Sabtu, 26 Juli 2014

Saya yang memang tempatnya khilaf!


Haiii, kali ini di Bulan Ramadhan di hari terakhir (memang telat sih..!), saya ingin mengucapkan minal aidzin wal faidzin deh... :)
Sebagai manusia, ternyata saya memng banyak salah ya? Bukan hanya banyak, tapi buuuuannnyaaaak sekaliii. Sampai mungkin kalau dicatat kayak Bang Madid (tokoh di sinetron Islam KTP), amalan saya tidak seberapa tebal dibanding dengan salah dan kekhilafan saya.
Di tulisan ini, saya ingin curhat tentang hal yang membuat saya bisa dicap sebagai manusia yang angkuh dan mungkin banyak yang tidak suka dengan saya.
Entah kenapa, saya termasuk orang yang tempramen dan sifat ini membuat saya sering memberi kesan negatif kepada teman-teman atau orang di lingkungan sekitar. Saya yang selalu ingin tampil perfect, adil-seadilnya, tertib, dan ingin eksis, kadang membuat saya melupakan kepentingan lingkungan saya. Ironi memang, saya yang notabene seorang pendidik, ternyata masih belum bisa mengkondisikan perasaan saya sendiri.
Saya pernah bermasalah dengan beberapa teman kos saya. Kejadian pertama dengan Mbak Kos saya. Saat itu, dia yang selalu pulang malam, minta tolong saya untuk bukain pintu kos. Saya sih oke-oke aja, selama saya masih dalam keadaan bangun dan pas santai. Bahkan pernah dalam keadaan demam saya juga fine aja bukain pintu tengah malam. Nah, pas saya ada acara di luar dan pulang agak telat (saya sudah pesan ke beberapa teman kos untuk tidak mengunci pintu), saya mendapati pintu kos terkunci. Saya bisa masuk karena menghubungi teman kos lain yang ada di dalam. Kejadian seperti ini terulang sampai tiga kali. Nah, usut punya usut, ternyata yang menguci pintu ya Mbak kos yang biasa saya bukain pintu itu. Marah dong saya!Dia yang pulang malam aja,saya mau bukain pintu. Nah, giliran saya yang hanya pulang telat, langsung dikunci sama dia. Daripada mendem, saya langsung samperin "Mbak,mbok ya dilihat siapa aja yang belum dateng. Main kunci-kunci aja!Sudah tua,kok ya gak mikir!". Kasar memang. Tapi saya sudah emosi. Lama kami tidak tegur sapa, sampai dia wisuda dan memiliki kehidupan yang bahagia. :)
Kedua dengan adik kos saya. Dia curhat kalau gak mau diajak pacarya tinggal di luar Jawa (misal nanti mereka menikah). Nah, suatu saat pas kit ngobrol dengan teman kos lain, saya nyeletuk, "Katanya kamu gak mau diajak ke luar Jawa?Namanya istri sih, baiknya ngikut suami". Nah, tiba-tiba dia jawab,"kapan aku bilang gitu Mbak?". "Nah yang pas kita di pusat bahasa itu!", jawab saya. "Sumpah Mbak,aku gak pernah bilang gitu!" sahutnya. Oh Good, pake sumpah segala! Saya yang jengkel dengan jawabannya yang tidak sama, memutuskan keluar kamar dan males sama dia. Sampai saya memutuskan akan keluar kos karena mau menikah, kami masih 'kaku'.Farrewel party di kos saya, akhirnya saya sempatkan minta maaf walau kondisi kami masih terlihat tidak plong. Sampai saat ini pun, kami masih 'kaku'.
Lokasi kedua di tempat kerja saya. Pertama, saya mempunyai sedikit masalah dengan salah satu partner kerja saya. Kami teman baik, suka curhat, dan sering keluar bareng. Sampai suatu ketika pas dia galau, saya nemenin dia. Eist, dia cowok. Nah, pas kita lagi curhat-curhatan, ada satu ucapan saya, "Kalau lagi deket dengan seseorang yang belum pasti, apalagi statusnya abu-abu, ada baiknya gak usah pake perasaan. Ya udah jalani aja!". Tiba-tiba dia jawab,"Jadi, kalaupun kita deket, itu gak pakai perasaan? Kok bisa ya kamu itu?". Ups, padahal maksud saya, kalau hubungan dibawa sampai ke perasaan, apalagi ada simpati dan empati, nanti kalau pas pisah, bakalan susah move on. Tapi tanggapan dia beda. Mungkin dia baru putus dan saya dianggap cocok sebagai teman curhat (yang mungkin menurutnya mengerti apa yang dia rasakan), ternyata mengesampingkan perasaan dalam hal percintaan. Saya akui, saya memang tergolong manusia yang tidak peka dan jarang pakai perasaan. Jadi banyak orang yang menganggap saya jahat dan tidak berperasaan! Kami tidak bertegur sapa walau satu kantor,pernah siaran bareng dengan suasana 'garing' walau saya mencoba mencairkan suasana, saya minta maaf lewat sms, sampai sok becanda seperti biasa, tapi nihil. Hal ini berlangsung sampai satu tahunan bahkan sampai saya risen.
Kedua, dengan pendengar saya. Saya termasuk orang yang males basa-basi.Suatu ketika pas saya siaran, fans saya itu telp berkali-kali.Saya tidak sempat angkat karena ada lagu yang akan diputar, sms yang harus dibaca, dan iklan yang akan tayang. Sampai dia bolak-balik telp, saya belum bisa angkat. Nah, tiba-tiba dia sms ke operator studio yang isinya "Kenapa tlp-ku gak diangkat?Bohong kamu kalau ada iklan.Waktu orang lain telp diangkat,giliran aku kok gak!". Yes, saya dicap BOHONG pemirsa. Sukses dia mendidihkan darah saya sampai naik ke ubun-ubun. Tambah males saya sama beliaunya. Saya langsung lapor ke kabag siar tentang masalah ini. Sampai sekian waktu sebelum saya risen, saya tidak pernah lagi angkat tlp dari nomor dia dan bacain sms-nya.. Males banget. Saya dicap bohong, padahal di box siar ada banyak hal yang harus saya lakukan demi kepuasan pendengar. Sampai dia minta maaf melalui nomor pribadi saya. Pada dasarnya, saya memaafkan, tapi udah terlanjur malas.
Semua kejadian panjang lebar diatas memang sudah lama dan berlalu bersama waktu, hilang ditiup angin, menguap bersama matahari, dan luruh oleh hujan. Namun, saya masih ingat dan membekas.
Saya sadar kalau setiap melangkah selalu ada kesalahan. Yang saya sesali, kenapa saya belum bisa biasa dan berkompromi dengan keadaan hati untuk bisa baik lagi dengan orang yang telah membuat saya jengkel sampai saya terpisah dengan mereka. Ah, saya memang manusia biasa pemirsa. Banyak salah. Dari ini, saya perlahan mencoba untuk berdamai dengan perasaan dan mencoba untuk tidak sekeras dulu. Apalagi saya sudah menjadi istri, menjadi Ibu, menjadi guru, dan berangsur tua. :)
Doakan ya pemirsa. Terimakasiiiihhhhhhhhhhhhh.