Senin, 19 April 2021

Seberapa "tempat sampah" dan Penuhnya Kepalamu?

Selamat berpuasa, Gengs. Berniat untuk membatasi diri ngomongin orang lain. Hahahaha. Semoga saja bisa. Niat baik pasti dapat restu dari Gusti Pangeran.

Udah nahan lapar and haus, tentunya nafsu juga harus dikontrol. Bismillah.

Kali ini kita gak bakal bicarain kejelekan orang. Kita bicara yang baik-baik saja, mempengaruhi hal baik, menularkan hal positif, and tentunya menjaga mood untuk tetap ceria.

Kita menceritakan diriku saja, ya! Hahaha

Aku mau cerita nih tentang anugerah yang dari dulu kuterima. Aku anggap ini memang sebuah anugerah karena tidak sembarang orang yang dapat. Aku mendapat berkah sebagai "tempat sampah" oleh sebagian besar teman yang kenal sama aku. Entah apa sebabnya mereka suka curhat and ngaliiiir aja. Aku cukup menjadi pendengar dan memberi perspektif dari segala keributan cerita mereka. Kadang saran dan kritikanku mereka terima sebagai solusi. Alhamdulilah banget. Setidaknya bisa mengurai sesak yang mereka rasakan.





Anugerah ini selalu kujaga baik-baik dengan cara kusimpan rapat dan gak bocor. Apakah aku seamanah itu? Tentu nggak juga. Hahaha. Pernah bocor alus (tapi aku pilih untuk cerita sebuah cerita #ngeles). Tenang aja, aku gak ember apalagi samudera. Semua tersimpan dengan baik.

Tahukah kamu, yang kusimpan bukan saja tentang cerita. Karena aku "tempat sampah", mereka seenaknya "buang-buang" surat, foto, atau barang rahasia ke aku. Bisa-bisanya, ya? Tapi tentu saja semua tersimpan rapi. Bisa dibongkar lagi kok kalau sewaktu-waktu kalian butuh. Haha.

Cinta yang terpendam karena si cewek insecure, cinta tak sampai karena beda keyakinan, cinta tak direstui karena perbedaan kasta, kisah kabur dari rumah karena cinta monyet, tragedi diuber-uber arisan, silent please tentang bolos sekolah, atau polemik mendua-mentiga hati.

Belum lagi yang curhat perselisihan mertua-menantu (dua-duanya malah curhat. Yaelah!), kerjaan yang susah, bisnis mandeg, tetangga yang usil, anak ribet, dan banyak lagi yang lainnyaaaa.

Oke, Bu Madame pastikan semua cerita kalian aman.

Tapi tolong pahami bahwa Bu Madame juga tidak sesempurna brankas, ya. Seperti tadi yang Bu Madame bilang, sempat bocor alus tapi aman. Hahaha.

Terima kasih buat kalian yang sudah percaya, ya. Selalu peluk.

Anugerah lainnya nih (tapi sebenarnya ini juga kelainan), kayaknya aku mengidap hyperthymesia, deh! Tapi bukan kategoriyang parah. Karena pengidap hyperthymesia sekitar 60 orang saja di dunia. Jelas aku bukan termasuk di dalamnya. Hyperthymesia adalah sejenis kelebihan (baca: gangguan) yang dimiliki sesorang dalam mengingat sesuatu, orang, kejadian atau apapun secara detail dalam kurun waktu yang lama. Istilahnya memiliki longterm memory di kepalanya.

Nah, selama ini aku dikenal sebagai makhluk pengingat atau miss memory. Aku bisa mengingat kejadian yang sudah lampau (meskipun gak detail seperti hyperthymesia). Minimal aku masih ingat saat aku umur 4 tahun di mana Kakekku meninggal di dalam angkutan yang membawa kami pulang dari rumah sakit. Kakek yang suka minta es lilinku, Kakek yang sempat ngamuk ke ibuku karena ku terjatuh dari boncengan motor. Kejadian itu kira-kira umurku 3 tahun. Kejadian setelahnya banyak sekali yang masih tersimpan di memori.

Aku secara tidak sengaja "melatih" penyakitku ini dengan membuka album lama, memutar lagu kenangan, atau menghubungi orang-orang lama. Tentu saja mereka terheran-heran dengan aku yang tanya ini-itu terkait kejadian puluhan atau belasan tahun lalu. Aku yang dengan gamblang menceritakan banyak hal jadi membuat lawan bicara bengong, heran, dan (mungkin) takjub.

Aku bisa mengingat nama sanak keluarga dari teman-temanku, termasuk silsilahnya. Mereka sampai curiga kalau aku salah satu petugas catatan sipil atau sensus atau pegawai pencetak Kartu Keluarga. Aku ngakak saja dengan apa pun yang mereka bilang.

