Senin, 06 Februari 2012

Jangan Tatap Matanya! Karena Cinta Itu MELEK.

Tolong perhatikan ini! Sebisa mungkin dipahami, dicermati, dipikirkan secara mendalam, dianalisis, baru kemudian bisa diambil keputusan -keputusan bersifat subyektif, sesuai dengan yang Temans pikirkan-.

TERNYATA CINTA ITU MELEK. Kalimat itu saya peroleh dari pendengar saya tadi pagi pada saat saya siaran. Iya memang! Cinta itu benar-benar melek, melek sekali. Saking meleknya, cinta gak pandang bulu! Mencintai pacarnya temen, temennya pacar, sahabat kecil, orang yang baru bertemu -love at first sight-, jatuh pada pelukan mantan lagi, dan banyak kasus kemelekan cinta lainnya.

Meleknya ini berawal dari dengan beraninya kita melihat bahkan memandang matanya! Ajaib memang indera penglihat yang satu ini. Tidak bisa berbohong, tidak pernah munafik, sulit berkelit, dan pada akhirnya susah untuk keluar. Saya juga beberapa kali terjebat oleh MATA. Sejenak -bahkan beberapa waktu- membuat saya lupa, ketagihan, dan lama-lama bosan dengan sendirinya.


Kalau temans ingin merasakan sensasinya, jangan segan-segan untuk melirik, melihat, dan memandang matanya! Nanti akan terlihat dengan sendirinya -bahkan tanpa disadari-, gerak-gerik kita, perilaku dan cara bicara kita berubah menjadi canggung dan berasa linglung. Hukum ini juga berlaku pada saat dia memandang mata kita dengan seksama. Tanpa bisa beralasan lagi, pasti kita akan merasa merah di pipi, panas di punggung, dag dig dug di hati, dan pasti telinga menjadi sedikit lebih mekar.

Memang, dengan cara menatap mata pasangan -bagi yang sudah punya-, hal itu bisa mempererat hubungan karena kejujuran yang diwakili oleh mata. Tetapi kalau Temans tidak ingin terlibat terlalu jauh lagi, ada baiknya pada saat berbincang tidak -selalu- fokus pada matanya. Masih ada bagian lain di wajah yang bisa dilihat. Agar tidak terlihat kalau kita grogi, lihat saja hidung, jidat, alis, atau pipinya.

Meleknya cinta juga mengajarkan dan mempertontonkan adegan yang secara langsung -bahkan ada yang tidak langsung juga- berkaitan dengan kehidupan kita. Menunjukkan ada orang yang betapa tulusnya memperhatikan kita tanpa pamrih, memperlihatkan manusia yang ternyata hanya memanfaatkan keberadaan kita untuk tujuannya sendiri, mengajarkan kita menilai sosok yang hanya ingin bermain-main dengan kita dalam waktu yang singkat saja, atau mengobrak-abrik pertahanan hati kita untuk wujud yang ternyata tidak penting bagi kita. Semua memang proses, tapi tidak bisa dipungkiri, kalaupun benar, semua berawal dari MATA. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar