Senin, 16 Januari 2012

MANTAN ITU ADA, NYATA!


Siang tadi tiba-tiba teman saya, sebut saja Bunga –bukan nama sebenarnya- mengirimkan sms yang membuat saya tersenyum. Isinya sungguh memaksa saya untuk membuka leptop. Apa alasanya? Dia ingin saya menulis tentang mantan! Padahal bahasan ini sudah pernah saya tulis sebelumnya dengan judul “Mencintai Sejarah Diri Sendiri”. Tetapi mungkin tulisan saya terdahulu terkesan tersirat dan teman saya ingin yang lebih gamblang. Baiklah, ada beberapa hal yang akan saya coba jabarkan terkait dengan keadaan kita yang notabene sekarang sudah enjoy dengan pacar atau pasangan, tiba-tiba saja terusik dengan kehadiran mantan.
Mantan! Iya, dia adalah orang yang pernah ada dan “ada” untuk kita. Ada –denotatif- berarti dia pernah menjadi bagian terpenting dan kita merasa aneh ketika harus berpisah dengannya. Ada bagian yang hilang dan kita “harus” menjadi orang paling terpuruk di dunia ketika sudah putus dengannya. Tapi itu dulu, karena dia mantan dan rasa kehilangan itu akan hilang dengan sendirinya, karena kita sudah dengan yang baru. “Ada” –konotatif- bisa diartikan sebagai dia adalah orang yang terpaksa kita terima kehadirannya karena beberapa hal. Tetapi temans, baik itu ada atau “ada”, mantan adalah orang yang pernah berKOMITMEN dengan kita, apa pun bentuknya.

Kita pernah mendapat sms dan telepon mesra dari dia, dulu, sampai kita tersenyum dan tertawa sendiri saat handphone kita berbunyi –selalu terkesan ceria-. Kita pernah menyempatkan makan atau jalan bareng dengan dia, dulu. Hati kita deg-deg ser pada saat tangan kita dipegang dan kita merasa jadi makhluk paling oke di dunia saat dia menunjukkan perhatiannya di depan khalayak. Bahkan mungkin dia adalah orang “pertama” yang melakukan beberapa hal baru dengan kita. Tetapi itu semua DULU dan SEKARANG tidak lagi.
Kenapa dia sekarang kita sebut mantan? Iya, karena dia sekarang sudah tidak dengan kita lagi. Kita dengan pasangan saat ini dan dia dengan orang lain. Nah, yang jadi permasalahan di sini adalah, kenapa dia SEKARANG datang lagi? Tiba-tiba namanya muncul di layar ponsel, add di fesbuk dan mulai mengirim tulisan di wall kita, bahkan dengan beraninya masuk ke mimpi kita –pada saat bangun, kita sudah linglung karenanya-. Ada juga mantan yang kepedean, nyamperin kita ke lingkungan yang baru! Tapi semua itu tidak bisa dengan serta merta kita artikan secara  negatif. Bisa jadi dia ingin melupakan masa lalu dan ingin berteman baik lagi dengan kita atau yang lebih gawat lagi dia ingin balikan lagi dengan kita. Positif semua bukan? Selama tidak ada yang merasa dirugikan dan merasa nyaman, why not?
Kita perlu koreksi diri lagi, mengapa dia muncul? Bisa jadi alasan putus, dulu, adalah hal sepele yang sekarang sudah tidak penting lagi. Atau masalah ekstrim yang dulu menjadi alasan putus, bisa diselesaikan sekarang –mantan menganggap ini adalah saat yang tepat untuk menyelesaikan masalah, karena pikiran dan keadaan sudah adem, serta sekarang bisa daiajak berpikir lebih dewasa- dan dia mau minta maaf karena kesalahan yang dulu. Atau bisa jadi justru kita yang melakukan kesalahan dan berakibat pada putusnya hubungan –dan kita malu untuk mengakuinya- dan sekarang mantan berusaha melupakan dan ingin semuanya baik-baik saja.
Nah, ternyata sekarang kita sendiri yang dibuat kelimpungan dengan kehadirannya. Kita perlu ingat lagunya Numata yang baru “Jangan Bilang I Love You”, dimana liriknya menyiratkan kalau kita sudah tidak perlu mengharapkan dia lagi, karena dulu waktu masih berhubungan, justru kita yang tidak tahu diri dan kurang bersyukur dengan menyia-menyiakannya.
Saya punya novel karangan Diyan Yuliasri judulnya “Andini, cinta yang menyala”. Ceritanya sama persis dengan isi tulisan saya ini, dimana seorang Andini yang sudah berkeluarga tiba-tiba ketenangan rumah tangganya terusik oleh kehadiran Ari –pacar SMAnya-. Andini berusaha untuk mencari tahu keadaan Ari sekarang dan pada akhirnya juga mengusik rumah tangga Ari dan istrinya. Pada kenyataannya, inti dari cerita di novel dan tulisan saya adalah kita hanya terOBSESI dengan mantan. Mengapa? Karena dia datang pada saat kita SEKARANG tidak bisa memiliki dia lagi. Padahal kita merasa jadi orang penting dan orang yang datang lebih awal daripada pacar atau pasangannya sekarang. Kita merasa masih punya hak untuk bisa bersama dengan dia –lagi- tanpa harus memperhatikan perasaan pasangan kita atau pasangannya saat ini.
Menurut saya, ada baiknya jangan pernah menyimpan nomor handphone mantan, baik itu dengan nama asli atau alias, karena mau gak mau pada saat kita buka phonebook dan muncul namanya, kita akan “terpaksa” mengingatnya. Kita juga lebih baik tidak berteman dengan mantan di situs jejaring sosial apa pun. Alasannya juga sama dengan pada saat kita menyimpan nomor handphonenya. Bahkan kalau di jejaring sosial, kita bisa lebih tahu aktivitas dia setiap hari dan kita akan dibuat penasaran dengan siapa sekarang dia berhubungan –yang berakibat pada kita akan usil membuka album photo koleksinya-.
Tetapi ide saya untuk memblokir semua tentang mantan tidaklah mutlak untuk dilakukan. Kalau kita sudah tidak ada rasa dan pasangan kita juga sudah bisa menerima masa lalu kita serta bisa berteman baik juga dengan mantan, saran saya juga bisa dienyahkan, selama hubungan sehat diantara kedua belah pihak tetap terjaga. Semua memang tergantung dari kita dalam menyikapi keadaan.
Nah, setelah membaca tulisan saya, silakan temans memejamkan mata sejenak dan ingat ke mantan –berapa pun jumlahnya-, buka kembali mata temans dan tersenyum!
Ingat, mengingatnya hanya sejenak saja!
:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar