Selasa, 03 April 2012

PRAS YANG INI, BEDA!

Temans, mungkin kalian pernah punya teman, saudara, kerabat, tetangga atau bahkan pacar bernama Pras. Saya juga punya! Tapi Pras yang saya miliki ini sudah barang tentu berbeda dengan milik kalian. Sama manusianya, tapi beda rasanya. Tidak terkecuali untuk orang tua atau saudara dari Pras saya ini. Rasa yang saya miliki lain dari lainnya.
Saya biasa memanggilnya “Yank, Yah, Pi, atau Beb”. Iya, semua sebutan sayang, karena dia pacar saya yang sudah hampir 6 (enam) tahun menemani saya. Pras saya ini adalah teman kuliah, teman berbagi, teman berantem, teman ngobrol, teman makan, teman kencan –sudah pasti-, teman jalan-jalan, dan Pras saya ini melengkapi kriteria teman yang saya inginkan, kecuali untuk teman selingkuh, karena dia merupakan manusia yang paling benci dengan selingkuh –apa pun itu bentuknya!-.


Berikut akan saya jelaskan tentang apa dan bagaimana bentuk Pras saya itu:
  1. Membenci selingkuh! Anda hanya diberi satu kesempatan saja untuk memperbaiki kesalahan jika Anda terbukti pernah menghianatinya. Tidak ada kesempatan kedua, ketiga, atau ke- ke- selanjutnya. Pada akhirnya ini kesempatan terakhir saya. Baiklah yank,,,,!!!!
  2. Pras saya ini wangi, dan saya sangat suka dengan cowok wangi-kriteria pertama saya dalam menentukan cowok oke atau tidak-. Pras saya ini sampai mengkonsumsi 3 parfum dalam setiap episode hidupnya. Embrance -produk dari Oriflame-, Bask atau Gatsby, dan parfum bibitan. Sudah barang tentu itu dipakai secara bergantian melihat sikon atau acara tertentu.
  3. Santai dan menurut saya malah terkesan “lemot”, sehingga kami sering bertengkar gara-gara hal ini. Tetapi Pras saya selalu beralasan, “gak usah grusah-grusuh Yank, ntar malah kejedhok. Santai aja, dipikir mateng-mateng segala dampak dan resikonya. Ntar kalo ada apa-apa dengan Mama –oh ya, nama panggilan saya Mama-, Ayah sing disalahno!”. Kalau sudah begini, saya hanya merengut! Tapi baiklah, saya yang meledak-ledak, Pras saya yang let it flow & softly. Kami saling melengkapi bukan?
  4. Cuek! Bahkan sangking cueknya, Pras saya tidak terlalu peka kalau saya ingin dimanja atau ingin dirayu. Saya harus berusaha sekuat tenaga menarik perhatiannya. Tapi hal ini berlaku sesekali saja dalam kehidupan kami, yang pada akhirnya saya harus pasrah saja memiliki pacar yang tidak bisa merayu. Cuek yang dimiliki Pras saya adalah dia tidak terlalu ambil pusing dengan masalah orang dan lingkungan sekitar, selama   tidak bersinggungan langsung dengan dia. “Males Ma ngurusi orang lain!”, itu katanya kalau saya geregetan dengan sikapnya yang dingin.
5. Romantis. Terlihat kontradiksi dengan pasal 4. Tetapi jangan salah tafsir dulu! Pras saya selalu berusaha untuk membahagiakan saya. Setiap tanggal 7, kita selalu memperingati hari jadian. Saling mengingatkan atau bahkan saling bertukar kado. Bukan barang mahal yang kita tukar. Semua barang bermanfaat. Entah itu kaos kaki, kosmetik, rokok, atau apa pun. Pernah saya dikado kaktus dengan 7 cabang daunnya pada saat kita 7 bulan jadian dan pernah juga dikado sebatang coklat yang isinya 11 ruas, menandakan 11 bulan hubungan kami. Romantis bukan? Karena kita menilai romantis tidak harus membacakan puisi, menggombal –karena Pras saya tidak bisa menggombal-, atau hal lain yang bersifat alay bin lebay. Romantis versi kami adalah saling mengingatkan dan menghargai.

6. Sebenarnya banyak hal lain yang dimiliki Pras saya. Tidak semua bisa secara gamblang diceritakan. Hal-hal sepele yang istimewa dan menjengkelkan dari hubungan kami juga ada. Tetapi semuanya bersifat rahasia ya! Cukup saya dan Pras saya yang tahu.

