Minggu, 06 November 2016

Menjadi Bagian di Teacher Supercamp 2016

Selamat malam semua...
Aih, bisa nulis lagi sekarang. Oke, sekarang saya mau cerita tentang pengalaman selama seminggu terakhir. Tanggal 18 Oktober 2016 lalu, ada yang sms saya. Isinya mengabarkan kalau saya lolos TSC2016. Wah, kaget awalnya. Tapi saya juga takut kalau itu sms penipuan. Maklum lah, zaman sekarang banyak modus begituan. Saya sms balik, no respon. Tapi hati tetep penasaran. Hahaha
Nah, besoknya, ada yang telp dan mengabarkan kalau sya memang dinyatakan lolos pada kegiatan tersebut dan akan berangkat ke Bali tanggal 30. Seneng banget tentunya. Mengingat ternyata tulisan saya akhirnya mendapat apresiasi. Saya cek email, trus cek fesbuk TSC 2016 dan memang nama saya tercantum disana. 
Namun yang namanya perjalanan juga tidak selalu mulus kan? Rencana saya yang akan memboyong suami dan anak ke Bali harus kandas karena jadwal saya disana sangat padat.Itu artinya, sama saja saya tidak memiliki waktu lebih bersama mereka. Oke fix, mereka harus saya tinggal. Sedih juga sebenarnya.
Nah, gangguan dari luar juga ada. Tiba-tiba ada seseorang yang add fesbuk saya, mengucapkan selamat atas keberhasilan saya yang lolos TSC 2016, dan selalu like status saya. Positive thinking awalnya. Saya balas semua komennya, saya jawab chat-nya, dan...taraaaaaaa...tiba-tiba ujung-ujungnya dia minta dikirimi karya saya yang lolos TSC 2016 untuk dialamatkan ke emailnya. My God! Apa-apan ini? Sedikit tersinggung saya waktu itu. Kenapa? Karena seolah-olah dia ingin tahu, seperti apa karya saya sehingga bias lolos. Tapi sudahlah, abaikan. Anjing menggonggong, saya melenggang.
Tanggal 30 subuh saya berangkat ke bandara. Pesawat jam 7 transit Semarang, lanjut jam 9 menuju Surabaya, dan jam 11 menuju Denpasar. Jet lag? Tentu saja. Lemes, capek, ngantuk, dan tidak nafsu makan. Sore hari saya sampai di Hotel Mercure Nusa Dua Bali. Teman sekamar saya dari Jepara, Fita Fatimah, guru IPA di SMP Jepara sana.
Malam harinya ada acara perkenalan dengan 50 peserta lainnya, mentor, tim dari KPK, dan narasumber. Perjalanan masih panjang.
Besoknya kami semua mengikuti seminar "Lebih dekat dengan KPK" dan "Pembentukan Karakter".
Pada sesi seminar "Pembentukan Karakter", narasumber hebat yang menjadi pembicara. Bapak Laode M. Sayrif (Pemimpin KPK), Bapak Tatang (Perwakilan dari Kemedikbud), Bapak Arief Rahman (Pakar Pendidikan), dan Bapak Made Taro (Budayawan Bali). Sedikit banyak semua yang disampaikan hampir sama. Intinya pembentukan karakter harus dimulai sejak kecil. Nilai-nilai moral harus ditekankan dari hal yang sederhana guna membentuk pribadi yang berintegritas.
Malamnya, kami mendapat materi tentang "Nilai-nilai Korupsi dalam Pembentukan Karakter". Pada sesi ini, dijelaskan mengenai bagian otak, 4 aspek karakter (Mengetahui, Merasakan, Melakukan, Penegasan), serta bagaimana proses pengaliran karakter.
Tanggal 1 November 2016, kami mendapat materi dari penulisan terkenal, Mbak Helvy Tiana Rosa (salah satu wanita berpengaruh di dunia dari 500 orang). Keren kan? Sempat poto bersama, seru jadinya. Isi yang disampaikan adalah bagaimana menjadi penulis yang baik, trik cara menulis yang benar, dan bagaimana cara menghadapi tantangan dalam kegiatan tulis menulis. Dilanjut materi dari Bapak Hernowo, penulis terkenal yang namanya pernah saya lihat dalam pengantar bukunya Munif Chatib - Sekolahnya Manusia-.
Selanjutnya, materi yang disampaikan oleh Faza Meonk, komikus yang terkenal dengan karakter Bang Juki. Nah, saat sesi ini, terus terang saja saya tidak nyambung. Sebab, saya tidak mengerti tentang gambar-menggambar. Haha.
Malamnya, kami mendapat materi tentang menulis scenario. Nah, agak seru nih! Pengisinya Mbak Gina S. Noer, penulis scenario film Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, dan Rudy Habibie.
Sesi selanjutnya, kami dikumpulan per kategori. Saya sendiri di kategori cerpen bersama tujuh orang lainnya. Disini, kami dimentori oleh Bapak Benny Rhamdani, penulis, editor, blogger, dan tentunya guru yang hebat. Sabar sekali. Kritiknya tajam tapi tidak menyakiti, malah membangun untuk kami yang notabene masih awam.
Pagi sekali pukul 5.15 saya sudah turun ke loby, karena tim kami akan bergerak menuju Nusa Gede. Nusa Gede adalah sebuah tempat dengan Water Blow yang kece. Disana tenang sekali. Bersih serta nyaman. Kami diharap bisa segera mendapat inspirasi dari berbagai hal yang kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan. Sejak dikumpulkan sesuai kategori, kami akhirnya lebih fokus sampai tahap final.
Tak terasa, kami sudah sampai hari terakhir. Jumat pagi kami berkumpul untuk outbond. Banyak games yang harus kami selesaikan. Saya dan tim Biru kami akhirnya sukses menjadi juara. Kerja keras, kerja sama, kompak, dan toleransi adalah kunci keberhasilan.
Ah, tiba saatnya kami harus berpisah. Semua bubar barisan, kecuali saya, Pak Suhardin, dan Bu Novi dari Aceh. Saya dan Pak Suhardin (Kendari) harus pindah hotel.
Besok subuh kami berdua menuju bandara I Gst Ngurah Rai untuk kemudian terbang ke Surabaya. Dari Juanda kami berpisah. Beliau menuju Kendari, saya sendiri ke Pangkalan Bun.
Ah...banyak sekali yang saya dapat selama disana. Ilmu dan kebersamaan yang tidak pernah bisa dirupiahkan. Dari sana, saya pribadi merasa ada beban moral yang harus dipertanggungjawabkan. Secara tidak langsung saya harus bia menularkan mosi positif yang sudah saya dapatkan ke semua orang!


Guru Indonesia! Anti Korupsi!