Pernah nih, seorang suami dengan polosnya tanya tentang masa lalu istrinya. Pasangan itu adalah teman baikku. Tapi karena Bu Madame sudah simpan rapat, ya gak bisa kebongkar dong. Aneh-aneh aja. Meskipun mereka sudah suami istri, cerita masa lalu kan tetap harus diamankan. Demi kelangsungan hidup bermasyarakat.

Suatu malam ada pesan WA masuk. Si pengirim dengan polosnya bilang nggak bisa tidur karena teringat wajah salah satu teman sekolah. Dia ingat wajahnya, lupa namanya. Eh, bisa-bisanya langsung teringat aku untuk tanya hal itu. Sebagai pengidap hyperthymesia (yang gak detail), kusuruh dia nyebutin clue. Setelah 1-2 clue, kujawab rasa penasarannya. Namanya: A. Eh, dia bilang, "Okay, trims. Aku bisa tidur nyenyak. Bye!"

Vangke sekali. Hahahahaha

Tapi di atas kelainan hyperthymesia (yang gak detail)ku, aku masih punya kekurangan. Aku sedikit susah mengingat wajah. Entah karena banyak wajah yang berubah karena skincare, oplas, berganti musim, terkikis waktu, atau getting old? Entahlah.

Sebenarnya sempat capek dengan kondisi hyperthymesia (yang gak detail) ini. Letih saat diberondong rasa penasaran. rasanya aku harus periksa ke psikiater, ya? Hihihihi.

Semua hal yang kuceritakan itu adalah anugerah. Terima kasih, Gusti Pangeran.

Nah, sekarang seberapa "tempat sampah"dan penuhnya otakmu? :P

Jumat, 19 Maret 2021

Pecah Telor!

 Pecah Telor!

Ya, akhirnya memberanikan diri membuat channel YouTube. Setelah sekian lama dengan banyak pertimbangan, terutama hal teknis, pecah juga channelnya.
Tepat 7 Maret 2021, siang hari nekat syuting demi sebuah konten. Soft opening ceritanya.
Berjibaku dengan isi dan pemilihan nama konten, akhirnya diputuskanlah nama Madame's Pathway di channel YouTube MADAME VIKA VARIA.
Karena bersifat pathway, otomatis channel ini berisi perjalanan (meskipun muter-muter aja di sawitan). Membahas banyak hal tentang kehidupan seputar rumah tangga, parenting, dan intermezzo (hobby, musik, dan lainnya).
Tujuan utama membuat channel sebenarnya ada 4 hal, yaitu:
1. Media Bu Madame untuk terus mengembangkan diri di bidang broadcast. Dunia ngoceh rasanya sudah mengakar dan susah dihilangkan. Bercerita, ngemsi, sharing dengan banyak orang yang tentunya membutuhkan kemampuan bicara adalah hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan Bu Madame. Karena sudah tidak lagi bisa bersiaran, niat bikin podcast juga terbentur hal teknis. Oleh karena itu, media YouTube adalah salah satu cara untuk terus bisa terus bersuara. EKSISTENSI adalah sebuah kebutuhan. Melalui channel ini, Bu Madame merasa terus bisa memenuhi kebutuhan itu.
2. Berbagi banyak hal dan ngobrol adalah salah satu cara Bu Madame menjaring banyak ilmu. Selain melebarkan networking, ngobrol dengan orang lain juga bisa membuka wawasan dan pola pikir. Ini juga pasti berlaku bagi orang lain yang juga ingin berbagi. Oleh karena itu, Bu Madame menyediakan program TALKING ABOUT setiap akhir pekan yang berisi pertanyaan atau memancing pernyataan netizen. Tujuannya tentu saja Bu Madame sebagai pendegar mereka yang ingin mengungkapkan isi hati yang selama ini terpendam. Syukur-syukur bisa kasih solusi.
Dalam Talking About yang nanti bakal dibahas di YouTube, Bu Madame secara tidak langsung membuka pikiran atau memberi info yang pernah Bu Madame tahu atau pelajari lebih dulu. Bukan sok pintar atau gimana. Bu Madame juga bukan lulusan psikologi atau ulama yang bisa memberi pencerahan dari sudut tertentu. Bu Madame berperan sebagai orang netral yang memberikan pandangan lain dalam menyikapi masalah.
3. MENGHIBUR. Bu Madame selalu berusaha menyajikan keceriaan di setiap moment. Hal ini bukan berarti Bu Madame ingin selalu tampil sebagai komika atau pelawak. Sama sekali bukan. Bu Madame hanya ingin hadir sebagai sosok yang menyenangkan dan tidak sebagai biang masalah. Oleh karena itu, channel YouTube Bu Madame juga bersifat menghibur di sesi intermezzo.
4. POPULARITAS adalah hal terakhir yang ingin dicapai dalam konten ini. Kalau banyak yang subscribe Alhamdulillah, banyak yang like syukur banget, banyak views juga bikin seneng, banyak yang komen waaahhh banget, apalagi banyak saran kritik atau justru pengen bahas sesuatu, itu bikin Bu Madame tambah semangat syuting. Hahahahaha.
Namanya popular selalu terlihat menyenangkan. Banyak yang pengen dekat dan merapat. Tapiiiiiii, banyak gak enaknya. Tidak ada yang 100% pure menjadi teman. Kebanyakan hanya nebeng dan nempel. Bukan negthink, Gengs. Tapi bener-bener gak ada yang murni pengen dekat dengan sebuah popularitas sebagai TEMAN. Di belakang pasti usriiiik sana-sini. Itu sih sudah terbukti. Bu Madame juga sering jadi intel. Tapi tentu dengan info yang valid, ya. Bukan hoax, gosip, atau fitnah. Meskipun Bu Madame memberi info akurat, banyak juga yang memberi stempel di jidat Bu Madame sebagai Ratu Gosip atau Bu Tedjo. Padahal infonya valid, loh! Jahat banget kan mereka itu. Hahahahaha.
Nah, cara mengatasi hal itu ya BODO AMAT. Bu Madame sih mengalihkan popularitas negative dengan cara terus berkarya. Lakukan yang terbaik dan ciptakan terobosan yang belum dilakukan oleh orang sekitar. Menjadi berbeda adalah hal menarik. Tidak semua orang bisa menjadi berbeda dan tidak semuanya mampu bertahan di tengah perbedaan. Kebanyakan sih, ingin terlihat seragam. Hahahaha.