Namun tahukan Anda temans, kami punya perjanjian atau bisa disebut kesepakatan, yaitu:
1. Tidak boleh bertengkar di hadapan orang lain, apa pun bentuknya. Kami harus bersikap biasa saja di depan khalayak, walaupun pada saat kami berdua saja akan terjadi perang paregreg.
*sukses kami lakukan
2. Tidak boleh saling misuhi bin mengumpati pasangan. Jadi selama hampir 6 tahun bersama, kami selalu berusaha menahan ucapan kotor terhadap pasangan.
*sukses kami lakukan
3. Kami akan kabur a.k.a kawin lari kalau kami tidak direstui!!! Anarkis dan dramatis.
*Alhamdulilah semua setuju, semoga kita lanjut nikah. Amin.
Demikian yang dapat saya ungkapkan tentang Pras saya, yang sampai saat ini dan semoga seterusnya masih menjadi milik saya. Amin.
Terlepas dari itu semua, saya sayang dan butuh kepada Pras saya karena kita sudah memiliki “kesepakatan” untuk terus bersama. InsyaAllah.
Begitu bangganya saya terhadap Pras saya karena mau berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan Bapak, Ibuk, keluarga besar, dan saya tentunya.
Semoga Pras saya selalu diberi kekuatan dan kesehatan untuk dapat terus berjuang mempertahankan hidup. Ingat Yank, hukum rimba dan seleksi alam masih terus berlangsung

Sebenarnya Apa Yang Dicari?

Setelah sekian lama saya tidak menulis -karena tidak ada ide-, sekarang sudah saatnya saya menulis lagi -karena ada ide-! :)
Tadi malam saya menghabiskan sekian menit waktu saya untuk ngobrol dengan mantan Adik Kos dan beberapa anak kos lainnya. Kami bercerita banyak hal, tetapi yang paling banyak kami obrolkan adalah seputar pernikahan -hal yang menarik, tetapi begitu sensitif untuk dibicarakan-.
Setelah bercerita kesana kemari, inti dari obrolan kami adalah bahwa saya dan Adik Kos saya sedang merencanakan menuju jenjang yang "sensitif" itu. Banyak kesamaan kami, diantaranya prosesi yang harus dilewati, cerita yang akan kami lakoni dikemudian hari, dan kesadaran kami bahwasanya kami adalah perempuan yang "biasa" saja.
Iya, perempuan "biasa" ini menjadi topik yang menggelitik. Kami adalah perempuan yang pada dasarnya tidak TERLALU memiliki kelebihan. Kami adalah perempuan yang tidak tinggi langsing, tidak putih, tidak bahenol, tidak berambut panjang -rebonding-, tidak dan tidak lainnya. Ibarat kami sedang jalan dikeramaian pun, kami bukanlah tipikal perempuan yang akan jadi pusat perhatian.
Tapi dibalik itu semua, kami juga bersyukur karena ternyata ada orang yang masih bisa menerima kami apa adanya. Iya, "calon" kami ternyata adalah manusia yang tidak melihat kami dari sisi kebahenolan saja. Tetapi menurut mereka, kami adalah tipe perempuan yang bisa "ada" untuk mereka.
Mereka juga sebenarnya sama dengan kami. Mereka adalah sosok pria yang BIASA saja. Bukan tipikal pria tinggi-kekar, bukan pria berbaju parlente, bukan anak band yang biasanya digandrungi gadis-gadis, bukan pria bermobil, bukan dan bukan lainnya Tetapi mereka istimewa karena menerima kami apa adanya dan kami juga istimewa karena menerima mereka apa adanya -dengan kesederhanaan dan bentuk tanggung jawab mereka-.

Iya, sebenarnya apa sih yang dicari dalam sebuah hubungan? Fisik dan materi? Popularitas dan prestise? Atau mungkin ada unsur keterpaksaan?
Setelah kami berdiskusi, bercerita, dan guyon, akhirnya kami memutuskan untuk menetapkan hati bahwa apa yang kami cari bukanlah sesuatu yang neko-neko. Kami hanya mencari keSEJAHTERAan diri! Sejahtera menurut definisi kami adalah keseimbangan dari dua sisi. Seimbang antara kami dan mereka secara fisik, secara naluri, jasmani dan rohani, jiwa dan raga, dan semoga seimbang dari sisi duniawi sampai nanti di akhirat.
Kami dan mereka memang biasa saja, berarti kami dan mereka harus tahu diri, sadar diri, dan yang pasti harus pandai mengoreksi diri. Tidak perlu begitu banyak pengakuan dan -mungkin- terlalu eksis, karena memang kami biasa saja. Biar saja apa kata orang, yang jelas menurut kami, bahagia -hanya satu sisi saja- tidak bisa disebut sejahtera! Orang lain mau berkata apa, tidak jadi masalah, dan kami tidak terlalu mau ambil pusing, karena kami yang tahu dan kami yang menjalani!