Ternyata Ada Sisa Ketakutan
Hay… saya kembali datang dengan
membawa perkembangan terbaru tentang si Coy! Memasuki usia tiga bulan, dia
sedang asyik-asyiknya bermain ludah sembari menautkan jemarinya. Disemburnya
ludah sampai membuat gelembung yang memenuhi bibir atasnya. Maklum, bibir
atasnya seksi. Hehehe…
Sebelumnya, ada kejutan lain. Di
usia dua bulan, Coy sudah sudah ingin miring membalik tubuhnya. Sayang bokong
dan kakinya belum mendukung gerakan kepala dan badan yang hampir sembilan puluh
derajat.
Beberapa hari terakhir, Coy
sering –maaf- buang air besar. Tiap buang angin, selalu ada ampas yang ikut
keluar. Bikin khawatir saya dan suami. Kami berinisiatif kalau sampai BAB lebih
dari tiga atau empat kali, akan dibuatkan parutan daun jambu. Ternyata sampai
dua hari yang lalu, terus saja keluar ampas dan akhirnya menjelang malam kami
minumi air parutan daun jambu ditambah gula sedikit. Alhamdulillah sampai
tengah malam agak baikkan. Tapi….besoknyaaa….si Coy seharian tidak BAB!!!
Khawatirlah kita. Sepasang orang tua muda yang belum mengerti apa-apa mencoba
mencari solusi demi kebaikan putranya. Tapi akhirnya malah membuat anak kami
tidak BAB seharian. Ah..kacau!
Itu sekedar alternatif kami dalam
menjalani sebuah perjalanan keluarga kecil disamping kami juga harus berbagi
peran dalam berbagai hal. Mulai ganti popok, pasang gurita, pilih baju dan kaos
kaki, sampai bagaimana caranya mengatur waktu kapan saya masak, kapan kami
makan, bilamana kami bergantian mandi, siapa yang menata kasur, apa yang kami lakukan
saat dia nangis ngantuk, siapa yang buatin susu saat dia nangis lapar, kamar
mana yang akan kami tempati untuk tidur nanti malam dan sebagainya.
Pernak-pernik yang kami alami
tidak serta merta sampai disini. Sebelumnya, saat si Coy masih bayi merah
banyak kebelumsiapan yang kami alami, terutama saya. Saya belum siap begadang,
belum siap punya badan melar, belum siap bangun malam, belum siap kalau dia
nangis, belum siap cepat-cepat mandi-karena saya mandinya lama sekali, belum
siap makan terburu-buru, belum siap cekatan untuk gantiin popok, belum siap
untuk seret pegangin saat Coy mandi, dan belum siap endesbre-endesbre lainnya.
Tapi itulah, dari belum siap
akhirnya kami belajar untuk siap bahkan siaga. Jadi sebelum ada kejadian yang
berkaitan dengan segala hal tentang si Coy, kami sudah jaga-jaga. Tapi
sebenarnya kami masih takut kalau apa yang kami lakukan itu salah. Kami takut
kalau solusi yang kami jalani ternyata keliru. Kami takut kalau alternatif yang
kami berikan ternyata tidak benar. Kami takut kalau yang kami suguhkan ternyata
berdampak buruk bagi si Coy nanti. Kami takut kalau kami tidak bisa menjadi
orang tua yang baik. Kami takut ini, takut itu, takut sana, takut sini, dan
takut lainnya.
Inilah kami, orang tua baru yang
tengah menikmati setiap tahap perkembangan si Coy-walau kami harus meninggalkan
dia bersama Budhe selama kami bekerja- tapi minimal kami selalu berusaha ada
untuk si Coy. Semoga perjuangan kami ini membawa manfaat untuk si Coy
kedepannya. Mungkin beberapa pasangan muda pernah mengalami atau tengah
menjalani segala kebelumsiapan yang berkaitan dengan si kecil. Tapi yakinlah,
kalau kita melakukan dengan hati, si kecil juga akan merasakan energi positif
dari kita. Selamat berusaha untuk menjadi orang tua yang kompak, serempak, dan
bahagia bersama si kecil.