya baca AKAR, seharusnya ini dibaca kedua
3. Saya baca FILOSOFI KOPI (bukan Supernova)
4. Saya baca PERAHU KERTAS (bukan Supernova) 
5. Saya baca KSATRIA, PUTRI & BINTAH JATUH, seharusnya ini dibaca pertama
6. Saya baca PARTIKEL,seharusnya ini dibaca keempat
7. Saya baca MADRE (bukan Supernova)
8. Saya baca RECTOVERSO (bukan Supernova)
9. Saya baca GELOMBANG, seharusnya ini dibaca kelima.
10. Saya menungu INTELEGENSIA EMBUN PAGI.
Tahukah Anda, walaupun begitu urutannya, saya selalu baca ulang dan tidak pernah bosan! Banyak hal yang bisa saya petik dari karya Dee. Perubahan banyak terjadi di diri saya, termasuk kembali aktif menulis di blog.
Ayo gemar membaca teman-teman..... :)

MengAKUkan

Saya tidak tahu apa penyebabnya, apa pula masalahnya. Yang jelas, saya merasa kurang nyaman beberapa hari terakhir. Entah itu waktu saya yang kurang pas, suasana yang kurang oke, orang sekitar yang garing, atau mungkin badan saya yang enggan menerima keadaan.
Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawaban. 
Pertama, saya akan jelaskan perasaan saya. Saya merasa jenuh dan kadang ada ngilu di hati. Saya merasa leingkuangan tidak mendukung saya walau saya juga -merasa- sudah mati-matian untuk melakukan sesuatu. Manusia normal membutuhkan pengAKUan kan? Nah, saya merasa belum mendapatkan itu. Saya -merasa- apa yang saya lakukan, mendapat tanggapan yang lempeng-lempeng aja. bahkan cenderung datar menuju tiarap. Terbukti saya mendapat bukti ketidakadilan di akhir bulan. Mengingat itu semua, ngilu itu datang lagi. Aapa ini yang disebut penyakit hati?
Kedua. Setelah saya berkonsultasi dengan psikolong merangkap psikiater pribadi- suami- saya, saya mendapati kalau saya ini ternyata tergolong manusia yang BELUM siap menerima berbagai macam kondisi. Kita selalu berharap sesuatu yang baik-baik saja kan? Nah, itu yang belum saya temukan klik-nya. Saya yang selalu mengahrap hal yang positif, kenyataannya harus menerima kebalikannya. Dan, saya belum siap itu.
Ketiga. Setelah melakukan perenungan bertaburkan air mata, diam, dan diskusi panjang lebar, saya ternyata termasuk manusia yang KURANG bersyukur. Nah, lho! Sampai saya sadari kalau saya selalu merasa kuuuurrrraaaaanggg aja. Kurang sabar. Kurang menerima. Kurang berusaha. Kurang yakin. Kurang khusyuk. Kurang ikhlas. Kurang. Kurang. Kurang lagi.

Akhirnya. Saya sekarang BERUSAHA menjadi manusia yang sebisa mungkin mengAKUi keberadaan saya sendiri. Eksistensi untuk saya sengaja saya tumbuhkan dari diri saya terlebih dahulu.
Akhirnya. Saya HARUS siap mengahadapi kondisi apa pun. Karena saya yakin kondisi yang digariskan Tuhan adalah yang terbaik untuk saya.
Akhirnya. Saya merasa LEBIH bersyukur atas apa yang sudah saya daptkan selama ini. Karena saya yakin, apa yang saya miliki, nikmati, dan dapatkan, belum tentu diperoleh oleh lainnya.
So, baiklah. Saya akan bisa dan mampu menjadi AKU.