Jumat, 19 Maret 2021

Menulis Adalah Kebutuhan

 Haiii, akhirnya aku menulis lagi setelah sekian lama meninggalkan blog.

Menulisku kali ini adalah sebagai ajang terapi setelah menelan kekecewaan yang amat pada sebuah event. Lomba dan kompetisi memang memacu adrenalin dan selalu membuat deg-degan. 

Setelah puas dengan pencapaian tulisan yang selalu dibukukan dan mendapat apresiasi dalam skala cukup besar, akhirnya aku harus menelan pil pahit di event yang kugadang-gadang akulah juaranya.

Event ini seolah "aku" banget. Jadi saat menulis pun sudah kudesain sedemikian apiknya sehingga rasa percaya diri perlahan tumbuh dan mengakar.

Kesombongan akan tulisanku semakin sulit ditolerir saat tahu ternyata pesertanya cuma berapa ratus saja. Helllloooow, aku pernah mengalahkan ribuan orang, sombongku berhari-hari. 

Merapal doa setiap malam, sholat ini itu kujalankan, selalu berharap bahwa akulah pemenangnya.

Tibalah saatnya. Pengumuman dibacakan. Cukup 2 menit saja video itu. Deg-degan dan berharap namaku disebut. Sampai nama terakhir, tak muncul. Kuulang video pengumuman. Ya, sama saja isinya. Namaku tak ada.

Gusti! Aku berharap menjadi pemenang di lomba ini karena banyak hal di dalamnya.

Aku ingin tulisanku dibukukan. Aku ingin hadiahnya yang menggiurkan. Aku ingin ini itu jika hadiah itu kuperoleh. Nyatanya?

Semalaman merenung. Apa yang kurang? 

"Masih banyak yang lebih bagus dari tulisanmu. Kembali ke blog saja. Di sana lebih leluasa. Kamu bisa nulis apa saja."

Kalimat panjang dan menohok serta membuka harapan. 

Ya. Lupakan kompetisi. Tak perlu bingung mengejar juara. Sudahlah. Menulis saja. Terus saja menulis.

Bukankah aku selalu bilang bahwa menulis itu bagian dari terapi?

Saat menulis ini, perlahan kekecewaan yang kurasakan kemarin sedikit demi sedikit bisa kulupakan meski ada sisa harapan bahwa namaku akan muncul di daftar pemenang walaupun tentu saja mustahil terjadi.

Sudahlah. Menulis saja. Teruslah menulis. Tak perlu mengkhawatirkan banyak hal.

Bukankah menulis adalah value? Menulis bukan nominal. Ya, kekecewaanku adalah perihal nominal. 

Terus saja menulis sampai aku merasa sembuh dan kembali baik-baik saja.

Teruslah menulis sampai aku tidak sadar bahwa tulisanku menginspirasi banyak orang.

Menulis saja tanpa henti sampai aku sadar bahwa menulis adalah kebutuhan. 

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar