Jumat, 03 Juli 2020

Seperti Apa Kehidupan Kita?

Selamat pagi. Weekend dengan kondisi masih pandemi, jelas tidak bisa kemana-mana.
Okay, pagi ini saya akan bercerita tentang kisah 5 perempuan. Mereka adalah manusia biasa yang mempunyai naluri dan tentu ingin dimanusiakan.
Begini, sekitar 1 minggu ini, saya tiba-tiba saya diberondong dengan begitu banyak cerita tentang kehidupan. Mari kita simak.👇
1. Sebut saja namanya Jeng. Ibu dari dua anak, pekerja, dan memiliki kehidupan bahagia dengan keluarga kecilnya. Tak ada yang kurang dalam kehidupannya. Sampai suatu ketika dia "terjebak" dalam sebuah situasi yang membuatnya akhirnya merasa terperangkap pada hubungan dengan teman kerjanya. Memang situasi yang tidak nyaman. Hubungan dengan kondisi sembunyi-sembunyi, harus atur waktu, membagi perasaan, dan tentu menambah ruang untuk tempat sakit hati. Iyalah, kan harus berbagi. Apalagi 'Si Pacar' juga milik orang lain. Manusiawi kalau ada sifat posesif dan berakhir cemburu. Seolah merasa bahwa KAMU adalah milikku. Kisah ini berjalan 2 tahun lamanya dengan banyak sekali lika-liku dan luka-luka.
Hubungan seperti ini memang tidak pernah bisa berakhir bahagia. Selanjutnya sudah bisa diterka. Mereka berpisah dalam keadaan sama-sama kecewa. Kecewa karena menyesal, menyisakan sakit hati, dan tentu saja tidak ada untungnya sama sekali.
2. Pay yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, ternyata mampu menarik hati Bejo, pemuda konglomerat, berkat paras manisnya. Tak butuh banyak cingcong, mereka memutuskan menikah di usia masih belia, sekitar 13 dan 15 tahun. Kehidupannya jangan tanya. Glamour! Mewah sekali. Mobil dan rumah tinggal pakai. Uang bulanan lancar dari mertua. Apalagi?
Ternyata, Si Bejo sudah mulai beranjak memperluas pertemanan. Bejo bergaul dengan banyak orang, jaringannya melewati bisnis-bisnis kelas atas. Pay yang polos tentu saja shock dengan pergaulan Bejo yang sekarang. Pay yang yakin jika Bejo dulu sangat mencintai kesederhanaannya, kini punya pandangan yang berbeda. Bejo sekarang lebih menyukai wanita bergincu, rambut warna-warni, dan pakaian sexy. Sementara Pay sudah disibukkan dengan 2 balita, tak sempat untuk mengubah penampilan. Pay kalah langkah mengikuti kehidupan Bejo yang semakin melesat.
Apa yang terjadi? Bejo sering membawa pulang wanita sexy, membuat ruang karaoke di rumah, dan mulai mengumpulkan banyak teman.
Pay tersingkirkan. 2 anak terabaikan.
Bejo dengan dunia barunya, Pay kembali dengan daster dan kedua orang tuanya yang sederhana.
3. Kisah Sasha dan Wiya hampir serupa. Masa pacaran yang tak terkendali, membuat keduanya harus menanggung resiko "menikah" di tengah kondisi hampir menjadi seorang ibu. Semua terpaksa dilakukan agar tidak banyak omongan di luaran. Kondisi suami yang tidak bekerja, tidak siap dalam membina rumah tangga, dan ada bayi yang harus dimanja. Tentu saja mertua tidak mungkin lepas tangan begitu saja. Tapi Sasha dan Wiya sebagai istri pasti menginginkan nafkah langsung dari tangan suami, bukan mertua. Sebagai perempuan, mereka juga ingin kehidupan normal seperti yang lain. Namun apa daya, suami jobless karena memang susah mencari kerja, sementara kebutuhan harian tidak bisa ditunda.
Apa yang terjadi? Pertengkaran terus menerus. Konflik dengan diri sendiri, suami, mertua, dan tentu tak nyaman di lingkungan. Korbannya adalah anak yang tidak tahu apa-apa.
4. Beda lagi dengan Esti. Story di media sosialnya bak sosialita.  Pelesir ke luar negeri, makan di restoran berkelas, bergaul dengan mereka berparas cantik, dan kemewahan lainnya yang tentu saja bikin nyengir netizen seperti saya. Hahahaha. Kehidupan Esti tak dapat dijangkau.
Namun apa yang terjadi? Di balik semua story WOWnya, Esti hampir didepak dari keluarga besar suami yang konglomerat karena sikap Esti yang berlebihan, gemar berfoya-foya, dan tak pandai mengelola rumah tangga. Esti  nyaris dicoret dari nama daftar warisan. Suami Esti yang terbiasa ongkang-ongkang nyatanya tak bisa mengambil alih keadaan. Wong gak punya peran.
Apa yang terjadi? Esti terus sibuk menunjukkan bahwa dia tetap bahagia dengan segala kemewahannya. Dia masih terus menebar pesona agar aura WOWnya tidak hilang begitu saja. Ia tidak mau kehilangan penggemar dengan cara terus memposting gambar dengan caption yang menarik perhatian.
Ah, cerita dari beberapa orang tentu saja membuat saya berpikir untuk mengkaji lebih lanjut tentang makna kehidupan.
Sejatinya apa sih yang kita cari dalam hidup? Apa sih yang mau kita capai dengan pasangan saat berumah tangga?
Well...
Hasil pemikiran saya dan diskusi dengan beberapa orang tentang kehidupan (rumah tangga) dapat disimpulkan bahwa:
1. Menikah haruslah dalam keadaan SADAR. Sadar di sini bukan berarti tidak mabuk atau tidak pingsan. Bukan! Sadar yang dimaksud adalah bagaimana kita bisa menyadari bahwa akan ada kehidupan selanjutnya yang harus dipertanggungjawabkan, baik untuk diri sendiri, pasangan, anak, dan keluarga besar. Jika menikah hanya karena terburu-buru (nafsu), berarti kalian belum SADAR. Harus segera ke dokter untuk cek kewarasan.
2. Mengimbangi pasangan dengan fondasi yang kuat.
Pernah saya tulis di story dan jadi prinsip saya bahwa,"Carilah pasangan yang cerdas, karena akan menentukan generasimu. Jika pasanganmu lebih cerdas, saatnya kamu banyak belajar dan intropeksi diri agar bisa mengimbangi."
Mengimbangi bisa dari banyak hal. Intelektualitas, kepribadian, finansial, dan menyeimbangkan sistem dalam diri (ego dan pemikiran). Jika salah satu masih ada yang timpang, perbaiki. Saya pernah menulis di blog dengan judul "Karena Cinta Nggak Ada Di Piring" mungkin bisa dibaca lagi.
3. Menciptakan bahagia.
Bahagia itu kita yang ciptakan. Jika hati dan pikiran masih saja sibuk dengan banyak hal remeh-temeh, tentu akan menguras tenaga. Ayolah mulai membenahi diri. Jika point 1 dan 2 merasa sudah ada miss, lebih baik diperbarui dengan cara berbicara dari hati ke hati dengan pasangan. Jika kita dan pasangan bahagia, tentu akan menular pada mereka yang ada di sekitar kita.
Saya tidak ada niat menggurui. 3 point di atas adalah murni dari pemikiran, renungan, serta diskusi dengan suami saya dan beberapa teman . Diikuti monggo, tidak diikuti lebih baik dibaca lagi, deh! Hahahaha