Minggu, 08 Januari 2012

Teman Bisa Berubah Jadi Siapa Pun dan Merubah Apa Pun, Hindari "Kontak Mata"!

Obrolan saya dengan seorang teman-baca:Imam Mustofa- dalam perjalanan balik ke Jember sore hari kemarin menyisakan sebuah kesimpulan yang ternyata masih nempel di benak saya. Bukan karena apa, tapi kami begitu menikmati perjalanan dengan banyak ngobrol, bercerita, dan ternyata kami memiliki beberapa pemikiran yang sama.
Dari begitu banyaknya obrolan dalam perjalanan kemarin, ada hal yang begitu menggelitik. Saya ingat betul pada saat kami nyampe pegunungan Gumitir, kami menyimpulkan bahwa bentuk pertemanan itu akan bisa berubah jadi siapa pun dan akan merubah apa pun. Tapi syarat yang harus dipenuhi dan juga sekalian harus dihindari adalah" KONTAK MATA DENGAN TEMAN". Artinya, jangan sampai kita membawa kontak mata dengan teman yang awalnya bersifat biasa saja, berakhir dengan membawa perasaan dan berujung pada saling mengagumi dan menciptakan suasana yang akan beda di hati. Bukan berarti kita tidak memperhatikan teman, tetapi jangan sampai membawa suasana pertemanan ke jenjang yang nantinya akan berpangkal pada rasa tidak nyaman. Istilah kerennya "dari temen jadi demen". Itu kalau bisa dipertahankan. Tetapi yang saya dan Imam pikirkan adalah "dari asuh jadi musuh". Itu yang membuat jadi tidak oke.
Ternyata saya dan Imam pernah mengalami hal yang sama, bukan berarti kemarin saya dan Imam telah melakukan kontak mata juga, karena saya bonceng di belakang dan Imam tidak mungkin nyetir motor dengan menengok ke belakang, hehehe. Memang yang kami lakukan merupakan kesalahan yang bisa dikatakan proses mencari jati diri. Saya dengan teman yang saya kagumi, Imam dengan teman perempuan yang dia kagumi. Semua memang salah, mengingat kami juga sudah memiliki "kotak" yang sudah tersimpan dan tidak mungkin akan diubah.
Tetapi tahukah temans, ternyata tidak hanya kesepakatan mengenai "kontak mata" yang kami bahas kemarin sore. Ada beberapa hal lain yang menarik untuk diungkapkan. Berikut akan saya jelaskan 2 (dua) hal diantaranya:
1. Kami ternyata sudah sama-sama merasa nyaman dengan pasangan masing-masing. Imam dengan Dian-nya, dimana Imam mengaku kalau dia sudah terlampau merasa nyaman dan butuh ke Dian, dan saya dengan Pras saya dengan alasan yang sama dengan Imam. Apa pun kesalahan yang pernah kami lakukan, ternyata kami juga menemukan ujung yang kami cari selama ini. Imam yang berakhir di Dian dan saya yang berlabuh ke Pras saya. Perjalanan panjang kami ternyata banyak sekali yang bisa dibahas, baik itu dalam bentuk candaan atau bersifat serius terkait dengan hubungan kami masing-masing. Tanpa disadari ternyata awal kisah asmara kami masing-masing juga berawal dari pertemanan. Imam dan Dian adalah teman di fesbuk, sedangkan saya dan Pras saya adalah teman sekelas waktu kuliah. Semua berakhir dengan indah karena teman bisa merubah apa pun dan bisa berubah jadi siapapun. :)
2. Kami sedang merencanakan sesuatu terkait keberlangsungan hubungan pertemanan kami. Akan ada proyek besar dimana kami akan mengubah sifat pertemanan kami menjadi suatu hal yang nantinya akan ada basecamp untuk tempat berkumpul kalau kami sudah sama-sama hidup dengan pasangan masing-masing. Dimana akan ada "korban" dalam proyek besar kami. Korban ini nantinya akan merubah teman jadi apa dan berubah jadi siapa. Kami akan menciptakan "kontak mata" versi lain. Rencana apakah itu??? Cuma saya dan Imam yang tahu. :)
Inti dari semua ini adalah, apa yang kami bicarakan, obrolkan, dan diskusikan adalah proses untuk menuju suatu hal dimana kita tidak akan merubah apa pun. Baik itu dari kesalahan yang pernah kita lakukan, perjalanan yang tengah dihadapi, dan masa depan yang akan kita jelang, semua adalah masa mencari. Kami sudah mengalami masa ngesot, merangkak, tertatih, dan sekarang kita sudah bisa berjalan dan bahkan mencoba untuk berlari walau hanya belajar.
Pertemanan saya dan Imam yang notabene juga jarang intens bertemu ternyata menyisakan kesimpulan yang luar biasa pada saat kita sekali bertemu dan semuanya bermanfaat. Dimana saya dan Imam ternyata mempunyai pandangan dan pola pikir yang hampir sama. Bentuk pertemanan seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi antara saya dan Imam. Masih banyak teman lain yang mempunyai kualitas pertemanan yang oke juga. Dimana saya begitu menghargai teman yang berkualitas, artinya jarang bertemu tetapi sekali melakukan pertemuan kami akan mendapat sesuatu yang berharga, daripada sering bertemu tapi hanya bersifat "ambal-ambal", artinya sering bertemu tetapi tidak "isi".
Akan saya bahas "teman-teman berkualitas" saya yang lainnya,in the next note!
Salam hangat untuk semua teman-teman saya.

2 komentar:

  1. segala sesuatu yng di penuhi secara terusmenerus maka rasa kepuasan akan semakin hilang

    BalasHapus
  2. Hukum Gossein I Yank,,,
    Hindari kontak mata dg orang baru, berahaya!

    BalasHapus