Jadi, saran dan kritik apa yang bakal kamu sampaikan di channel YouTube MADAME VIKA VARIA? Atau ada sesuatu yang ingin dibahas? Persoalan private juga bisa. Bu Madame akan menjaga privasi netizen. Tenang saja, Bu Madame tidak seember dan sejahat itu. Karena apa yang dialami oleh seseorang, bisa dijadikan pembelajaran, barometer, atau cerminan bagi orang lain.

So, jangan lupa like, komen, and subscribe channel YouTube MADAME VIKA VARIA, ya! 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Menulis Adalah Kebutuhan

 Haiii, akhirnya aku menulis lagi setelah sekian lama meninggalkan blog.

Menulisku kali ini adalah sebagai ajang terapi setelah menelan kekecewaan yang amat pada sebuah event. Lomba dan kompetisi memang memacu adrenalin dan selalu membuat deg-degan. 

Setelah puas dengan pencapaian tulisan yang selalu dibukukan dan mendapat apresiasi dalam skala cukup besar, akhirnya aku harus menelan pil pahit di event yang kugadang-gadang akulah juaranya.

Event ini seolah "aku" banget. Jadi saat menulis pun sudah kudesain sedemikian apiknya sehingga rasa percaya diri perlahan tumbuh dan mengakar.

Kesombongan akan tulisanku semakin sulit ditolerir saat tahu ternyata pesertanya cuma berapa ratus saja. Helllloooow, aku pernah mengalahkan ribuan orang, sombongku berhari-hari. 

Merapal doa setiap malam, sholat ini itu kujalankan, selalu berharap bahwa akulah pemenangnya.

Tibalah saatnya. Pengumuman dibacakan. Cukup 2 menit saja video itu. Deg-degan dan berharap namaku disebut. Sampai nama terakhir, tak muncul. Kuulang video pengumuman. Ya, sama saja isinya. Namaku tak ada.

Gusti! Aku berharap menjadi pemenang di lomba ini karena banyak hal di dalamnya.

Aku ingin tulisanku dibukukan. Aku ingin hadiahnya yang menggiurkan. Aku ingin ini itu jika hadiah itu kuperoleh. Nyatanya?

Semalaman merenung. Apa yang kurang? 

"Masih banyak yang lebih bagus dari tulisanmu. Kembali ke blog saja. Di sana lebih leluasa. Kamu bisa nulis apa saja."

Kalimat panjang dan menohok serta membuka harapan. 

Ya. Lupakan kompetisi. Tak perlu bingung mengejar juara. Sudahlah. Menulis saja. Terus saja menulis.

Bukankah aku selalu bilang bahwa menulis itu bagian dari terapi?

Saat menulis ini, perlahan kekecewaan yang kurasakan kemarin sedikit demi sedikit bisa kulupakan meski ada sisa harapan bahwa namaku akan muncul di daftar pemenang walaupun tentu saja mustahil terjadi.

Sudahlah. Menulis saja. Teruslah menulis. Tak perlu mengkhawatirkan banyak hal.

Bukankah menulis adalah value? Menulis bukan nominal. Ya, kekecewaanku adalah perihal nominal. 

Terus saja menulis sampai aku merasa sembuh dan kembali baik-baik saja.

Teruslah menulis sampai aku tidak sadar bahwa tulisanku menginspirasi banyak orang.

Menulis saja tanpa henti sampai aku sadar bahwa menulis adalah kebutuhan. 

Sekian.